Mata Ema berjalan cepat, menyapu segala sudut pasar untuk menemukan manusia bernama Arlo yang tadi datang bersamanya ke pasar ini. Sudah sekitar 5 menit, Ema menunggu tapi batang hidung lelaki itu tak kunjung terlihat. “Ema!” Panggilan itu membuat Ema mengalihkan pandangannya dan melihat Arlo yang sedang mengangkat tangannya tinggi juga senyum lebar. Lelaki itu bahkan berlari seperti senang melihat Ema membuat wanita itu menahan tawa bahkan senyumnya. “Kamu kenapa senang sekali?” “Tebak aku beli apa?” Arlo malah balik bertanya. Mata Ema menuju ke arah bungkusan hitam kecil yang berada di tangan Arlo. “Apa itu?” Ema menyerah menebak. “Ikat rambut!” jawab Arlo bersemangat sementara Ema mengangkat alisnya tidak paham. “Kenapa beli ikat rambut? Rambut kamu gak panjang-p