Pulang bareng

1925 Kata
Kalau emang kamu nyaman di keluarga saya,sering sering aja main kerumah. Saya gak keberatan kok. Benua Raga Angkasa Matahari perlahan lahan menyeruak masuk ke dalam sebuah kamar bernuansa pink, dan banyak tumpukan n****+ yang tertata rapi dipojok ruangan. Nampaklah seorang cewek sedang menggeliat karena terpapar sinar matahari yang masuk disela sela kamarnya. Huaaaa Sharena menguap lebar dengan kedua tangan yang diangkat keatas menandakan bahwa ia sudah terbangun dari alam mimpinya. Dengan cepat ia masuk ke kamar mandi, tak butuh waktu lama Rere sudah keluar dengan keadaan tubuh yang masih terlilit oleh handuk. Ia segera memakai seragam tanpa dasi dengan bahu yang menggendong tas ransel kecil yang berisikan satu buku tulis. Kalian tau lah, bagaimana cara berpakaian trouble maker seperti Rere yang jarang memakai atribut dengan lengkap dan sering melanggar peraturan. Segera ia menuruni tangga dengan niat awal sarapan bareng keluarganya, namun, harapan itu harus ia buang jauh-jauh karena meja makan nampak kosong mengingat kedua orangtuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Langkah kaki yang semula bersemangat tiba-tiba melemas dengan keadaan jungkir balik dari ekspetasinya. "Non, itu udah mbok siapin nasi goreng. Mbok kebelakang dulu masih banyak pekerjaan," ucap wanita paruh baya yang selalu tulus menyambut nya di pagi hari. "Mbok sini aja, temenin Rere makan." Ucap Rere dengan senyum yang selalu ia pasang untuk menutupi kesediannya. Keadaan seperti itu pun sudah sering ia lakukan bersama mbok Iyem untuk sekedar makan bersama atau pun menceritakan kejadian yang ia alami disekolah nya. Mbok Iyem yang menuruti kemauan Rere pun lantas menarik kursi dan mengambilkan nasi goreng ke piring Rere. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit, Rere dan mbok Iyem sudah selesai Dengan aktivitas makannya. "Mbok, Rere pergi ke sekolah dulu," pamit Rere dengan nada yang sangat halus,dan jarang dikeluarkan kepada semua orang. "Iya non hati-hati dijalan." Saat menuju garasi rumahnya Rere menemukan sebuah sapu tangan berwarna putih dengan tanda bibir berwarna merah di bagian atasnya. Ia pun mengambil sapu tangan itu dan berniat untuk mengembalikan kepada sang mama, karena ia berfikir bahwa itu milik mamanya. =Sharena= Motor sport berwarna merah baru saja terparkir disebuah parkiran, sang pemilik lantas melepaskan helm yang masih terpasang di kepalanya. Dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku, pria itu berjalan dengan cool untuk menuju kelas, banyak cewek yang memekik tertahan karena parasnya. Tak sedikit juga yang terang terangan berteriak memanggil namanya atau sekedar melambangkan tangan kepada cowok tersebut. Tanpa berniat untuk menjawab dan menoleh kepada cewek alay yang terus meneriaki namanya, cowok itu terus melanjutkan langkahnya. Dari arah lobby nampak seorang cewek dengan penampilan urakan itu berjalan dengan santai sambil memakan sebuah roti, yang mampu menarik perhatian seorang Benua. "Sharena." Teriak Benua refleks saat melihat cewek tersebut. Cewek yang namanya dipanggil tersebut langsung menolehkan kepalanya ke belakang tanpa berniat menjawab sapaan tersebut,dan terus berjalan menghindari Benua. Melihat kejadian itu Benua tak tinggal diam dan dengan langkah cepat ia langsung mengejar Sharena. Jika kalian lupa, Rere dan Sharena sebenarnya satu orang, tapi tergantung orang mau memanggilnya dengan sebutan apa. Benua berhasil menyamai langkah Rere, melihat hal itu Rere hanya memutar bola mata malas karena mendengar teriakan Benua. "Kamu kok tumben berangkat pagi?" Tanya Benua tak lupa dengan senyum manisnya yang menghiasi wajah tampannya. "Hubungannya sama Lo?" "Ya enggak sih,cuma heran aja trouble maker kayak kamu bisa berangkat pagi," Langkah Rere seketika terhenti saat mendengar kalimat yang keluar dari bibir pink alami milik Benua. "Emang salah trouble maker berangkat pagi? Lo emang yang punya Sekolah? Sampai Lo larang-larang gue?" Balas Rere dengan nada juteknya. Semua cewek yang berada dikoridor hanya menatap Rere dengan tatapan iri, lantaran bisa didekati most wanted baru SMA Cempaka, tanpa perlu repot-repot menarik perhatian seorang Benua. "Kamu kok jadi nyolot sih?, saya kan tanya baik-baik." "Gak usah sok akrab Lo, jijik gue." "Tap-" Teeeeeett..... Kalimat yang hendak diucapkan Benua lantas terhenti karena berbarengan dengan bel masuk dan ucapan Rere. "Gue kira Lo gak b***k, Lo denger bel kan? Jadi mending Lo balik kekelas, soalnya kalau gue lama-lama liat muka Lo, gue bawaannya pengen nonjok aja," ucapnya Seraya mengibaskan kedua tangannya bermaksud untuk mengusir Benua. Setelah mengucapkan kalimat tersebut Rere langsung ngacir meninggalkan Benua tanpa menengok sedikit pun ekspresi Benua saat ini yang melongo akibat ditinggalkan oleh Rere begitu saja. Suasana kelas XI-3 nampak sangat ramai lantaran guru yang mengajar di kelas tersebut belum menampakkan batang hidungnya. Benua yang baru saja selesai menceritakan kejadiannya bersama Rere sewaktu dikoridor tadi lantas mengundang gelak tawa bagi ketiga sahabatnya, bayangkan saja seorang Benua dengan seribu pesonanya itu ditolak mentah-mentah kehadirannya oleh seorang trauble maker terhormatnya seperti Rere. Walaupun yang diceritakan oleh Benua hanya secara garis besarnya saja, tapi mampu membuat ketiganya tertawa. "Udah gue bilang Ben,Lo tuh gak cocok sama tuh siapa? Sharena ya? Dia itu emang maunya tipe model-model kayak gue gitu," celetuk Alvaro dengan nada pede nya sambil menunjuk dirinya sendiri. "Eh kerak telor, Benua yang gantengnya jauh dari Lo aja ditolak, gimana sama model p****t panci kayak Lo?" Balas Andrian yang mampu membuat Mario tertawa dengan kencang. "Nah bener! Kalau Benua ditinggal sama Sharena, palingan Lo langsung dijorokin tuh sama Sharena," giliran Mario yang ikut menimpali ucapan Andrian, dan lagi lagi membuat ia dan Andrian kembali tertawa. "Babang Mario sama Babang Andrian jaad sama Dede Alvaro." ucapnya sok dramatis yang membuat Benua terkekeh, walaupun hanya sebentar. =Sharena= Berbeda halnya dengan kelas yang ditempati Rere terlihat sedikit tenang, lantaran Bu Warsi selaku guru bahasa Indonesia sedang mengajar disana, namu raut wajah kegelisahan nampak pada Karin. "Lo kenapa Rin?" Tanya Rere dengan wajah menengok ke sebelahnya. "Hmm...anu...itu.." ucap Karin tak jelas. "Anu apa? Ngomong yang jelas napa," sergah Rere tak sabar dengan maksud Karin. "Gini, gue pulang sekolah mau pinjem mobil Lo buat jemput nyokap." jelas Karin dengan nada hati-hati. "Elah, gue kira apaan, yaudah pakek aja. Mobil Lo kenapa emang? "Itu mobil gue lagi dibengkel, gue tadi mau minjem mobil Manda,taunya mobil dia juga dibengkel." Mendengar namanya dipanggil Manda lantas memutar badannya kebelakang untuk melihat keduanya "Yeee si b**o, kalau Lo pinjem mobil Rere,dia pulangnya naik apaan coba?" Ucapan Manda mampu membuat ekspresi wajah Karin seketika berubah,kenapa dia tidak kepikiran Rere? "Udahlah santai aje,gue pulang bisa naik taxi atau angkot kok." Sepulang sekolah Rere berdiri didepan gerbang untuk menunggu taxi lewat, mengingat bahwa mobilnya sedang dipinjam Karin. Tiba-tiba terdengar suara knalpot motor yang berhenti dihadapannya,sang pemilik motor membuka kaca helm yang ia kenakan dan menampakkan wajah tampan yang sedang tersenyum manis kearahnya. "Hai Ren, mau bareng saya nggak? Biasanya jam segini udah jarang taxi ataupun angkot lewat." tawarnya pada Rere. Bukan saatnya gue jual mahal, lumayanlah buat irit ongkos "Gak ngerepoti?" "Engga kok, buruan naik keburu kesorean," Tapi sebelum Rere naik keatas motor Benua, terlebih dahulu ia melepaskan jaketnya dan ia berikan kepada Rere. "Tutupin paha kamu," ucapnya seraya menyerahkan jaketnya. "Makasih." Rere segera naik keatas motor Benua, dan ia menuruti apa kata Benua, menutupi pahanya akibat roknya yang tersingkap dengan jaket Benua. "Rumah kamu dimana?" "Jalan aja dulu." Di tengah-tengah perjalanan ia seketika teringat kalau sewaktu istirahat mbok Iyem menelponnya,ia mengatakan kalau Rere pulang sekolah jangan pulang dulu, karena mama dan papanya sedang bertengkar dirumahnya. Maksud mbok Iyem baik tentunya, agar ketika pulang sekolah ia tidak akan terlibat dalam situasi tersebut. Rere mencolek bahu Benua "Ben, kita jangan pulang dulu ya, terserah kek mau kemana," ucap Rere sedikit memohon. Benua melihat Rere dari pantulan sepion motornya, memperlihatkan ekspresi Rere sedikit cemas. "Hmm, gimana kalau kerumah saya?" ajaknya "Yaudah deh boleh." Akhirnya mereka berdua memasuki sebuah halaman rumah yang cukup luas pot bunga dimana-mana, Rere turun dari motor Benua dan menyerahkan jaketnya. "Ayo masuk," ajaknya dan di angguki oleh Rere. "Assalamualaikum, Benua pulang." Nampak seorang anak kecil sangat cantik berlari menghampiri Benua dengan tangan kanan yang membawa boneka unicorn. "Eh Rista, bunda kemana?" Tanya Benua sedikit menunduk agar bisa menatap adik perempuannya itu. "Bunda ada di dapur,itu siapa bang?" Tanyanya dengan tangan yang menunjuk ke arah Rere. Rere yang merasa dirinya ditunjuk pun akhirnya berjongkok untuk menyamai tinggi Rista. "Hai, kakak Sharen, temennya bang Benua,kamu siapa?" Tanya Rere dengan nada lembut yang mampu membuat Benua kaget atas tingkah Rere. Rere memang dari dulu suka kepada anak kecil seumuran Rista. "Rista," jawabnya malu-malu "Yaudah ayo kita masuk pasti bunda udah nungguin." Rere berjalan mengikuti Benua dari belakang,dan nampak seorang wanita paruh baya yang sangat cantik terlihat menyambut kedatangan Benua dan Rere. "Eh Benua udah pulang, eh? Sama siapa itu? Kok cantik banget." tanya Rista sedikit kaget saat melihat anak laki-laki nya baru pertama kali membawa seorang cewek kerumah. "Kenalin Bun dia Sharena,temen Benua." jawabnya sambil mencium tangan bundanya. "Oh Sharena, sini nak." ajak bunda Benua mendekat, dan Rere langsung mencium tangan bundanya. "Kamu kelas berapa?" "Sepuluh Tante," canggung Rere. "Panggil bunda aja, soalnya temen temen Benua pada panggil bunda semua,wah berarti adik kelas dong?" Tanya bunda dengan mata yang melirik ke arah Benua yang bermaksud menggodanya. "Iya tan-eh maksudnya bunda." ucapnya sambil cengengesan. "Yaudah ayo kita makan dulu bunda udah siapin makanan, sekalian bunda mau kenalin ke ayah Benua," Dimeja makan tampak banyak sekali lauk pauk yang tersaji disana, tidak lupa pula orang yang berkumpul di meja makan tersebut. "Jadi kamu adik kelas Benua?" tanya Satria sambari membenarkan letak kacamatanya. "Iya om," "Betah-betah aja ya kamu temenan sama dia, soalnya dia irit omong banget." jelas Satria Seriusan irit omong? Gak salah? "I-ya om." semakin lama ia semakin Canggung terhadap keluarga Benua. "Bunda, Rista kalau udah besar rambut Rista mau kayak kak Sharen ya? Warna pink, lucu." tanya Rista polos. Bunda yang mendengar ucapan Rista langsung tersedak akibat keinginan anaknya itu. Rere nampak menyadari kebodohannya lantas memegang rambutnya yang mencolok, membuat anak kecil saja ingin meniru rambut seperti itu. "Rista, kamu gak boleh ikut ikutan gaya orang lain, kalau Rista cantik sana rambut warna coklat milik Rista ngapain pengen rambut kayak kak Sharena?" Nasihatnya kepada Rista. "Iya bunda," pasrah Rista terhadap bundanya. "Ren, kamu tau gak kalau Benua takut banget sama cacing?" Tanya bunda "Masa sih bun?" Balas Rere yang nampak tertarik dengan topik obrolan ini. "Iya,dulu waktu kelas-" "Bundaaaa!" teriak Benua dengan wajah memerah akibat menahan malu. "Apa sih bang? Bunda cuma mau cerita aja." elak bunda tak mau kalah. Benua hanya menghela nafas pasrah, akibat cerita yang menurutnya aib itu ke Rere. Bunda pun melanjutkan kata-katanya "Pas kelas sepuluh, kaos Benua kan ada cacing, terus Benua langsung mencak mencak gak jelas gitu. Tampangnya aja yang sok cool, dalemnya mah penakut kayak cewek," lanjutnya dengan menahan tawa. "Hahahaha." semua orang yang berada di meja makan lantas tertawa akibat yang diceritakan oleh bundanya. Benua hanya memalingkan muka agar tidak menatap orang orang yang menertawainya. Rere melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, menunjukkan pukul lima sore. "Bun, Sharen pulang dulu, takutnya keburu malem pulangnya," pamit Rere kepada kedua orang tua Benua. "Eh? Kok buru-buru, yaudah kapan kapan main kesini lagi ya?" "Iya bun" jawab Rere dengan ramah Rere menghampiri kedua orang tua Benua dan segera mencium tangan mereka. "Abang anterin Sharen pulang ya bang," pintah bunda Mereka berdua berjalan beriringan menuju pintu rumah Benua, namun tiba-tiba langkah Rere terhenti tepat di depan pintu. Benua yang melihat itu pun ikut menghentikan langkahnya. "Makasih," ucap Rere dengan senyum manisnya yang mampu membuat Benua terdiam untuk sesaat. "Iya." "Keluarga Lo hangat, gue jadi iri sama Lo." Benua langsung menatap kedua manik mata milik Rere,dan menemukan sebuah kesedihan terpancar disana. "Kamu boleh sering main kerumah saya, untuk sekedar ketemu bunda atau Rista." tawar Benua "Lo buat gue bahagia hari ini," lagi lagi ia memamerkan senyum yang sangat tulus dari hatinya, bukan senyum yang selalu ia keluarkan untuk menutupi kesediannya. Tangan Benua terulur menuju kepala Rere dan mengacak rambut merah muda tergerai miliknya. "Karena kebahagiaan kamu adalah sebagian dari tugas saya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN