BAB 40

1074 Kata
Alan, Dave, dan Mark berpencar. Mereka menghindari pemuda itu dengan sengaja, selain itu Dave juga mengirimkan pesan lewat telepati kepada kedua temannya itu bahwa ia masih merasakan keberadaan teman satu tim pemuda pemilik sihir benang merah tersebut. Jadi, Dave memutuskan secara sepihak untuk mereka bertiga berpencar saja. Alan pergi ke arah Utara mengikuti arus sungai yang ada. Ia sengaja berlari sesuai arus untuk menemui air terjun dan memanfaatkannya untuk melawan musuhnya nanti. Gerakan Alan sangat cepat, kebetulan ia juga memiliki indera perasa yang kuat jadi ia tidak perlu khawatir ketika ada yang tiba-tiba datang untuk menyerangnya, karena Alan dapat menangani serangan itu dengan mudah. Tiba-tiba kepala Alan terasa seperti tertarik dan tersentrum, rupanya itu karena Dave yang mencoba menghubunginya lewat telepati. “Arah jarum jam angka 8 ada yang ikuti lo dengan cepat, waspada!” peringati Dave dan belum sempat Alan menjawab, Dave sudah memutuskan telepati mereka secara sepihak. Alan menoleh reflek yang ke kiri, ia menatapi pohon-pohon besar dan tinggi di kirinya itu yang terus ia lewati sembari berlari. Tapi anehnya Alan tidak merasakan apapun karena semuanya berjalan natural. “Apa gue melewati sesuatu ya?” gumam Alan dengan kembali fokus untuk menyusuri sungai tersebut sampai ia menemukan puncak air terjun dan melompat ke dalam air untuk turun bersamaan dengan air terjun yang deras itu. Tubuh Alan terasa dingin dan sejuk, dirinya kembali segar dengan pikiran yang mulai jernih kembali. Alan sampai pada bawah air terjun dan ia terlempar begitu saja beberapa meter ke depan dan airnya mulai tenang di sana karena tidak memiliki arus lagi. “Apa di sini akhirnya?” ucap Alan. Alan menoleh ke kanan dan kiri kemudian memutar-mutar untuk melihat danau yang cukup luas tempat air terjun itu menumpahkan airnya. Alan tersenyum tipis karena ia berhasil memancing lawannya ke sini. Hal itu dapat dirasakan oleh Alan ketika musuhnya itu tiba-tiba datang dari belakang dengan tinjuan api yang ingin mencoba membakar tubuhnya. Tentu saja Alan tidak menghindar karena ia ingin mempermainkan lawannya. Tinjuan api milik lawannya itu berhasil mengenai Alan dan membolongi d**a Alan, tapi bekas bolongan itu kembali tumbuh daging dan kulit menyatu dengan sempurna dalam sekejap. Kaki Alan menendang lawan yang ada di belakangnya dan kena dengan mudah, tetapi Alan merasakan ia menendang benda yang sangat keras. Alan membalikkan tubuhnya dengan tendangan berikutnya, ia melayangkan tendangan melayang dengan kaki kirinya. Alan melihat seorang pemuda dengan tubuh kekar berhasil menahan serangan keduanya. Pemuda itu menggeleng kecil seakan meremehkan Alan. Satu serangan dari pemuda itu meluncur hanya dengan menolakkan kedua kaki Alan yang ditangkap oleh tangannya, Alan mampu terlempar dengan sangat jauh menggunakan teknik serangan angin. “Gila! Sebenarnya apa kekuatannya?” gumam Alan merasa lawan di depannya itu terlalu kuat ditambah memiliki banyak elemen sihir yang membuat Alan menjadi sulit untuk menyerang atau menangkis serangannya. “Kenapa? Lo udah nyerah?” ucap pemuda di depannya itu dengan nada remeh dan gaya angkuhnya. Pelipis Alan mulai terasa sakit itu karena ia mulai kehabisan energi karena berlari dengan sangat jauh tadi. Selain itu energinya lebih terkuras banyak saat pemuda di depannya itu menahan kakinya, terasa seperti jiwa Alan ditarik ke dalam tangannya yang sangat keras itu. “Kalau begini gue bisa kalah telak ck.” Alan mendecih dengan muka pasrahnya, tetapi beberapa saat kemudian Alan tersenyum dan