episode 1 : hati yang terhubung

1328 Kata
Seri ke 2 ( Hati yang terhubung ) Cinta adalah suatu anugrah yang Allah berikan terhadap insan yang bernyawa, namaku Ivan maulana Rizky, biasa dipanggil Ivan tapi aku lebih suka dipanggil Mualana, karena itu nama kesayangan gadisku, seorang gadis yang telah ku nikahi saat dia berusia 17 tahun, tapi gadis itu kini tidak mengenaliku, ia hilang ingatan karena kecelakaan 2 tahun yang lalu. “Bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”. (QS. Al Anfal [8] : 46 Aku akan selalu bersabar menghadapi sikap istriku yang kembali seperti dulu, saat pertama kali kami menikah,”Paman.” dengar! Dia sudah berteriak memanggilku, dalam ingatannya diriku ini adalah pamannya bukan suaminya, lebih baik segera ku hampiri dirinya. “Istriku, apa yang kau lakukan, sayang?”tanyaku saat melihatnya kesulitan mengancingkan gaunnya. Matanya melirikku kesal, mungkin dia berpikir aku adalah pria paling bodoh yang pernah dia temui, sudah tau dia kesulitan mengancingkan bajunya masih saja bertanya. “Paman punya mata,’kan?! Aku kesulitan mengancingkan baju.” Rasanya sakit mendengar bentakan istriku, tapi aku selalu berusaha untuk bersabar, ingat! Dia masih sakit, bukan fisik melainkan jiwanya, ingatannya belum kembali. “Tenang, istriku! Sini, suamimu ini akan membantu,”kataku lembut. Ku ulurkan tanganku untuk membantunya mengancingkan baju. 2 tahun yang lalu, aku dan istriku mengalami kecelakaan besar, mobil kami terseret dan terbalik, kaca depan pecah dan serpihannya mengenai kepala istriku dan tersimpan di jantungku, ya, belum bisa diambil itulah sebabnya istriku kehilangan ingatannya. “Selesai,”ucapku. Tangannya terulur kebelakang memeriksa kancingan bajunya, bibirnya membentuk sebuah senyuman manis, senyuman yang selalu kurindukan. “Sudah, aku berangkat kekampus dulu,”pamitnya tanpa mengucapkan salam. “Istriku, sebaiknya kamu ucapkan salam dulu, sayang,”tegurku halus. Dia menghentikan langkahnya,”Tidak perlu berceramah yang tidak ada manfaatnya,”sergahnya. Ya, Allah ampunilah dosa istriku, tunjukilah dia jalan yang lurus, kembalikanlah ingatannya agar ia bisa mengingat hari-hari indah bersamaku.   Firanda POV Hatiku selalu ingin menangis setiap kali mulutku berbicara kasar padanya, siapa sebenarnya dia? Kenapa memanggilku istri, sejak kapan aku menikah dengan pria yang usianya bahkan lebih tua dariku, ini sunnguh membingunkanku. Langkah kakinya terasa melayang tak bersemangat setelah marah-marah padanya, kucoba palingkan kepalaku kearahnya, matanya memandangku penuh kepedihan membuatku semakin teriris pilu, semakin lama hatiku goyah, aku tak sanggup untuk tidak berlari kearahnya dan memeluknya. Harum tubuhnya membuat perasaanku sedikit menghangat,”Sebenarnya kau ini siapa? Kenapa rasanya tidak enak setiap kali selesai membentakmu,”kataku sambil memeluk tubuhnya. Kurakkan tangan hangatnya membalas pelukanku. “Aku suamimu, kau tidak perlu memaksakan diri untuk mengingatku. Kebahgiaanmu adalah kebahagiaanku,”balasnya. Betapa baiknya pria ini, setiap hari aku selalu marah-marah padanya, tapi dia membalasnya dengan kelembutan dan kasih sayang, hatiku semakin merasa bersalah. Perlahan ku lepaskan pelukanku, tidak mungkin juga aku lama-lama berpelukan dengannya karena aku harus berangkat kekampus. “Paman, kau akan bersabar,’kan? Kau akan menunggu sampai ingatanku kembali bukan?”tanyaku yang entah kenapa ada rasa takut suatu hari nanti dia akan meninggalkanku. Pria itu tersenyum lembut, tangannya terulur  membelai lembut puncak kepalaku yang ku tutup dengan jilbab putih. “Selama suamimu ini masih bernapas, makan suamimu ini pasti akan selalu sabar menantimu,”jawabnya lembut. Hatiku selalu berharap, ingatanku akam segera kembali. “Aku pergi, Assalamualaiku,”pamitku. “Walaikumusslam,”jawabnya.   STAI Ibrahimi Seorang gadis berkerudung putih berjalan anggun melewati taman bunga, sesekali bibirnya membentuk sebuah senyuman, entah kenapa setelah memberi pelukan hangat pada suaminya hatinya merasa lega, meski ingatannya belum kembali tapi ia merasa yakin pria itu adalah suaminya,”Fira…!!!” telinganya mendengar suara teriakan wanita memanggil Namanya, gadis itu membalikkan tubuhnya, terlihat seorang gadis berkerudung ungu berlari menghampirinya. “Nita,”sapanya. “Iya, ini aku, Nita. Sukurlah aku tidak harus kenalan bolak-balik sama kamu, tapi sumpeh deh, setahun yang lalu tu, pas telingaku ini dengar kamu hilang ingatan, berharap banget suamimu akan jadi milikku. Karena yang ku dengar, kamu itu kembali galak, mirip kangkong ngamuk,”kata Nita saat sudah berada di dekat Fira. Firanda nampak berpikir, dulu? Apakah dulu dirinya juga galak? Matanya memandang sahabatnya penuh tanda tanya, apakah benar, jika dia terus galak pada suaminya, temannya itu akan mengambilnya? Apakah hatinya rela berpisah dari pria itu?. “Ku dengar, kau pacarana dengan, kak, Andrian?”tanya Nita lagi. Firanda mengangguk, sudah tiga bulan mereka pacaran, meski begitu sedikitpun dirinya tak suka disentuh seakan ada pembatas yang tak bisa dia hapus. Nita memandang tak percaya temannya itu, bagaimana mungkin wanita bersuami pacarana dengan pria lain, selain itu akan menyakiti hati Sang suami, apa yang dilakukan itu juga dosa, bisa disebut sebagai berkhianat. “Aku tidak tau, Nit. Aku merasa senang saja pacarana dengan Andrian, tapi disisi lain, hatiku tak mampu untuk memberitahukan hubunganku ini pada paman Maulana. Aku takut dia akan marah,”jawab Fira sendu. Entah kenapa dirinya bersedia menerima cinta kakak seniornya sedangkan semua orang mengatakan dia telah bersuami. Nita merasa iba pada temannya itu, dulu mereka adalah pasangan suami istri yang membuat banyak orang merasa iri, tapi setelah kejadian naas itu, temannya hilang ingatan dan suaminya nyaris tidak terselamatkan,”Fira, suami mana yang tidak sakit hati melihat istrinya memiliki hubungan pria lain dibelakangnya? Aku tau kamu kehilangan ingatanmu, tapi kau tidak boleh kehilangan cintamu. Aku akan menyesal kalau suamimu sudah kembali pada Yang Maha Kuasa, sedangkan dirimu belum berbuat baik padanya. Kau belum memintak ampun padanya,”balas Nita mengingatkan. Firanda tersentak, ia menatap temannya dengan penuh tanda tanya,”Apa suamiku sedang sakit?”tanyanya penasaran. “Kecelakaan maut yang menimpa kalian, selain membuatmu kehilangan ingatan juga membuat salah satu organ tubuh suamimu mengalami kerusakan, apa kau tidak pernah melihatnya kesakitan?”balas Nita menjelaskan. Fira memandang gadis itu tidak percaya, kenapa temannya itu bisa tau banyak? Sedang dirinya saja tidak tau,”Kau tau banyak sekali,”ucapnya. “Iya, karena aku juga di rumah sakit waktu itu, untung suamimu masih hidup sampai sekarang. Fira, jangan mengulangi keslahan yang banyak istri lakukan, suamimu sangat mencintaimu, jangan khianati dia,”jawab Nita. Ingin sekali Fira melakukan hal itu, tapi entah kenapa dia tetap tidak bisa mengingat pria itu, dirinya tidak ingin menyesal tapi rasanya cinta itu bukan untuk suaminya melainkan untuk kekasihnya. “Aku tidak tau,”balasnya. Setelah itu ia berbalik dan meninggalkan Nita yang memandang nanar temannya itu, dia yakin jika hubungannya dengan kakak kelasnya sampai terdengar di telinga suaminya pasti akan jadi masalah besar,”Sadarlah, Fir! Suamimu tidak akan bertahan lama di dunia ini, tidak mudah mendapatkan donor jantung untuknya. Ya, Allah kembalikan ingatan sahabatku, jangan biarkan dia menyesal telah melukai suaminya,”doanya.   ## Tek… Maulana menghentikan kegitannya mengetik saat rasa sesak dan nyeri kembali menyerang jantungnya, ia pun menyentuh dadanya perlahan, matanya memperhatikan bingkai foto dirinya bersama Sang istri tercinta,”Istriku, jangan terlalu lama mengingatku. Sepertinya, jantung suamimu ini ingin segera istirahat dari pekerjaannya,”katanya. Tangannya terulur mengambil bingkai foto tersebut, diusapnya wajah Sang istri tercinta. Tes… Tes… Cairan merah kental menetes menodai wajahnya yang ada di foto tersebut, dia berusaha menahan sesak dalam dadanya, pandangannya lembut dan penuh kasih, ia rindu akan istrinya yang dulu selalu perhatian dan menggemaskan,”Ya, Allah. Jika engkau izinkan hamba memohon, berilah istriku suami yang lebih baik dariku setelah kepergianku nanti,”doanya. Prang… Tangannya terasa tak bertenaga, seiring jantungnya yang semakin berdenyut menyakitkan, pria itu menaruh kepalanya di atas meja, rasanya tak tahan menerima siksaan ditubuhnya. Firanda POV “Astagfirullah hal ‘adzim,” kenapa perasaanku gelisah begini? Apa sebenarnya yang sedang terjadi? Kulirik kekasihku yang kini terlihat sibuk mengerjakan tugas dari dosen, dia baik-baik saja tapi kenapa hatiku tidak tenang? Ya Allah, apa sebenarnya yang terjadi?. “Istriku.” Apakah aku sedang berhalusinasi? Suamiku berdiri tidak jauh dariku, dia mengenakan jubah putih bercahaya, bibirnya membentuk senyum sedih memandangku, mungkinkah dia terluka melihatku bersama pria lain? Perlahan tubuhku bangkit dan mendekati sosok itu, ku ulurkan tanganku untuk menggapainya, tapi kenapa tak tersentuh, tanganku seakan menembus tubuhnya. Apa yang terjadi? Kenapa aku tidak bisa menggepainya? 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN