Pasar malam

1529 Kata
Saya memang bukan Nathan, Dilan, ataupun Nakula. Tapi kalau kamu mau buat kisah dengan saya, saya yakin kisah kita jauh lebih indah dari mereka. Benua Raga Angkasa Kak Alice? Kekagetan Rere masih berlanjut untuk saat ini juga. Sepulang sekolah ia langsung disuguhkan oleh pemandangan yang membuat nya muak sekaligus ingin marah. Alice, orang yang paling dbenci Rere didunia ini. Pasalnya jika Alice berada dirumah, maka seluruh perhatian kedua orang tuanya mengarah kepada Alice. Jika kalian tidak tau Alice, Alice merupakan saudara tiri Rere. Sebelum Ando menikah dengan Celine, ia terlebih dahulu menikah dengan Irma, ibu kandung dari Alice. Namun saat melahirkan Alice, nyawa Irma tidak dapat diselamatkan. Lantaran kasihan dengan Ando yang merawat Alice sendirian, ibunda Ando menjodohkannya dengan Celine. Alhasil pernikahan mereka berdua tanpa didasari oleh cinta. Namun, saat memasuki SMP, Alice pindah ke Bandung untuk menemani Ibunda Ando. Dan sekarang Alice kembali lagi. "Kamu udah pulang Re?" Tanya Ando untuk sekedar basa-basi. "Udah," jawab Rere singkat, karena ia iri jika melihat kedua orang tuanya memperlakukan Alice layaknya anaknya sendiri. "Duduk sini Re," Celine memanggil Rere untuk bergabung bersama nya. Dengan berat hati ia pun menghampiri kedua orang tuanya beserta Alice. "Sekolah kamu gimana Re?" Tumben? Gak salah nanya? "Baik pah," "Kalau kamu Alice?" Tanya Ando kepada Alice. Sebenarnya umur Rere dengan Alice tidak begitu jauh. Hanya terpaut satu tahun saja. "Baik kok pah, sebelum Alice pindah kesini, Alice dapat peringkat satu secara umum," jawabnya dengan melirik sinis kearah Rere. "Tuh dengar kan? Kamu tuh harusnya bisa seperti Alice. Dia pintar, sedangkan kamu? Biasanya cuma bikin onar aja." Dan Rere sudah menebak jika akan menjadi seperti ini. "Rere ya Rere, kak Alice ya kak Alice. Semua orang punya karakter yang berbeda-beda. Papa harus tau itu," Rere tidak terima jika ia dibanding-bandingkan dengan Alice. "Kalian berdua tidak ada bedanya, sama sama anak papa," "Terserah papa," Rere tidak ingin menanggapi Ando secara lebih jauh lagi. "Tapi kamu bisa berusaha Rere," "Kalaupun Rere berprestasi di sekolah, papa peduli sama Rere? Enggak kan? Jadi buat apa Rere ngelakuin semua itu? Buang-buang waktu," emosi Rere terpancing saat itu juga. "Rere! Kam-" ucapan Ando terpotong oleh ucapan Alice. "Pah, emang disana boleh ya ngecat rambut? Kok rambut Rere di ombre, warna pink segala. Papa gak marahin Rere?" Alice tersenyum licik kepada Rere. "Sejak kapan rambut kamu begitu? Papa gak suka ya, penampilan kamu yang semakin hari semakin urakan," Ando langsung berdiri mendekati Rere. "Udah seminggu yang lalu, papa kemana aja? Perubahan Rere yang mencolok gini aja papa gak tau. Mangkannya jangan ngehabisin waktu di club malam aja, sekali-kali liat keadaan anaknya," Skak mat! "Rere," tangan Ando terangkat untuk menampar Rere, tapi berhasil ditahan oleh Celine. "Udah mas, Rere juga anak kamu, gak ada bedanya sama Alice," ucap Celine sedikit menenangkan emosi Ando. "Pergi kekamar kamu sekarang! Jangan keluar, dan renungkan apa kesalahan kamu," Ando melanjutkan ucapannya kembali "Dan sekarang Alice tinggal di rumah ini. Mulai besok Alice akan bersekolah di sekolah kamu," Mata Rere Terbelalak sempurna saat mendengar bahwa Alice akan bersekolah di sekolah nya. "Kok papa gitu sih?!" Bentak Rere "Udah gak ada penolakan kamu mau atau tidak, papa akan tetap menyekolahkan Alice disana," Rere lantas melemparkan tasnya ke segala arah, dan langsung naik menuju kamarnya. Mbok Iyem pun sudah dapat menebak jika Alice tinggal di rumah ini, maka hal seperti ini akan terus terjadi. Rere sangat sangat bad mood hari ini, ia hanya bisa bercerita keadaan nya kepada kedua sahabatnya saja. Anjing terhormat (3) RereKeyla: si Alice k*****t balik lagi njing, pen mati gue Amandanatasha: kapan? Karinangel: (2) RereKeyla: Gak tau. Tadi pulang sekolah udah dirumah gue. Lo tau satu hal lagi gak? Karinangel: Apaan? RereKeyla: Dia besok mo pindah ke sekolah kita. Bangke Amandanatasha: Besok kita buat dia kagak betah aja disekolah. Karinangel: (2) RereKeyla: Lo belum tau aja otak busuk nya tuh anjing satu. Setelah mengetikkan pesan tersebut Rere langsung melemparnya, dan segera tertidur. =Sharena= Tok...tok...tok! "Non, buka pintunya non. Disuruh turun sama tuan dan nyonya." Rere yang terganggu lantas terbangun dan langsung melihat jam, sekarang sudah pukul tujuh malam. Artinya Rere sudah tidur selama empat jam. Rere berjalan menuju pintu dan membukanya. "Bilangin Rere mau mandi dulu," "Iya non," Kurang dari dua puluh menit, Rere turun dengan menggunakan celana pendek diatas lutut dan sebuah sweater kebesaran berwarna pink. "Duduk nak," sapa Ando ramah Rere pun lantas duduk dan langsung mengambil piring tanpa permisi. "Pah, besok Alice ke sekolah naik apa?" Tanya Alice "Kamu besok bakalan satu mobil sama Rere," ucapnya sambil mengelus rambut panjang milik Alice. "Tapi Alice gak mau pa!" "Yee, itu sih urusan lo, gue juga ogah se mobil sama orang bentukan kayak Lo!" ejek Rere. "Rere!" Tegur Celine. "Ya udah, besok mobil Rere kamu pakek aja. Biar Rere naik angkot" "Papa kok gitu sih?! Gak adil banget! Rere kan juga sama-sama anak papa!" Selak Rere yang tidak terima akan keputusan Ando. "Beda, Alice pintar. Kamu bodoh dan tukang buat onar, papa merasa dirugikan punya anak seperti kamu," ucap Ando yang terdengar seperti hinaan itu. "Papa jangan sok dirugiin deh punya anak kayak Rere, papa pikir Rere senang punya papa mabuk-mabukan kayak papa? Enggak pah!" Balas Rere sedikit memojokkan Ando. "Rere! Jaga ucapan kamu! Papa gak pernah mengajarkan kamu berbicara seperti itu!" Ando berteriak saat itu juga. "Emang papa gak pernah ngajarin Rere sesuatu kok, dan Rere cuma berbicara apa adanya. Kan papa mainnya di klub klub aja, pulang kerumah pun jarang. Gimana mau ngajarin Rere?" jawabnya santai. Plakk!! Tamparan yang sangat mulus mendarat di pipi chubby milik Rere, bedanya Ando menamparnya kali ini tanpa ada rasa penyesalan sedikit pun. Berbeda dengan sebelumnya. Rere tersenyum sangat manis sekelali. "Udah dua kali Lo pa, kasian yang kanan kena tampar terus. Yang kiri kayaknya mau nyoba deh, papa gak nampar yang kiri sekalian? Biar semakin terbukti gitu kalau papa orang tua paling b******k didunia ini." ucapnya dengan wajah yang dipenuhi dengan air mata. "Re, gaboleh gitu. Semarah-marahnya Lo sama orang tua, gak baik bilang kalau mereka itu brengsek." Pancing Alice yang makin memperkeruh suasana. "Diem Lo cabe!" Bentak Rere pada Alice. "Rere! Jaga ucapan kamu!" giliran Celine yang tak terima sekarang. "Rere muak dirumah ini, setiap hari cuma ada drama drama dan drama aja. Dan Lo Alice, Lo udah berhasil dapetin semua yang Lo mau," ucapnya sambil menunjuk Alice. Orang yang ditunjuk pun hanya mengangkat bahu nya seakan acuh tak acuh pada kejadian ini. Rere langsung keluar rumah dengan air mata yang terus mengalir itu. Rere hancur, Rere hilang tujuan. Yang ada dipikirannya hanya ia seorang anak yang tidak tau diri yang terlahir di dunia ini. Ia terus berjalan tanpa memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang di sekitarnya. Ia tak mungkin merepotkan Manda untuk menginap di rumahnya lagi, sebenarnya Manda mengijinkan saja. Tapi Rere merasa tak enak akan hal itu. Diujung jalan terlihat ada sebuah halte, dan Rere memutuskan untuk duduk dan meluapkan semua air mata nya disana. Ia terus menangis dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, tiba-tiba ada sebuah sapu tangan dihadapannya. "Ini," Rere mendongak untuk melihat siapa orang yang telah memberinya sapu tangan tersebut. Melihat siapa orang itu Rere refleks memeluk orang dihadapannya dengan sangat erat. "Gue orang paling gak tau diri ya Ben?" "Gue seburuk itu?" "Apa gak ada manfaatnya gue didunia? Terus kenapa gue lahir Ben? Kenapa?" Hiks..hiks..hiks Rere terus menangis diperlukan Benua. Dengan canggung Benua membalas pelukan Rere dengan mengelus rambut nya, untuk sedikit menenangkan Rere. Perlahan-lahan Benua melepaskan pelukan Rere dan mengusap air matanya. "Mau pergi?" Tanya Benua. "Kemana?" "Pasar malem, tapi kita jalan aja ya? Soalnya motor saya lagi ditambal disana, kena paku tadi. Pasar malemnya juga gak jauh kok," ujarnya dengan menunjuk kearah tukang tambal ban diseberang jalan. "Ayok!" Tanpa canggung Benua menggenggam tangan Rere, Rere pun menyadari hal itu, dan membalas genggaman tangan Benua. Dari halte menuju pasar malam hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit saja. "Wah rame banget," Rere takjub saat melihat pasar malem itu sangat ramai. "Iya, mau naik wahana apa?" tanyanya dengan posisi masih menggenggam tangan Rere. "Gak ah Ben, lagi males. Beliin gue ice cream ya?" Rere mengeluarkan ekspresi puppy face andalannya. "Yaudah," Mereka langsung menuju ke sebuah penjual ice cream yang sepi. Setelah memberi ice cream mereka hanya berjalan jalan mengelilingi pasar malem saja. "Re," "Kenapa?" "Mau buat kisah dengan saya? Saya memang bukan cowok yang romantis. Tapi kalau kamu mau buat kisah dengan saya, kisah kita juga indah kok," "Enggak." jawab Rere tanpa memikirkan terlebih dahulu. "Kenapa?" "Lo kurang genteng," "Yaudah." jawab Benua yang masih memasang tampang stay cool nya. "Lo gak sedih?" Heran Rere yang masih terus memperhatikan wajah Benua. "Enggak. Ini baru pertama, cuma tes aja. Saya bakal berusaha kok buat kamu jatuh cinta sama saya." ucapnya dengan percaya diri. "Lo suka gue darimana?" Tanya Rere sambil menjilati ice cream nya. "Suka gak butuh alasan kan? Seburuk-buruk nya kamu, saya bakal tetep suka sama kamu. Dan saya yang bakal ngilangin sifat-sifat jelek kamu. Dan kalau kamu merasa terpuruk, saya selalu berada dibelakang kamu sebagai orang yang selalu mendukung kamu sekaligus tempat bersandar kalau kamu butuh," Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Benua, ice cream yang dipegang Rere pun lantas terjatuh. "Kok gue deg-degan ya Ben?" Ucapnya dengan sebelah tangan yang memegang dadanya. "Sama. Saya dari tadi berusaha mati-matian untuk menutupi rasa gugup saya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN