Menyesal

1038 Kata
Jelita meringkuk menahan sakit yang seakan meremukkan tubuhnya hingga berkeping-keping. Malu , takut dan trauma, itulah yang ia rasakan sekarang. Air matanya mengalir bagai air bah membasahi wajahnya yang memerah. Ia tidak berdaya, tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali. Sebenarnya apa yang sudah pria ini lakukan padanya? “Jelita, ma..maafkan aku.” Jelita tersentak mendengar suara lirih penuh penyesalan Abizar. Tidak, ia bukan Abizar yang ia kenal, ia adalah moster yang telah menghancurkan tubuhnya. Inikah yang harus ia bayar atas kesepakatan paksa pernikahan kontrak yang sekarang ia jalani? Jika memang inilah yang ia harus terima, ia tidak boleh tinggal diam dan menerima perlakuan seperti itu lagi. “Jelita, tolong katakana sesuatu. Aku..benar-benar tidak bermaksud menyakitimu. Aku tadi hanya terbawa nafsu dan amarah kepada Jovanka dan sialnya aku malah melampiaskannya padamu. aku…” “Pergi…! Tolong Bapak pergi dari sini, aku mohon. Tinggalkan aku sendiri.” Abizar terdiam, ia benar-benar sangat merasa bersalah, ia telah melakukan kekejaman kepada gadis polos ini. Ia tidak akan memaafkan dirinya. Perlahan Abizar beringsut dari ranjang, memungut pakaiannya satu bersatu dan mengenakannya sebelum keluar dari kamar Jelita. Abizar berjalan lesu menuju kamarnya, ia terus memikirkan tentang perasaan Jelita saat ini. sungguh malang nasih gadis polos itu, dan itu semua karenanya. Ia masuk ke dalam kamar dan menghempaskan tubuhnya ke kasur. mengacak rambutnya frustrasi. Jelita pasti tidak akan pernah memaafkan dirinya, gadis itu pasti akan trauma dengannya. ia pasti tidak akan bisa ia dekati lagi dan itu pasti akan membuat Jovanka marah besar. Apa yang ia harus lakukan? “Aaaakkhhhgggrrr…..!!!” Abizar mengerang frustrasi menyesali perbuatannya. Hingga akhirnya ia terlelap. “Selamat pagi sayang, bagaimana malammu tanpaku?” suara lembut terdengar menyapa telinganya. Abizar membuka mata dan melihat senyum istrinya yang mengembang. Keningnya berkerut, melihat sekeliling. Abizar baru menyadari jika malam sudah berganti dan sekarang sudah pagi. Ia seketika teringat dengan kejadian malam tadi, ia terperanjat. “Jelita…” ucapnya. “Jelita? Iya, bagaimana malammu dengan calon ibu anak kita sayang, apakah lancar?” “Jelita, gadis itu… Jovanka, aku… sudah membuatnya terluka. Aku bertingkah seperti binantang kepadanya…” Abizar kembali mulai cemas dan panik. “Abi, apa maksudmu? Tenangkan dulu dirimu dan jelaskan pelan-pelan. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?” Jovanka mulai khawatir melihat sikap suaminya yang aneh. Abizar tiba-tiba menatap Jovanka dengan tatapan penuh emosi. Matanya berkilat marah. “Ini semua gara-gara dirimu, kau tidak bisa bersabar untuk hal yang sangat sulit aku lakukan, bukannya membantuku melakukan semua kemauan egoismu, kau malah tega memberiku minuman itu. Tidak sampai di situ, kau bahkan memperlakukan Jelita seperti boneka seks yang semaumu hanya untuk membuatku melakukan hal itu padanya. Akhirnya apa yang terjadi Jovanka, apa kau tau dampak dari perbuatanmu itu? gadis itu menderita. Perlakuan yang seharusnya lembut karena ia belum tahu apa-apa berubah menjadi serangan brutal karena ulahmu. Kau benar-benat kejam, Jovanka!” “Apa yang kau katakana itu sayang? memangnya pa yang aku lakukan? Aku hanya… hanya” “Hanya apa? hanya mencampurkan susuku obat perangsang hingga aku tidak bisa mengendalikan diri dan melakukannya pada Jelita. Bukankah begitu yang aku inginkan? Kau memaksa gadis polos itu memakai gaun seperti itu untuk menggodaku yang jelas-jelas sudah terpengaruh obat. Apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaan gadis itu sekarang?!” Abizar marah besar, ia benar-benar tidak bisa menerima sikap Jovanka lagi. Jovanka sudah keterlaluan. Jovanka hanya terdiam mendengarkan luapan emosi suaminya. “Kau seharusnya bisa mengerti, jika melakukan hubungan seperti itu dengan wanita lain yang sama sekali tidak aku cintai membutuhkan waktu. Aku sudah memenuhi permintaanmu tapi kau lagi-lagi memaksaku melakukannya sesuatu keinginanmu. Kau sudah dibutakan oleh keinginan egois yang tidak masuk akal dan membuat semua rencanamu akan hancur. Jelita pasti tidak akan menerimaku lagi, gadis itu pasti trauma dengan kejadian semalam. Dan aku yakin suatu saat ia akan melarikan diri. Dan jika itu terjadi, aku tidak pernah membantumu dalam hal apa pun termasuk jika kau masih tetap ingin mendapatkan keturunanku. Jadi pikirkan sendiri usahamu.” Abizar beranjak dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Jovanka masih terdiam, ia jadi memikirkan apakah yang ia lakukan sudah melewati batas? Suaminya marah besar padanya dan ini untuk yang pertama kali. Abizar tidak pernah semarah itu sebelumnya. Tidak pernah memperlihatkan emosi padanya, ia sangat menyayanginya. Sejak dulu. Sejak pertama kali bertemu. Pria yang ia lihat saat itu, yang tersenyum lembut padanya. Pria yang saat mengulurkan tangannya memperkenalkan diri kepadanya. Sejak saat itulah ia jatuh cinta kepadanya, hingga sekarang. Dan apa yang ia lakukan ini adalah salah satu syarat untuk memastikan Abizar selalu berada di sisinya. Akan tetapi, kenapa bisa jadi seperti ini? jika benar Jelita trauma dengan kejadian yang menimpanya semalam, gadis itu pasti tidak akan tinggal diam. Ia tahu Jelita gadis yang cerdas. Ia pasti kana pergi dari rumah ini dan semua rencananya akan hancur berantakan. Tidak, ia harus berbuat sesuatu. Jovanka beranjak dari duduknya dan keluar kamar. Jelita membuka mata, ia bangkit dari rebahnya dan terkejut melihat tubuhnya tidak berpakaian. “Ah, apa yang sudah terjadi, semalam aku…” Tiba-tiba ia teringat dengan kejadian yang telah menimpanya tadi malam. Air matanya kembali mengalir. Pria itu melakukan hal yang sangat menakutkan pada tubuhnya, ia mencabik-cabik tubuhnya hingga berdarah. “Ayah, tolong aku! apa yang harus aku lakukan sekarang?” lirihnya sambil terisak. Jelita berniat beranjak dari ranjang tapi gerakannya terhenti karena ia merasakan sakit yang teramat sangat di bagian intimnya. “Aduh, ini sakit sekali, hu..hu…” ia kembali terbaring lemah. Ia tidak bisa bergerak kemana-mana. Ia sangat takut sekarang. Tidak ada yang menolongnya, tidak satu pun. Tiba-tiba pintu terbuka. “Jelita…!” seru Jovanka saat melihat gadis itu tergolek tidak berdaya di ranjang. Tubuh yang penuh dengan bekas membiru di sekujur tubuhnya membuatnya ngilu. Ia merasa bersalah dan menyesak telah membuat gadis ini mengalami kejadian mengerikan. Perkiraannya meleset 180 derajat saat ia mencampurkan obat itu ke dalam s**u suaminya. Ia berbuat demikian agar suaminya bisa melakukannya tanpa ragu tapi ternyata prediksinya salah besar. Dan melihat kondisi Jelita sekarang ia benar-benar menyesal dan takut Jelita akan melarikan diri dan membawa kabur harapan besarnya. Dengan cepat Jovanka menghampiri Jelita yang sedang meringis sambil terisak. “Jelita, aku sungguh minta maaf atas kejadian yang menimpamu.” Mendengar suara di telinganya, Jelita membuka mata dan memaksakan bangun dari rebahnya. Matanya yang memerah karena tangis semakin menyala menatap Jovanka dengan tatapan penuh amarah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN