Saat tiba di rumah, aku dan Bang Vino sudah disambut oleh Bang Bagus yang duduk di sofa dengan ekspresi wajah tidak ramah. Aku bersembunyi di balik punggung Bang Vino, teringat Bang Bagus yang bilang akan memberikan hukuman. "Riri masuk kamar, Vino tetap di sini!" ucap pria itu dingin. Aku menatap wajah Bang Vino, dia memberiku kode untuk masuk ke dalam kamar. Tapi tentu saja aku tidak bisa membiarkan kakak tertua keduaku itu melakukan hal buruk pada Bang Vino. "Gue nggak akan kemana-mana, Bang. Lo nggak perlu hukum dia. Kalo emang Abang pengen hukum salah satu di antara kita, hukum aja gue." Sekarang giliran aku yang berdiri di depan Bang Vino. "Ri, udah. Bang Bagus nggak akan hukum gue, kok. Kalau pun iya, gue nggak papa. Lo tidur aja sana." Bang Vino mencoba untuk menenangkan aku.