BAB 45

859 Kata

Saat tiba di ruang ICU, satpam melarangku untuk masuk. Namun, setelah Ningrum menjelaskan pasien ingin bertemu, mereka mempersilahkan. Dia berjanji, setelah mengantarku masuk maka akan segera keluar. Jantungku berdebar, tapi aku mencoba untuk tenang. Ruangan yang berisi tiga tempat tidur dengan jarak yang tak terlalu dekat itu berdinding tirai penyekat. Di ruangan itu hanya berisi dua pasien. Yang satu Mas Adit, dan yang satu Reno. Saat tiba, kudekati wajah suamiku. Dia masih terlelap. "Yah, anak kita sudah lahir," bisikku di telinganya. Meski Mas Adit memejamkan mata, tapi ada air mata yang keluar dari pelupuknya. Mungkin itu adalah sebuah respon. Banyak alat yang terpasang di tubuhnya. "Yah, cepat sembuh. Kami menunggu. Anak kita sangat tampan. Persis seperti, Ayahnya." Aku masih ber

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN