Pertandingan berlangsung selama seharian dan sekarang sudah malam. Mereka sempat break waktu siang dan sore untuk makan dan bersih-bersih. Sekarang jam 7 malam pertandingan satu lawan satu dimulai kembali. Dave yang emang sudah menguji kekuatan pembaca masa depannya hanya melihat Mark dan Alan sedari tadi karena setalah ini giliran mereka berdua untuk melakukan pertandingan.
Saat semua murid sudah duduk dan pembukaan pembawa acara seperti biasa. Azra langsung menyebut nama untuk pertandingan pertama pada malam yang dingin itu yaitu Mark melawan Alan, hal itu tentunya membuat siapapun yang mengenal kedua orang tersebut menjadi antusias.
Mark yang melihat Dave tersenyum setelah kedua nama mereka disebutkan merasa langsung paham situasi yang terjadi beberapa waktu lalu. Alasan mata Dave yang melihat keduanya dengan penuh antusias, “Jadi Lo sebenarnya udah tau kalau gue dan Alan akan bertarung?”
Perkataan Mark yang tiba-tiba membuat Dave dan Alan menoleh ke arah Mark. Setelah sepersekian detik Alan baru sadar dengan perkataan Mark dan ikut menatap Dave dengan penuh intimidasi dan meminta penjelasan.
Dave hanya cengengesan dan tidak kuasa menahan senyumnya. “Ayolah! Gue hanya ingin melatih kekuatan gue saja, gue udah tau sedari awal tapi gue nggak yakin apa yang gue lihat bakal jadi kenyataan atau nggak. Makanya gue Cuma diem doang,” ucap Dave membela dirinya.
Mark dan Alan memakluminya, mereka berdua langsung pergi menuju arena untuk memulai pertarungan. Keduanya sudah bersiap dengan gaya mereka masing-masing. Setelah serangan pertama dipersilahkan, Mark tanpa ragu langsung melancarkan serangannya begitu juga dengan Alan yang langsung tiba-tiba menghilang dan menyerang Mark dari belakang.
Pertarungan diantara keduanya bisa dibilang pertarungan yang fresh untuk penonton yang ada di sana. Karena baru kali ini mereka melihat antar kedua lawan langsung saling menyerang tanpa tunggu-tungguan.
Mark yang tadi terkena serangan Alan berhasil menangkisnya dan mencampakkan Alan dengan kekuatan gravitasi miliknya. Alan lagsung terpental dengan tubuhnya yang hancur, hal itu membuat semua yang melihat peristiwa itu sangat shock bukan main.
Tapi dalam sekejap tubuh Alan kembali pulih dengan bagian tubuhnya yang melayang tersambung kembali.
“Kekuatan dua bersaudara emang mirip ya. Bagaimana coba gue bisa membunuh lo jika kekuatan lo seperti itu?” Mark bertanya kepada Alan dari kejauhan yang bisa didengar oleh satu penonton di arena.
“Heum bagaimana ya?” Alan mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan jari telunjuknya seraya berpikir.
Sebuah tinjuan melayang dari belakang tubuh Mark. Gravitasi Mark tidak berlaku dan itu dapat menembus pertahanan Mark, Mark langsung terjatuh begitu tinjuan itu mengenai punggung belakangnya.
“Tinjuan tak kasat mata? Menarik,” gumam Mark.
“Kenapa? Lo takut ya?” Alan menggoda Mark.
“Sayangnya gue mau nunjukkin kedominanan gue,” ucap Mark.
Mark langsung mengaktifkan sihir gravitasi miliknya, di mana sihir itu langsung melebar ke seluruh penjuru arah dan memenuhi arena. Sihir itu langsung membuat satu suasana arena menjadi berubah dan terintimidasi dengan Mark. Semua orang yang berada di area sihir Mark merasakan tekanan yang kuat ke bawah dan bahkan tubuh mereka kaku.
Tentunya itu berbeda dengan Alan yang ternyata tidak berlaku sama sekali. Mark yang melihat itu kaget bukan main, “Kenapa Lo bisa nggak kenapa-kenapa?” tanya Mark mulai panik dan kehabisan cara bagaimana mengalahkan Alan.
Alan tersenyum, “Sayangnya sudah terlambat, kali ini gue yang menang!” seru Alan dan berlari dengan kecepatan penuh yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa ke arah Mark.
Alan mengumpulkan kekuatan dan energinya pada kepalan tangan kanannya dan mengarahkannya ke Mark yang berdiri kaku di tengah arena. Suara hantaman benda yang sangat kuat langsung terdengar dan bergema, sihir gravitasi milik milik Mark langsung menghilang dan itu membuat seluruh orang merasakan kelegaan yang menyegarkan.
Tapi tiba-tiba waktu langsung terhenti dan membeku sebuah suara terdengar, “Oups! Sayangnya tidak semudah itu,” ucap Mark.
Terdengar suara aneh dan pecahan kaca retak begitu banyak, dalam sekejap semuanya balik ke peristiwa sebelumnya dengan Alan yang belum mencoba menyerang Mark, tapi sekarang posisinya berbeda. Alan sudah kaku dan tidak dapat bergerak.
Mark yang melihat itu merasa lega dan langsung menghela napas, “Gue nggak tau cara mengalahkan lo selain melakukan hal seperti ini,” ucap Mark dengan terengah-engah karena sihir pengubah takdir miliknya memerlukan sangat banyak energi.
Semua yang melihat dan merasakan kejadian itu shock dan tidak dapat berkata-kata dengan kehebatan sihir milik Mark. Pertarungan pertama pada malam itu dimenangkan oleh Mark dan setelahnya semua pertarungan berjalan seperti biasa kembali sampai berkahir pada besok pagi.
***
Sekarang hari ketiga dari kompetisi tahunan Assamble Academy berlangsung. Semuanya mulai merasa bosan untuk kembali ke arena dan menonton segala hal yang terjadi, karena pertarungan semakin membosankan hanya beberapa saja yang seru.bagi mereka.
“Besok kan yah hari di mana pertarungan antar tim?” tanya Radiant tidak sabar kepada teman-temannya.
Sejak hari kemarin Alan, Alana, Dave, Mark, Olfie, dan Radiamt membuat sebuah circle dan mulai duduk berjejeran di arena.
“Iya,” jawab Mark singkat.
Semuanya saat itu fokus ke kegiatan mereka masing-masing karena banyak yang memiliki kesibukan pribadi setelah mereka sudah tinggal genap selama seminggu di sana. Mereka masing-masing merasa harus mencari tau tentang banyak hal dengan membaca buku dan meriset beberapa teori yang nanti mereka simpulkan sendiri.
Hal seperti itu sangat umum dilakukan oleh murid tahun pertama dan sangat wajar terlebih lagi Assamble Academy di isi oleh orang dengan kemampuan intelektual di atas rata-rata.
Tidak lama setelah mereka datang ke Arena, pertandingan dimulai seperti biasa dan pada umumnya. Tidak ada hal baru atau hal spesial kecuali besok pagi. Banyak yang antusias menunggu kehadiran esok hari karena challenge yang dihadirkan Assamble Academy bagi mereka sangat menantang, tidak terkecuali Radiant. Meskipun ia sebenarnya belum bertarung karena namanya tidak pernah dipanggil dari hari pertama. Itu membuat Radiant juga sedikit bingung dikarenakan yang lainnya sudah dipanggil di hari pertama.
“Bagaimana proges sihir Lo?” tanya Olfie yang tidak sengaja melihat Radiant menghelakan napas karena bosan.
“Sejauh ini baik, tidak ada kendala dan gue rasa gue bisa menang.”
Olfie menganggap perkara singkat dan ia kembali ke kegiatannya yaitu melatih sihirnya dengan mengontrol energi pada kedua tangannya. Olfie melakukan itu dengan cara hanya mengeluarkan energi kecil dan menimbulkan sihir es miliknya dengan sangat kecil di atas telapak tangannya.
Beberapa waktu berlalu dan sampailah di mana akhirnya Radiant yang memulai pertarungannya melawan sosok yang tidak dikenalnya dan Radiamt dengan semangat membara menuruni tangga arena untuk menghampiri lawannya yang sudah sampai duluan karena sihir lawannya merupakan sihir ruang yaitu sihir dari kelompok green code