Dimitri paling benci drama, apalagi jika disajikan lengkap dengan bumbu air mata. Akan tetapi, yang ada di depannya kini bukanlah air mata dalam drama melankolis yang biasa ditonton sang mama. Melainkan air mata sang gadis pujaan yang tumpah karena Dimitrilah penyebab utamanya. "Maaf... " lirih Dimitri entah untuk yang ke berapa kali. Sambil mengusap punggung Mili naik turun, beberapa kali pula ia labuhkan kecup ringan di puncak kepala gadis itu. Aah... bukan gadis lagi sih sejak Dimitri mengambil hal paling berharga itu. Namun tetap saja, bagi pria itu, Mili tetaplah gadis lugu yang terjebak situasi karena terlalu lama menahan perasaannya sendiri. Entah sudah berapa puluh menit berlalu, isak tangis Mili masih terdengar samar. Meski tak lagi tergugu, gadis itu masih sibuk menenangkan ha