"Tidak akan aku biarkan, Ana. Tidak akan aku biarkan kamu bahagia bersamanya. Sudah cukup aku sabar dan membiarkanmu menikah dengannya. Kali ini aku akan bermain cantik untuk merebutmu kembali," ucapnya dengan rahang yang menonjol juga kepalan tangan yang erat. ***** Aku mengerjapkan mata saat merasa dadaku sedikit sesak. Karena tubuh tinggi besar itu masih anteng mendekap tubuhku yang mungil khas Indonesia. Aku membalikkan tubuhku lalu menatap wajah Mas Salman. Wajah yang selama ini membuatku terpesona itu kini terpampang jelas di hadapanku. Berkali-kali aku mengucap syukur karena kesabaranku berbuah manis. Karena kini semua impianku dalam rumah tangga bersama Mas Salman sudah aku dapatkan. Mungkin hanya tinggal menunggu Allah memberikan kepercayaan anak yang akan membuat rumah tanggam