kembali melihat lawannya itu dengan pandangan antusias. “Nyerah? Apa mungkin gue keliatan seperti orang yang suka menyerah?” Alan mencoba mengulur waktu dengan berusaha mengajak musuhnya itu untuk bicara terus menerus. Setidaknya hal yang harus disiapkan Alan sekarang adalah topik yang banyak sampai energinya terisi penuh kembali. “Oh? Jadi lo nggak niat menyerah? Gue liat kondisi tubuh lo udah mencapai batasnya? Apa gue salah?” Alan memasang kuda-kudanya dan berlari dengan cepat sampai tidak dapat dilihat oleh siapapun. Ia berlari ke depan menghampiri pemuda yang bahkan ia tidak tau namanya itu, saat hampir sampai Alan meleburkan dirinya dengan angin sehingga menyisakan asap saja yang mengenai wajah pemudah itu. “Wah! Menarik.. pemilik sihir body recycle ya? Yang katanya hanya ada satu di dunia? Tapi gue nggak menyangka pemilik sihir menakutkan seperti itu sangat mudah kehabisan energi dan suka bersembunyi seperti sekarang.” Pemuda itu menyindir sikap yang dilakukan oleh Alan. Alan tidak peduli sekarang tubuhnya transparan dan sangat ringan, ia menduga orang di depannya ini tidak akan bisa membaca gerak tubuhnya. Hanya saja jika diserang ia memiliki refleks yang bagus, Alan harus mencari cara untuk itu karena lawannya sekarang sangat mahir dalam bertahan dan mengelak. “Mau sampai kapan? Lo sembunyi? Oh iya, gue tau nama lo Alan. Lo mau tau nama gue nggak?” ucap pemuda itu menawarkan dirinya sendiri untuk memperkenalkan namanya yang bahkan Alan tidak niat untuk membicarakan hal itu saat sekarang. “Nama gue Ethan.” Alan tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, tubuhnya sekarang panas dingin, sihir yang mengalir alami di dalam tubuhnya menjadi berantakan karena kondisi emosionalnya yang sedang kacau. Alan terpental jauh dengan tubuh transparannya yang perlahan hilang, kekuatan sihirnya sendiri yang membuat dirinya terjatuh. “Ternyata lo mengingat nama gue dengan baik, tapi kenapa seorang pemilik tubuh yang kebal bisa ketakutan dengan orang seperti gue?” Ethan bertanya bingung seraya langkahnya yang panjang itu menghampiri Alan yang tersandar pada sebuah batang pohon besar. “Takut?” Alan bergumam yang didengar oleh Ethan. “Omong kosong,” lanjut Alan dengan duplikat dirinya yang sudah mengunci tubuh Ethan dari belakang. “Apa? Bagaimana bisa? Sejak kapan?” Ethan sekarang tidak bisa bergerak karena tubuh Alan yang mengunci seluruh energi sihirnya. Duplikat Alan terlihat elastis dengan melilitkan tangan hingga kakinya seperti ular yang melilit Ethan dengan kuat, kemudian mencair dan mengental yang membuat Alan menjadi lemas. “Gue nggak sealay itu untuk takut sama orang yang katanya anak iblis kaya lo. Lagipula yang masuk ke sini mereka yang memiliki banyak kelemahan dan masalah mental, bukan? Untuk apa coba gue takut sama orang yang memiliki masalah yang hampir sama dengan gue sendiri? Kita sama-sama tidak berdaya di sini.” Ethan tidak bisa menjawab perkataan Alan karena Alan dengan sengaja menutup mulut Ethan biar ia tidak dapat merapalkan mantra yang aneh-aneh. Bohong banget kalau Alan nggak takut sama sekali, buktinya ia langsung menyegel sihir Ethan dengan tergesa-gesa. “Selamat tinggal!” Alan berseru. Ia mengangkat tangan kanannya, dari telapak tangannya yang terbuka, ia menutup secara perlahan telapak tangannya itu bersamaan dengan duplikatnya yang semakin menyempit dan menekan tubuh Ethan. Sampai pada akhirnya telapak tangan Alan menutup sempurna, tubuh Ethan langsung hancur berkeping-keping dengan darah yang muncrat ke segala penjuru arah.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN