Menikahlah dengan Suamiku

1084 Kata
Jelita duduk dengan tegang meskipun sudah diberi tahu kalau ia tidak perlu merasa canggung apalagi tegang dengan Jovanka. Tapi tetap saja, berhadapan dengan istri bos terasa lebih menegangkan daripada berhadapan dengan bos langsung. Jovanka tersenyum melihat ketegangan di wajah Jelita. “Jelita, kau terlihat sangat tegang. Apakah aku begitu menakutkan di matamu?” tanya Jovanka. “Oh, tidak, Bu. Saya hanya kaget saja karena ibu tiba-tiba mengajak ke tempat ini. Saya jadi khawatir dan bertanya-tanya sendiri apakah saya melakukan sudah kesalahan atau semacamnya?” sahut Jelita. Ia jadi merasa tidak enak melihat wanita cantik di hadapannya itu merasa bersalah. “O begitu rupanya. Mungkin semua karyawan pasti akan merasakan hal yang sama, ya jika tiba-tiba dipanggil untuk bertemu seperti ini. Tapi kau jangan khawatir, saya memanggilmu bukan karena kau telah melakukan kesalahan. Aku malah ingin minta bantuanmu atau mungkin bisa dikatakan ini permintaanku ini akan menjadi sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan.” Jovanka menjelaskan. “Kesepakatan? apa maksud ibu?” Jelita yang tadinya merasa sedikit tenang kembali merasa was-was. Wanita yang memiliki segalanya ini ingin melakukan kesepakatan dengannya? Jovanka menatap Jelita dengan tatapan serius, Jelita menelan ludah keringnya. Ia merasa tegang dan gugup melihat tatapan wanita yang ada di hadapannya itu. “Aku tahu kalau kau sekarang ini sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan ayahmu. Maaf kalau aku terkesan memata-mataimu. Setelah melihatmu di kantor suamiku beberapa waktu yang lalu, saya langsung merasa terkesan denganmu.” Jovanka memulai membicarakan maksudnya. Jelita hanya terdiam, ia ingin mendengar apa maksud wanita ini berbicara seperti itu padanya. Jelita menjadi sedikit bisa menangkap tentang kesepakatan yang dimaksud itu ada hubungannya dengan uang. Dalam hati ia merasa sedikit senang karena dalam kondisinya yang seperti ini, ada secercah harapan untuknya. “Tidak banyak yang tau kalau saya tidak bisa memiliki keturunan, orang-orang hanya melihat dari sisi kebahagiaan luar yang kami biasa tampilkan saja. Mereka tidak tahu bagaimana kesedihan kami yang sudah 5 tahun berumah tangga tapi tidak akan bisa mendapatkan keturunan.” Jovanka menjeda ucapannya, wajahnya berubah sedih. Hal itu membuat Jelita merasa prihatin, ia sungguh tidak menyangka milyarder seperti wanita yang ada di hadapannya ini juga memiliki sisi sekedihannya sendiri. Jelita jadi menerka-nerka jika kesepakatan itu mungkin karena wanita ini akan memintanya mencari bayi untuk di adopsi atau memintanya untuk menjadi pengasuh anak angkatnya. Kalau memang istri bosnya ini memintanya melakukan hal itu, ia akan dengan senang hati melakukannya. “Saya turut prihatin, Bu.” Hanya itu yang bisa Jelita ucapkan untuk memberikan sedikit dukungannya terhadap Jovanka. “Terima kasih, tapi saya akan lebih berterima kasih lagi jika kau bisa menyetujui kesepakatan kita nanti,” sahut Jovanka. “Memangnya kesepakatan apa itu, Bu.” Jelita semakin penasaran. “Jelita,…” Jovanka kembali menatap Jelita dengan tatapan serius. “Maukah kau menjadi istri dari suamiku untuk memberi kami keturunan? Kau akan mendapatkan uang sebanyak yang kau mau sebagai tanda terima kasih kami kepadamu.” Jelita membeku mendengar apa yang baru saja Jovanka utarakan. Apa yang dikatakan wanita yang ada di hadapannya ini? apa ia sudah tidak waras? Saking syoknya ia bahkan tanpa sengaja berdiri dari duduknya dan menatap Jovanka dengan tatapan mata yang membola. “Jelita, aku minta kau duduk dan tenangkan dirimu. Dengarkan penjelasanku dulu, aku mohon.” Pinta Jova saat melihat reaksi Jelita. Menyadari tempat mereka sekarang adalah sebuah restoran yang ramai pengunjung, Jelita kembali duduk dan berusaha menenangkan perasaannya. Ia tidak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang. “Jelita dengarkan dulu apa yang akan aku ucapkan, aku ak­­an…,” “Maaf bu, tapi saya tidak yakin jika sekarang ini ibu sedang berpikiran jernih. Dan apa pun alasan ibu meminta saya untuk menjadi istri dari suami ibu itu adalah tidak benar. Lagi pula apa yang menyebabkan ibu sangat yakin saya akan setuju dengan ide Ibu itu? saya buka perempuan hina yang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, Bu. Maaf tapi saya menolak, kalau sudah tidak ada lagi yang perlu Ibu sampaikan, saya pamit.” Jelita beranjak dari duduknya tapi Jovanka menahannya. “Jelita aku mohon, dengarkan dulu penjelasanku. Jika setelah ini kau tetap tidak berubah pikiran maka aku tidak akan memaksamu lagi. Tolong duduklah dulu, biarkan aku menyelesaikan ucapanku,” pinta Jovanka. Ia tidak menyangka akan mendapat penolakan tegas dari gadis yang terlihat lugu ini. Ia salah menganggap gadis ini tidak tahu apa-apa dan akan menuruti semua kemauannya karena membutuhkan uang. Siapa sangka, gadis yang ada di hadapannya ini adalah gadis yang berpendirian kuat. Ia harus mengubah strategi, Jovanka tidak ingin kehilangan kesempatan mendapatkan perempuan yang berkualitas ini. Anaknya nanti harus di kandung oleh perempuan seperti Jelita. Jovanka sudah memutuskan jika ibu yang akan mengandung anaknya kelak adalah wanita seperti Jelita. Maka dari itu, jelita harus setuju bagaimanapun caranya. “Baik, karena saya masih menghormati Ibu, saya masih berada di sini. Tolong bicaralah dan biarkan saya pergi.” Jovanka menatap jelita dengan tatapan kagum, gadis ini benar-benar memiliki karakter kuat . “Aku sudah bilangkan kalau aku tidak bisa memiliki keturunan? Beberapa tahun sebelum menikah dengan Abizar, saya sudah menjalani pengangkatan rahim karena kangker ovarium yang pernah saya derita. Untuk itu saya sampai kapan pun tidak bisa memiliki anak. Abizar sudah berulang kali meminta untuk kami mengadopsi anak tapi aku menolak. Aku tidak ingin memiliki anak orang lain. Mungkin ini terdengar aneh ditelingamu tapi itulah pendirianku. Dari pada aku menyia-nyiakan anak yang kami adopsi nanti lebih baik tidak mengangkat anak. Aku hanya ingin memiliki anak dari keturunan suamiku sendiri. Anak yang berasal dari darah daging suamiku dan wanita baik-baik yang bersedia membantu kami untuk mewujudkan itu. Aku sudah mencari wanita itu tapi tidak ada yang cocok dengan kriteria yang saya inginkan sampai akhirnya bertemu kamu waktu itu. Setelah melihatmu dengan sikap lembutmu, aku langsung bisa merasakan jika kaulah yang selama ini aku cari. Aku juga tidak tahu alasan kenapa aku bisa begitu yakin denganmu tapi intuisiku cukup kuat menyakinkanku untuk memilihmu. Jelita, pernikahan yang saya maksud itu bukan pernikahan yang sebenarnya. Ini bisa di anggap sebagai kontrak kerja atas nama pernikahan. Kau menikah dengan suamiku hanya sampai kau melahirkan keturunannya. Setelah itu, kalian bisa bercerai dan kau akan menjalani kehidupanmu seperti biasa. Dan sebagian balasannya kau tidak perlu susah- susah mencari uang untuk biaya pengobatan ayahmu. Kau juga akan memiliki sebuah rumah dan tabungan deposito dengan jumlah yang besar. Jelita, kau adalah wanita normal yang sehat. Suatu saat kau akan mendapatkan pria yang mencintaimu dan kalian akan memiliki anak sebanyak yang kalian inginkan. Berbeda denganku, aku sudah cacat seumur hidup. Aku bukan wanita sempurna lagi yang bisa memberikan keturunan untuk suamiku, Jadi aku mohon dengan sangat, menikahlah dengan suamiku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN