2 GADIS GADAIAN

1322 Kata
Beberapa hari sebelumnya. “Si tua Victor datang! Jela! Tesa! Cepat Gantikan ayah dan katakan padanya ayah tidak disini sedang sakit parah!” Teriak Hendrik masuk ke dalam restonya sembari berlarian langsung menuju ke belakang lalu bersembunyi di luar sana. Victor kembali mendatangi sebuah restoran tua sederhana milik keluarga Hendrik ayah dari Sashi, seperti biasa tujuannya adalah untuk memakan menu kesukaan mendiang ibu Victor yang dulu sering datang ke resto tua itu. Resto itu sudah berganti-ganti beberapa generasi dan ini kali terakhir Hendrik ayah dari Sashi yang mendapatkan kepercayaan itu sebab dia adalah anak sulung. Sayangnya ditangan Hendrik resto yang sudah sangat melegenda itu tidak lagi menjadi favorit orang-orang seperti dulu, apa lagi menunya sudah mulai mengalami modifikasi dan citarasanya sudah banyak berubah. Perlahan resto itu mengalami kebangkrutan, tidak lagi ada pelayan dan pekerja semuanya dikerjakan oleh Hendrik seorang saja dan pengunjung pun bisa di hitung dalam satu hari yang mampir. Terkadang istri dan anak-anaknya terlihat di sana namun jarang sebab Hendrik lebih suka mengerjakan sendiri. Pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan membuat Hendrik kerap sekali berhutang, dia bersikeras mempertahankan resto itu dengan mencoba berbagai macam perubahan menu, pengiklanan hingga membuat promosi-promosi dalam bentuk apapun untuk memancing pengunjung, namun sayangnya itu tidak berhasil, resto itu kalah dari Resto-resto baru dan modern lainnya. Sampai akhirnya Hendrik putus asa dia nyaris bunuh diri sebab di kejar-kejar para penagih hutang, Hendrik sudah menggadaikan semua sertifikat yang dia punya, entah itu rumahnya, sertifikat resto itu dan bahkan hutang-hutang lainnya kepada bank hingga, orang-orang yang dia kenal bahkan rentenir. Sebagai pelanggan tetap resto itu dan karena begitu banyak kenangan bersama mendiang sang ibu di sana, Victor si pria 80 tahun itupun membantu Hendrik dengan memberikan dia pinjaman yang nilainya sangat fantastis. Victor meminjamkan tanpa jaminan apapun namun karena begitu senangnya di saat sedang putus asa, Hendrik menawarkan satu dari ketiga putrinya mungkin bisa Victor jadikan jaminan sebagai pengganti barang, seperti barang yang dia gadaikan suatu saat nanti jika Hendrik tidak bisa membayar Victor bisa membawa salah seorang putrinya. Victor menolak itu namun Hendrik terus memaksa dan berjanji dalam waktu enam bulan ada akan membayar beberapa persen dari hutangnya. Hari ini tepat di enam bulan itu, Victor datang ke sana untuk makan siang bersama para ajudannya, Hendrik lantas ketakutan berfikir Victor ingin menagih hutang padahal sampai hari ini tidak ada perubahan apapun dalam bisnisnya malah semakin terpuruk. Bisnis Hendrik semakin mundur dan uang-uang yang Victor pinjaman sebagiannya di ambil sang istri untuk membeli keinginan-keinginannya yang selama ini tidak tercapai seperti perhiasan, pakaian, barang-barang mewah lainnya. Perdebatan terjadi di dapur resto itu kala Sashi sedang melakukan pekerjaan lainnya, Tesa dan Jela memaksa adik mereka itu untuk melayani kakek tua bernama Victor yang sangat ditakuti ayah mereka itu. “Cepat Sashi! Kau tuli!” “Tarik saja dia! Laporkan pada ibu karena dia tidak membantu sama sekali.” Kesal Jela. “Ayah tidak memintaku, dia meminta kak Jela dan Tessa untuk melayani Victor.” “Apa katamu!” Jela langsung menjambak Sashi didepan pemanggang itu, “Kau semakin berani membantah sekarang, kau mau ayah benar-benar sakit karena ulahmu ini.” Sashi terus menolak namun dia semakin jambak di sana, lalu disiram saus tomat dari dalam sebuah ember oleh Tesa, lalu dia di ancam akan di adukan kepada sang ibu sebab tidak mau membantu ayah mereka. Dalam keadaan kotor Sashi pun bangkit dari tungku api tempatnya memanggang roti itu, dia lalu pergi menghampiri Victor di depan sana. Sashi selalu mendapatkan perlakuan buruk dari kedua kakak tiri dan ibunya itu, Sashi dia anggap pembawa sial kebangkrutan resto itu. Padahal Sashi merasa hidup dia dan ayahnya hancur sejak ayahnya memutuskan menikahi ibu tirinya itu lima belas tahun lalu saat usianya baru lima tahun. Dengan gugup gadis lusuh berwajah sedikit kotor yang memakai sebuah apron hitam itu menghampiri meja Victor dengan sikapnya yang sopan dan menundukkan kepalanya. “Anda ingin makan disini tuan? Ayah sedang sakit keras, aku akan membuatkan menu yang anda mau hari ini jika anda bersedia. ” Tawarkan Sashi. Victor menatap Sashi dari atas ke bawah, Victor ingat dia pernah datang ke resto ini dua puluh tahun silam, dulu gadis kecil ini masih berusia balita mungkin tiga tahun. seorang wanita berwajah Timur tengah menggendongnya dan mengatakan ini anak pertama mereka, sepertinya itu adalah kandung ibu anak ini dan Hendrik ayah kandungnya. Dahulu Hendrik belum mengelola tempat ini masih ayahnya. Namun sekarang dia lihat ibu anak ini berbeda dan dia mempunyai dua saudara perempuan yang begitu kejam pasti itu saudari tirinya “Kedua gadis di sebalik pintu tadi menyirammu dengan seember saus?” Tanya Victor, sang pengawal tadi mengintip ke dalam dan melihat situasi. Sashi memegangi kuat buku menu usang ditangannya, “Pak tua, itu tidak seperti yang anda pikirkan.” Victor pun bangkit dari tempat duduknya dia menjadi tidak berselera makan sebab dia baru saja mendapatkan sebuah rencana yang sangat sempurna. “Sampaikan kepada ayahmu temui aku dua jam lagi, jika tidak dia akan kehilangan tempat ini dan mungkin juga nyawanya.” Perintah Pria tua itu tegas dan dia segera pergi dari sana disusul para anak buahnya. Sungguh ucapan Victor membuat Sashi yang merasa takut. Sashi begitu menyayangi ayahnya, dia takut sesuatu yang buruk terjadi pada ayahnya. Tidak menunggu lama Sashi langsung berlari ke luar halaman belakang, di sana ayahnya sedang bersembunyi disebuah gudang dengan nafas yang tersenggal-senggal Sashi lalu menemui sang ayah dan menceritakan semuanya. *** Malam hari menjelang Sashi baru saja akan tidur dia memastikan jendela kamarnya sudah terkunci, di jendela kaca itu dia melihat Tesa sedang berciuman dengan seorang laki-laki yang merupakan suami tetangga mereka tepat di area taman kecil rumah mereka. Sashi terkejut dia kembali menutup gorden kamarnya, namun dia merasa penasaran apakah itu benar suami dari tetangga mereka. Sashi kembali mengintip dan melihat keluar lagi. Kini Sashi malah melihat yang lainnya, dia melihat Jela kakak tertua mereka yang berusia 28 tahun baru saja turun dari sebuah mobil dia sepertinya baru kembali entah dari mana. Akhir-akhir ini Jela terlihat sibuk lalu dia dengan Jela bekerja, namun Sashi merasa heran bagaimana bisa belum satu bulan bekerja Jelas sudah punya uang dan bisa membeli beberapa barang yang bagus. “Sashi! Sashi!” Ketika ayah pintu kamar putri bungsunya itu. “I-iya ayah!” Sashi pun bergegas datang dan keluar dari kamar menemui ayahnya itu. Di luar sana ayah dan Elma ibu tirinya tampak sedang bertengkar wajah keduanya begitu tegang sekali, entah apa yang terjadi Sashi tidak mengerti. “Ayah ada apa?” Dengan berat hari Hendrik harus mengatakan bahwasanya Sashi harus ikut bersama Victor sebagai barang yang bisa menggantikan hutang-hutang keluarga mereka, Victor menagih hutangnya Victor ingin dibayar malam ini juga dan jika tidak Victor akan mengambil rumah, restoran dan akan membuat Hendrik di hukum seberat-beratnya bahkan hukum gantung bersama ibu dan kakak-kakaknya. “Sashi ayah mohon berkorbanlah.” “Ayah kenapa aku?” Sashi menangis jujur walaupun dia ingin pergi dari sini, cara seperti ini sangatlah menakutkan. “Karena kedua kakakmu bersekolah tinggi biarkan mereka di sini. Hidup mereka tentunya nanti akan lebih baik karena pendidikan mereka, lalu bertemu suami yang mapan dan kaya raya bisa membuat kau terbantu dan mereka membawamu keluar dari rumah besar keluarga Victor Mathias itu.” Kata si ibu tiri. “Ibu tapi—“ “Pergilah Sashi! Hidup ayah ada di tanganmu. Tenanglah aku mungkin akan membantumu, kau lihat aku sudah bekerja ini baru tiga hari aku sudah bisa mendapatkan apapun.” Jela mengangkat sebuah kantong belanjaannya memamerkan itu. “Ya Jela benar, jika tidak dia mungkin aku yang membantumu, aku calon pengacara hebat.” Tambah Tesa dengan gaya angkuhnya, begitu tidak tahu malu dan sangat menjijikkan Tesa di mata Sashi, lihat lipstik di bibirnya menjelaskan dia baru saja melakukan sesuatu perbuatan tidak pantas. Dengan mata yang berkaca-kaca Hendrik menghembuskan nafasnya berat. “Lima belas menit lagi Victor dan para anak buahnya tiba, mereka akan membawamu bersiaplah sekarang,nak.” Hendrik pun segera pergi dari sana dia sungguh tidak tega sebenarnya dengan keputusan ini namun ini jalan terakhir mereka sebelum hal buruk terjadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN