Hari berganti hari dengan begitu cepat karena mungkin kini aku begitu menikmati hidup dalam kebahagiaan bersama Mas Salman. Walau kini aku dibuat dilema oleh kabar dari Dokter perihal keadaan Ibu. Aku bingung, keputusan apa yang harus aku ambil. Dokter mengatakan jika keadaan Ibu memang sudah tidak bisa dikatakan baik. Karena jiwa dan raganya seperti tidak menginginkannya untuk kembali hidup. Mungkin itu karena fisik Ibu yang sudah melemah akibat penyakit hati yang dideritanya. "Ada apa, sayang?" Mas Salman memelukku dari belakang seperti biasanya. "Apa yang kamu pikirkan, Ana?" Aku menarik tangan Mas Salman agar mendekapku lebih erat. "Aku tidak apa-apa, Mas." Mas Salman melonggarkan pelukannya dan membalikkan badanku agar kami saling berhadapan. "Apa kamu masih tidak percayaku, Ana
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari