“Assaa, ada juga ternyata. Syukurlah”. Mataku sedikit berbinar, saat melihat mie instan di lemari atas. Aku mencoba menjinjit untuk menggapai mie instan yang ada dilemari atas, ini apa karena lemarinya yang sangat tinggi, apa karena aku yang terlalu pendek. Aku melihat ke segala arah. Beruntung aku menemukan kursi disini, akan lebih mudah untukku mengambilnya. Tanpa pikir panjang, aku langsung menarik kursi itu dan menaikinya. Aku merasakan pandanganku mulai gelap. Aku memegang perutku semakin erat, karena rasa nyeri diperutku semakin menjadi. Pandanganku berkunang-kunang. AAAAAA....... Bruukkkk.... “p-pak Reyhan..” *** Author P.O.V Nadira membuka mata perlahan. Mengerjapkan pandangannya yang buram agar terlihat lebih jelas. “Aawww”. Pekik Nadira memegang kepalanya meringis