Cuti lima hari terasa sekejap mata. Danisa memeluk erat Atalla di ruang tunggu bandara pagi itu. "Baik-baik di rumah ya, Sayang. Lusa Oma Indri datang, Ata harus nurut apa kata Oma, nurut sama Onty, sama Om Gio juga, okay?" ucap Danisa membelai lembut kepala putranya. Atalla mengangguk. "Bulan depan Mama pulangnya agak lama sedikit dong. Masak cuma lima hari. Ata kan, masih kangen." Hampir air mata jatuh menitik. Danisa juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Atalla. Ia berusaha keras menegarkan hati, jangan sampai terlihat lemah di mata anaknya. Bila ia lemah, siapa yang nanti membimbing putranya itu menjadi laki-laki tegar? "Mama juga masih kangen, tapi apa yang Mama kerjakan juga sama pentingnya buat Atalla, buat masa depan kamu, Sayang. Ata ingat apa yang Mama omongin