Radiant mengerjapkan matanya dan menggelengkan kepalanya. Ia merasakan pusing yang luar biasa dan telinganya berdengung dengan sangat kuat sampai ia tak kuasa menahannya dan membuka lebar matanya saat itu juga. Radiant terbangun dari tidurnya dengan tubuhnya yang refleks untuk duduk, Radiant merasakan sesak yang luar biasa sebelum ia bangun dan sekarang ia merasa lega seketika saat sudah tersadar.
“Tapi gue dimana?” gumam Radiamt saat melihat ke bawah. Ia menemukan sebuah kasur bewarna putih dan ia juga memakai baju berwarna putih seperti pasien rumah sakit.
“Gue kira gue di rumah sakit,” ucap Radiant pada dirinya sendiri dekat sedikit tertawa dan sesaat kemudian ia langsung tersadar dengan ucapannya dan keadaannya saat sekarang.
“Sial!” umpat Radiant dan melihat sekelilingnya.
Radiant ingin merutuk kembali tetapi tidak bisa, mulutnya tertahan untuk berbicara saat menyadari ada teman barunya itu di sekelilingnya. Siapa lagi kalau bukan teman sekamarnya, rombongan Mark, dan Olfie yang menatap dirinya menginterogasi.
“Gue kenapa ya?” tanya Radiant karena ia sudah sangat penasaran apa yang terjadi padanya sampai ia bisa tiba-tiba di rumah sakit padahal sebelumnya ia ada di pertandingan melawan Zoey dan meledakkan dunia.
“Menurut Lo? Sekarang Lo kenapa?” sahut Alana.
“Ntahlah, gue juga bingung soalnya kan awalnya gue lagi tanding dan gue ledak-“ Perkataan Alana berhenti seketika saat ia mulai kembali kepada kesadaran penuhnya. Ia ingat bahwa ia ingin meledakkan bumi, bukan ingin lebih tepatnya Radiant sudah melakukannya.
Radiant menatap teman-temannya itu dengan wajahnya yang panik sedangkan yang lainnya hanya melihatnya dengan alis mereka yang baik sebelah seakan bertanya apa yang terjadi kepadamu.
“Kita sekarang udah di surga? Maafkan gue yah teman-teman, jadinya kalian ngga-“
“Cukup!” Mark memotong ucapan Radiant dan mengangkat jari telunjuknya untuk isyarat bahwa Radiant harus diam.
“Intinya Lo pingsan setelah ledakkan dunia dimensi itu dan 20% murid Assamble Academy juga pingsan karena kejadian perpindahan paksa itu. Untung saja Zoey sekarang dalam keadaan baik-baik saja, Lo tau? Lo hampir membunuh Zoey!” ucap Mark.
Mark kemudian meninggalkan teman-temannya yang lain keluar ruangan kesehatan itu untuk melakukan sesuatu dengan kekacauan yang terjadi. Radiant yang mendengar perkataan Mark dan disusul kepergiannya itu menjadi merasa bersalah bahwa ia tidak bisa mengendalikan penuh kekuatannya.
“Emang gue pingsan berapa jam?” tanya Radiant.
“Sepuluh menit? Mungkin?” tanggap Alan.
“Jadi bagaimana? Pertandingan di lanjutkan?” tanya Radiant penasaran.
“Iya! Pertandingan di lanjutkan tetapi antar individu dianggap sudah selesai dan sekarang kita akan bertanding secara tim,” jawab Olfie yang duduk di samping kiri Radiamt itu dengan kursi kayu yang ada di sana.
“Begitu ya? Timnya udah ditetapkan?”
“Timnya per kamar kan kalau cowok? Tapi kalau cewek itu per dua kamar. Tentu saja gue udah mendaftarkan tim kita,” ujar Olfie.
Saat itu juga Alan dan Dave saling bertatapan, “Jadi pendaftarannya udah dibuka?” tanya Dave penasaran padahal ia sudah tau jawabannya.
“Pendaftarannya sudah dibuka sejak hari pertama sebenarnya,” jawab Olfie.
“Harus daftar?” tanya Alan.
“Setau gue harus daftar karena itu untuk data informasi, meskipun di sini udah canggih tapi mereka juga butuh konfirmasi data dari orang aslinya. Gue rasa tim kalian sudah didaftarkan oleh Mark. Santai aja nggak usah tegang gitu,” ucap Alana.
“Berarti pertandingan ini bakal diadakan selama lima hari ya?” Radiant membuka topik baru karena ia penasaran apa saja yang akan dilakukan dengan pertandingan yang memakan waktu lama itu.
“Dari yang gue dengar dengar pertandingan ini juga pernah memakan waktu selama sebulan lamanya,” ungkap Dave membuat mereka menemukan fakta baru yang mengejutkan. Siapa coba yang tidak terkejut dengan hal seunik itu?
“Sebulan?” ucap Alan, Alana, Olfie, dan Radiant secara bersamaan.
Dave hanya mengangguk, “Gue nggak akan baca masa depan hanya untuk itu. Asal kalian tau itu curang jika mengetahui masa depan yang akan terjadi sebelum pertandingan dimulai,” ujar Dave tau apa yang ada dipikiran temannya itu, mereka ingin Dave untuk menerawang seberapa lama pertandingan kali ini akan berlangsung.
“Iya deh iya,” ucap Alana dengan nada kesalnya yang sangat kentara.
“Alan! Dave! Kalian ikut gue cepat!” seru Mark dari luar dan tidak lama kepalanya nongol di ruang kesehatan itu, “Ngapain kalian berdua masih di sini? Cepat sini kita harus buat strategi!” ucap Mark terang-terangan dan itu membuat orang lain yang mendengarnya jadi memiliki rencana untuk mengikuti ide Mark.
Tanpa basa-basi lagi Alan dan Dave langsung pergi menyusul Mark yang keliatannya sudah marah dengan mereka entah karena apa.
“Sejak kapan ia jadi se emosional itu?” tanya Alana bingung dengan matanya yang berkedip berulang kali seakan memastikan bahwa itu Mark.
“Alana, lo nggak lupa kan kita ada di mana?” tanya Olfie dengan senyuman paling tulus miliknya karena yang ia maksud ini juga sedikit keji untuknya.
“Assamble Academy?” jawab Alana dengan polosnya dan menatap Olfie juga Radiant bergantian.
Olfie dan Radiant melihat Alana dengan helaan napas karena tetap saja Alana tidak sepintar yang mereka kira, ia bahkan pernah cerita bahwa dirinya mendapatkan peringkat paling terakhir satu sekolahan dan menceritakan itu dengan bangga, tapi tetap saja hobi membaca bukunya itu sangat aneh bagi Radiant dan Olfie.
“Kenapa? Gue salah ya?” tanya Alana kembali dan tetap tidak tau di mana kesalahannya.
“Lo benar nggak salah, tapi mau gue benahi lagi, lebih tepatnya Assamble Mental Hospital!” ucap Olfie dengan bangganya.
“Ya benar! Kita semua orang gila!” ucap Olfie sekali lagi menegaskan.
“Ah iya Lo benar juga,” tanggap Alana dan baru teringat bahwa mereka berada di sini bukan karena mereka memiliki kekuatan sihir yang hebat, tetapi karena mereka sebenarnya merupakan orang yang tidak mampu menjalani hidupnya dengan baik dan berakhir dengan memilih kesalahan mental yang serius.
***
“Kita mau ke mana Mark?” tanya Alan yang sangat penasaran sedari tadi karena Mark terus membawa mereka masuk ke dalam hutan terlarang. Alan sangat was-was bahwa Mark akan membunuh mereka atau sengaja menjebak mereka di hutan terlarang dan dimakan oleh hewan buas.
“Pikiran Lo terlalu mengerikan lan,” bisik Dave kepada Alan di dekat telinga Alan.
“Sial! Gue kaget!” Alan refleks hampir memukul Dave dan menghela napasnya.
“Gue bingung, Lo kebal tapi Lo takut mati, gimana sih?” tanya Dave seraya menertawakan Alan kecil.
“Apa sih Lo? Gue punya anxiety terutama sama kematian, seharusnya Lo tau kalau orang di sini semuanya memiliki penyakit mental yang sulit disembuhkan. Itulah kenapa Assamble Academy ini sebenarnya masih sangat misterius bagi kita, tetapi sangat nyaman untuk ditinggali itu semua karena kita memiliki masalah yang serupa,” ujar Alan dan melangkah dengan cepat menyusul Mark yang sudah jauh di depan mereka.
“Ayo lebih cepat lagi nanti kita kehilangan jejak Mark,” ucap Alan.
“Oh iya!” sahut Dave.
Dave merasakan perasaan yang sulit dijelaskan saat Alan berkata seperti itu. Mungkin ia berpikir bahwa kebanyakan orang di sini sebenarnya terlalu sempurna untuk dijatuhkan, sehingga Dave tidak berpikir sejauh itu dan melupakan bahwa mereka semua merupakan orang yang butuh support dan pertolongan akan kondisi mental mereka.
“Yah! Bagaimana semua ini sangat menarik dan juga menakutkan,” gumam Dave seraya menghela napasnya, ia kemudian menyusul Mark dan Alan yang sudah sangat jauh darinya itu.
“Setidaknya untuk sekarang akan aman selama si antagonis tidak akan muncul.”