“Kamu jadi ke kantor hari ini Laras?” tanya mama Della setelah mereka bertiga menikmati sarapan pagi hari ini.
Laras yang sedang meneguk air putih lantas meletakan gelas ke atas meja sebelum Laras menjawab apa yang diucapkan oleh sang mama kepada dirinya saat ini. “Iya ma. Laras akan pergi ke kantor hari ini. Memangnya kenapa ma?”
“Tidak apa-apa Laras. Mama hanya sekerdar bertanya sama kamu saja Laras. Mama pikir kamu masih merasa lelah jadi belum ke kantor hari ini,” balas mama Della sembari berusaha tetap bersikap tenang agar Laras tidak menaruh rasa curiga kepada dirinay saat ini.
“Laras tidak merasa lelah ma. Laras sudah istrirahat penuh malam tadi ma. Laras berangkat terlebih dahulu ke kantor iya ma,” sambung Laras lalu beranjak dari tempat duduknya untuk mengecup punggung sang mama.
“Bagaimana kalau Papa antar kamu ke kantor Laras?” sahut Alvin kepada sang putri sambungnya itu.
Laras yang kini sedang mengambil tas kerja di kursi di mana Laras duduk tadi seketika menghentikan gerakannya saat mendengar suara bariton sang papa sambungnya itu. Sontak Laras mengalihkan perhatian ke arah sang Papa sambungnya itu yang kini sedang menatap ke arah dirinya sembari mengulas senyuman manis kepada Laras pagi hari ini.
‘s**t. Kenapa laki-laki itu harus tersenyum pagi ini kepada aku sih? Kenapa juga hati aku merasakan debaran yang berbeda saat melihat senyuman laki-laki itu,’ batin Laras saat melihat senyuman manis dari laki-laki yang telah menjadi papa sambungnya itu saat ini.
Alvin yang melihat sang outri sambungnya itu kini sedang diam seribu bahasa lantas mengulangi pertanyaaan yang dilontarkan oleh dirinya kepada sang putri sambungnya itu. “Bagaimana Laras? Apa kamu bersedia berangkat ke kantor bersama dengan Papa pagi hari ini?”
Laras menyadarkan diri dari lamunannya saat mendengar suara bariton laki-laki yang bernama Alvin itu. “Tidak usah papa. Papa kan harus mengantarkan mama pagi hari ini. Laras bisa berangkat sendiri naik mobil Laras, papa.”
Alvin mengulas senyuman kecut saat mendengar apa yang diucaokan oleh Laras kepada dirinya. Alvin merasa kecewa saat Laras menolak tawaran dari dirinya untuk mengantarkan Laras hari ini. Ya. Alvin dengan sengaja menawarkan diri untuk mengantarkan Laras karena Alvin ingin lebih dekat dan lebih banyak mengetahui tentang Laras sang putri sambungnya itu yang telah membuat Alvin tidak dapat tidur dengan nyenyak malam tadi. Alvin selalu terbayang wajah cantik Laras sejak pertama kali bertemu dengan Laras kemaring siang.
“Laras berangkat dulu iya papa dan mama. Assalamu’alaikum,” ucap Laras lalu melangkahkan kaki menuju ke pintu utama setelah berpamitan kepada sang papa dan sang mama pagi hari ini.
“Wa’alaikumsalam,” balas mama Della dan Alvin dengan kompak.
Laras memutar kemudi mobil dengan kecepatan sedang menembus jalanan ibu kota yang tampak mulai padat menuju ke perusahaan peninggalan mendiang papanya itu pagi hari ini.
***
“Kamu coba bawakan laporan keuangan perusahaan ini selama lima tahun terakhir Alma,” ucap Laras kepada asisten pribadi mendiang papanya yang masih bekerja di perusahaan itu.
“Baik bu Laras. Saya permisi terlebih dahulu untuk menyiapkan laporan keuangan perusahaan ini selama lima tahun,” balas Alma dengan nada sopan sembari membungkukan sedikit tubuhnya sebagai tanda hormat kepada atasan barunya itu pagi hari ini.
“Iya Alma. Saya tunggu laporan keuangan dari kamu siang hari ini juga iya Alma. Saya ingin mengetahui keuangan perusahaan peninggalan mendiang papa sebelum saya mulai mengambil alih perusahaan mulai hari ini,” sambung Laras.
“Baik bu Laras. Saya permisi,” seru Alma.
“Iya Alma,” tukas Laras.
Alma melangkahkan kaki pergi keluar meninggalkan ruangan Laras kembali ke ruangan dirinya untuk menyiapkan laporan keuangan yang diminta oleh Laras hari ini.
‘Perang dunia ketoga akan terjadi jika bu Laras mengetahui apa yang telah dilakukan oleh mamanya kepada perusahaan ini dan keuangannya selama ini,’ batin Alma sembari melangkahkan kaki menuju ke dalam ruangannya saat ini.
Sementara itu, Laras mulai mencoba mempelajari perusahaan milik mendiang sang papa melalui berkas yang telah diberikan oleh Alma kepada dirinya beberapa saat yang lalu. Laras menaruh rasa curiga dengan berkas yang kini sedang diperiksa dengan teliti oleh dirinya. Namun Laras tidak mau berpikir negative terlebih dahulu sebelum Laras menemukan bukti yang valid tentang apa yang telah dilakukan oleh sang mama kepada perusahaan milik mendiang sang papanya selama lima tahu ini.
Laras kembali tenggelam dengan tumpukan berka syang kini ada di hadapan dirinya dan harus diperiksa dengan detail satu demi satu mulai hari ini. Ya. Laras tidak boleh terburu-buru dalam memeriksa berkas penting di perusaahn milik mendiang sang papa yang dibangun oleh mendiang sang papa mulai dari nol selama sang papa masih hidup di dunia ini dengan segala perjuangan dan jerih paying mendiang sang papanya itu.
***
Huft..
Laras menghela nafas berat untuk menghilangkan rasa lelah dan penatnya hari ini setelah berada di kantor sang papa dengan tumpukan berkas yang ahrus diperiksa oleh dirinya mulai hari ini. Laras meletakan tas kerja dan laporan keuangan yang harus dipelajari oleh dirinya di atas meja kamrnya lalu Laras melepas blazer warna cokelat yang dikenakan oleh dirinya hari ini.
Laras melamgkahkan kaki pergi meninggalkan kamar menurunu anak tangga menuju ke dapur yang berada di lantai satu untuk mengambil air minum sore hari ini. Laras menautkan kedua alis saat melihat suasana rumah yang tampak sepi tidak ada satu orangpun saat ini. Bibi yang bekerja di rumah mewah milik keluarganya itu bahkan tidak kelihatan sama sekali batang hidungnya sore hari ini.
“Kamu sudah pulang Laras?” tanya Alvin yang baru saja tiba di rumah saat melihat keberadaan Laras di dapur saat ini.
Deg..
Ada yang berdebar di hati Laras saat mendengar suara bariton yang tampak tidak asing di indera pendengarannya. Tubuh Laras seketika membeku di tempat saat Laras mendengar suara langkah kaki yang tampak tegas sedang menuju ke arah dirinya berada saat ini.
“Kamu sudah lama pulang Laras?’ tanya Alvin lagi.
Huft..
Laras menghela nafas berat untuk menenangkan diri sebelum menjawab apa yang diucapkan oleh sang papa sambungnya itu kepada dirinya saat ini. Laras memutar tubuh menghadap di mana sang papa sambungnya berada itu.
Astaga..
Laras membelalakan kedua bola mata dengan sempurna saat melihat penampilan sang papa sambungnya yang tampak sangat maskulit dan seksi bagi indera penglihatannya. Dua kancing pakaian kerja sang papa sambungnya yang dibuka dan menunjukan d**a bidang dengan rambut tipis di sana menjadi pemandangan indah bagi Laras sore hari ini. Lengan panjang pakaian kerja sang papa sambungnya yang dilipat hingga batas siku tangannya semakin menambah kesan seksi laki-laki yang bernama Alvin itu. Tidak dapat dipungkiri oleh Laras jika penampilan sang papa sambungnya itu tampak seksi dan membuat debaran di hati Laras semakin tidak menentu saat ini.
‘Dam it! Kenapa laki-laki ini tampan dan seksi sekali,’ batin Laras.
Alvin menautkan kedua alis saat melihat sang putri sambungnya itu diam seribu bahasa tanpa berkedip sama sekali saat sedang menatap ke arah dirinya saat ini.
Alvin mengulas senyuman manis saat dapat mengerti arti diam sang putri sambungnya itu. Alvin dengan sengaja menggoda sang putri sambungnya itu setelah melihat situasi dan kondisi di rumah mereka itu kini dalam keadaan sepi. Sang istri bahkan telah berpamitan pulang terlambat karena ada meeting hingga malam hari ini.
“Saya tahu jika saya tampan Laras. Kamu jangan melihat saya dengan tatapan seperti itu Laras. Kamu bisa jatuh cinta sama saya nanti. Kamu juga seksi Laras. Kamu sangat seskis Laras. Kamu lebih seksi daripada mam kamu, Laras,” bisik Alvin di indera pendengaran sang putri sambungnya itu.
Duarrrr..