11. Ratu Usia 19

1728 Kata
Dia menghancurkan hati orang lain, untuk mengobati luka hatinya, tapi kekosongan itu malah semakin nyata… *** Lima tahun kemudian... Bulan lalu, warga di Escape Town merayakan terpilihnya walikota baru mereka, yang masuk rekor sebagai walikota termuda di dunia. Walikota itu bernama Robin Orpheus, yang saat ini baru menginjak usia dua puluh tahun. Ketika mereka mencari tahu tentang asal-usul sang walikota, si kembar yang menjadi sepupunya pun menjadi ikut terkenal. Kini, semua orang di Escape Town mengenal si kembar dari Escape High School (EHS). Si kakak kembar terkenal akan kepintarannya, sedangkan yang lebih muda terkenal karena kecantikannya. Ketika memutuskan melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah, Keila bisa melewati dua kelas, sehingga sekarang telah berada di kelas XII bersama Rachel. Sedangkan Keisha tinggal kelas satu kali, dan masih berada di tingkat X bersama Zein. Sebenarnya Zein bisa saja menyusul Keila, tapi dia tidak mau karena ingin bersama Keisha. Keila dikenal sebagai pribadi yang ramah dan suka menolong, membuat orang nyaman dengannya. Orang-orang pun memberinya gelar Peri Lala. Sementara Keisha dikenal sebagai kecantikan yang tak tersentuh, dan mendapat gelar Keisheart Breaker (dari kalimat Keisha the heart breaker). Alasannya cuma satu; karena dia sering mematahkan hati para pemuda yang menyatakan cinta kepadanya. Keila sedang berkutat dengan soal-soal untuk masuk perguruan tinggi di Lord City, yang akan dilaksanakan sekitar dua bulan lagi. Dia sedang menjelaskan suatu formula kepada teman di sebelahnya, ketika Zein mendatangi kelasnya. Segera dia meninggalkan meja dan datang ke pintu kelas XII-A. “Ada apa, Zein?” “Keisha ada ke sini, nggak?” Senyuman Keila menghilang. Keisha! Keisha! Keisha terus yang dicari Zein. Kenapa pria ini tidak pernah peka dengan perasaannya? Sekalipun hatinya kesal, Keila tetap memasang senyum di wajahnya. “Keisha nggak ada ke sini. Dia nggak di atap? Kalau membolos, biasanya dia suka pergi ke sana.” “Enggak. Aku sudah periksa.” “Sudah menghubungi nomor ponselnya?” “Sudah, tapi nomornya nggak aktif.” “Kenapa kamu tiba-tiba mencarinya?” “Ada sedikit masalah yang harus kudiskusikan dengannya.” “Masalah apa? Kamu bisa cerita ke aku dulu, Zein. Mungkin aku bisa membantu.” Zein menggaruk tengkuknya dengan gestur agak kikuk. “Hanya Keisha yang bisa membantuku.” Keisha tersenyum kecil. “Baiklah. Nanti kalau aku lihat, aku kabarin.” “Terima kasih.” Zein langsung pergi setelah itu. Sekembalinya Keila ke meja diskusi, teman sekelas menggodanya. “Pacarmu cukup manis, Lala.” “Dia bukan…” “Kami tahu kalian sering pulang dan pergi ke sekolah bersama. Apa jangan-jangan kalian tinggal di satu rumah juga?” Pipi Keila bersemu, lalu menggeleng. “Rumah kami hanya berdekatan.” “Waaah…” “Hebat!” “Pantas setiap hari pulang bersama. Apa kalian kekasih masa kecil?” Meski semua teman menggodanya, tapi Keila tahu kepada siapa hati Zein berlabuh. Walaupun begitu, dia tidak mengklarifikasi apapun. Dia suka semua orang membicarakan hubungannya dengan Zein. Ketika sedang asik mengganggu Keila, tiba-tiba dua teman sekelas mereka datang dengan berita heboh. “Gaes, Keisheart akan menjatuhkan korban lagi!” “Hah? Kali ini siapa pria bodohnya?” “Itu anak baru pada program pertukaran pelajar!” “Katanya, dia Ketua OSIS di sekolahnya,” sambung teman sekelas lain yang datang belakangan. “Apa itu Arian dari Lord High School?” “Benar.” “Sial! Kenapa si pintar itu jatuh ke level pria bodoh?” “Entahlah. Sudah banyak yang memberinya peringatan, tapi dia nggak mau dengar.” “Lapangan basket sekarang ramai karena Arian bawa-bawa bunga segala buat nyatain cinta ke Keisheart.” “Nggak bisa didiamkan ini. Ayo kita viralkan.” “Kamu nggak ikutan, La?” Keila menggeleng, lalu menunjukkan buku di tangannya. “Aku mau lanjut belajar.” “Siswi berprestasi mah beda, ya…” Keila tertawa canggung, tapi saat menunduk dan menatap buku, dia justru tidak fokus. *** Sementara itu, yang jadi pusat perbincangan sedang bersedekap sambil mengamati pria tampan yang berdiri sembari memegang bunga dan sebuah kotak kecil warna merah. Harus Keisha akui kalau pemuda di depannya cukup tampan, dan menurut kabar, dia juga termasuk generasi kaya di Lord City. Kalau masalah pintar, jangan ditanya. Ketua OSIS itu selalu meraih peringkat satu. Bahkan, pemuda bernama Arian itu juga pernah menjabat sebagai ketua tim basket LHS. Dengan kata lain, dia sempurna, dan menjadi inceran setiap wanita. “Mereka bilang, kamu penghancur hati,” kata Arian, sambil melangkah lebih dekat ke hadapan Keisha. “Tapi kupikir mereka yang nggak pantas bersanding denganmu.” Sorakan deretan pria yang menjadi korban Keisha terdengar membahana, seolah tidak terima telah diremehkan. Sementara anak perempuan malah berteriak kagum dengan kepercayaan diri Arian. Keisha tersenyum kecil, merasa lucu dengan kesombongan Arian. Sedikit senyumannya membuat terdiam para pemuda, bahkan Arian mulai tersipu. Sungguh cantik! Arian berdeham pelan, lalu menyodorkan bunga ke hadapan Keisha. “Aku menyukai senyumanmu. Jadilah pacarku.” Semua orang diam, tangan mereka fokus merekam dengan kamera ponsel, bahkan beberapa siswa memeperbesar gambar agar wajah Arian bisa terlihat lebih jelas. Keisha melangkah maju seolah akan menerima buket bunga, tapi dia malah menjatuhkan tangannya ke wajah pihak lain. “Bagaimana, ya, Arian? Aku pikir kamu nggak terlihat sebaik aku.” Semua yang mendnegar diam-diam tertawa. “Aku sudah katakan kepada semua pria di sana,” tunjuk Keisha ke deretan pria yang ditolaknya, “kalau aku hanya menyukai orang yang penampilannya lebih baik dariku. Kalau nggak begitu, mereka akan merasa rendah diri ketika jalan denganku.” Arian menahan malu, lalu menepis tangan Keisha dari dagunya. Orang pikir dia akan menyerah setelah dipermalukan, tapi dia masih keras kepala. “Apa menurutmu ada yang lebih baik dariku? Kamu nggak tahu latar belakangku dan prestasi yang sudah aku raih? Banyak pria yang iri kepadaku, dan banyak wanita yang menginginkanku, tapi kenapa kau malah menolakku?” Keisha tertawa, yang sialnya membuat Arian tersipu alih-alih marah karena baru ditolak. “Tentu saja ada banyak yang lebih baik darimu. Kamu saja yang mainnya kurang jauh.” “Keisha!” teriak Arian. “Sst!” Keisha meletakkan telunjuknya di bibir Arian, dia tersenyum menggoda, lalu berbisik dengan s*****l tepat di telinga pria itu. “Jangan teriak-teriak. Itu nggak sesuai dengan citramu.” Arian menelan ludah karena melihat kecantikan gadis itu dari dekat. Amarahnya entah lenyap ke mana. “Karena kamu sudah berusaha keras, aku akan memberimu nomor teleponku.” Tanpa menunggu persetujuan Arian, Keisha sudah mengambil pulpen di saku pria itu, kemudian menuliskan nomornya di baju sekolah pihak lain tanpa rasa bersalah sama sekali. “Sampai jumpa lagi, Arian,” ujar Keisha, mengerling, lalu balik badan untuk meninggalkan tempat kejadian. Semua orang pun akhirnya tertawa, tapi mereka tidak bisa terlalu kuat tertawa karena menghargai Arian yang berasal dari Lord City. “Kalian lihat? Dia memberiku nomornya, artinya aku masih punya kesempatan,” kata Arian dengan bangga, tapi kumpulan pria yang pernah dihancurkan hatinya oleh Keisha malah menertawainya. “Yang sabar, Bro.” “Selamat bergabung dengan klub PKK.” “PKK?” “Para Korban Keisha.” Arian yang masih keras kepala, “Aku nggak sepenuhnya ditolak! Dia memberiku nomornya.” “Kami semua juga pernah mendapatkan nomornya, tapi semua nomornya palsu. Itu hasil karangannya.” “Aku nggak percaya,” kata Arian, lantas mengambil ponsel untuk menghubungi nomor yang tertulis di bajunya. Dia bahkan membuat panggilan dalam mode loudspeaker agar semua orang bisa mendengar. Tidak disangka, nomor itu tersambung. Arian tersenyum puas melihat wajah terkejut para pemuda. Tapi saat telepon dijawab, wajahnya yang gantian terkejut. “Adara Loundry di sini siap melayani, ada yang bisa dibantu?” ujar suara dari seberang telepon. “Pfftt… hahahahaha….” Tawa meriah seketika bergema di lapangan basket. “Keisha!!!” *** “Keisha!” Zein akhirnya menemukan Keisha sedang bermain ayunan di taman belakang sekolah. Dia tersenyum melihat gadis itu memejamkan mata sembari menikmati angin yang menerbangkan helaian rambut sebahunya. “Aku mencarimu ke mana-mana,” kata Zein, lalu menghentikan ayunan yang akan naik. “Kenapa?” “Untuk melaporkan sesuatu.” “Hemm… aku mendengar.” Zein mendorong ayunan ketika gadis di depannya masih ingin bermain. “Ada yang meniru konsep bar milik Zidan. Mulai dari tata ruangan, menu, konsep, sampai manajemen dan keamanannya sama persis. Tapi mereka membuat harga yang lebih murah untuk setiap produk mereka. Diperkirakan kualitas barang mereka lebih rendah sehingga nggak akan menyebabkan banyak kerugian jika menjual dengan harga murah. Karena kehadiran bar ini, bar milik Zidan mengalami penurunan omset.” “Sepertinya dia sudah melaporkan masalah itu kepadaku tiga hari yang lalu. Kalau nggak salah, dia bilang mau mencari pengkhianat di bar-nya lebih dulu sebelum mendatangi si bar peniru.” “Benar. Kemarin dia sudah mendapatkan si pengkhianat, tapi belum melaporkan kepadamu karena orang ini nggak hanya memberikan rancangan manajemen bar, tetapi juga klub malam Zidan, kafe, dan beberapa vila yang sedang dalam pembangunan.” Keisha langsung berdiri dari ayunan. “Sialan! Siapa pengkhianat ini?” “Seorang pria bernama Joshua. Dia telah kabur ke Lord City. Orang-orangku sudah kukirim untuk mencarinya.” “Lalu masalahnya sudah selesai?” “Belum. Kamu ingat masalah penggelapan dana pabrik s**u kita?” “Penggelapan dana selama lima bulan itu?” “Benar.” “Kamu sudah menemukan wanita sialan itu?” “Belum. Masalahnya, Joshua dan Jesikha ternyata pasangan kekasih, dan sepertinya mereka berencana bertemu di Lord City.” Keisha tersenyum kecil. “Mereka telah menargetkan kita sejak lama, dan telah merancang semuanya dengan sempurna.” Zein mengernyit. “Menurutku ini sedikit aneh, Kei.” “Bagian mana yang aneh?” “Dua orang itu direkomendasikan olehmu secara langsung. Biasanya, orang-orang yang kamu sarankan selalu bekerja dengan baik. Jadi, rasanya aneh kalau mereka berakhir mengkhianatimu.” “Nggak ada yang aneh. Aku juga manusia biasa yang bisa salah.” “Kamu bukan orang yang ceroboh, Kei.” Keisha mendadak mengalihkan pembicaraan, “Nanti kita pikirkan itu. Yang terpenting, apa yang dilakukan p*****l sekarang? Bukankah dia harusnya memberikan laporan kepadaku?” “Ah, benar. Itu yang ingin kulaporkan sebagai situasi darurat.” “Apa?” “Zidan sedang mendatangi pemilik bar peniru dengan beberapa anggota Dark Pirates. Kupikir dia akan membuat kekacauan di sana.” “Biarkan saja. Biar mereka tahu artinya mengganggu bisnis orang lain secara curang.” “Masalahnya, pemilik bar memiliki seorang tunangan yang adalah putri dari Walikota Neighbor Town. Kita punya proyek pembangunan jalan tol dari Escape Town ke Neighbor Town. Proyek diperkirakan selesai tahun depan. Jika ada masalah sekarang, maka kerugian besar akan menjadi pihak kita. Sementara kamu tahu sendiri bagaimana tempramen Zidan, kan?” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN