Akad Nikah!

768 Kata
Khumaira menjalankan ibadah Shalat duha. Tadi jam 3 pagi suci dan tepat hari ini sudah puasa. Ia sedang tadarus Al-Qur'an dengan khusyuk. "Shadaqallahul-'Adzim, Maha benarlah Alllah yang Maha Agung!" Khumaira tersenyum tulus sembari mengecup Al-Qur'an. Dia melipat mukena dan menaruh di tepatnya. Tidak lama suara ponsel berdenting menandakan ada panggilan. "Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh," salam Khumaira dengan suara lembut. "Wa'alaikumssalam Warahmatullahi Wabarakatuh, Nduk. Ini Bude," jawab Aisyah. Khumaira merasa berdebar kuat akan situasi ini. "Enggeh, Bude. Ada apa?" tanya Khumaira tampak gugup. "Begini Nak, Azzam dan sekeluarga menyetujui persyaratan itu. Insya Allah ba'da Isya' ijab kabul akan dilaksanakan. Persiapkan diri dan wali!" tegas Aisyah membuat Khumaira menitikkan air mata. "Allahu akbar, Insya Allah, kami siap, Bude." Khumaira berkata dengan suara bergetar. "Alhamdulillah, ini Azzam mau bicara," ujar Aisyah tambah membuat Khumaira gugup. Di lain sisi Azzam tersenyum menerima ponsel Nokia Jaman dulu. Walau Bibinya termasuk saudagar kaya, beliau tetap hidup sederhana. Azzam tampak malu akan situasi ini. Dengan menarik napas sedikit panjang akhirnya salam terucap, "Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Dik." Khumaira merasa hatinya berbunga dan jantung terasa berdegum keras. Dia sangat gugup. "Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh, Kak" jawab Khumaira dengan suara gugup. Azzam menggigit bibir tipisnya sedikit kuat. Dia salah tingkah dan berdegum haru. Dengan tegas ia berkata, "Saya menyetujui persyaratan, Adik. Insya Allah ba’da Dzuhur kami berangkat dari Kediri menuju Pagerharjo!" Khumaira kembali menitikkan air mata haru. Apakah ini balasan cinta dari-Mu ya Alllah. "Syukron kasir, saya dan keluarga menunggu. Hati-hati di jalan," cicit Khumaira. "Afwan, Insya Allah. Boleh saya meminta sesuatu?" sahut Azzam di akhiri pertanyaan. Khumaira menyengit bingung mendengar perkataan Azzam. Meminta apa? "Apa itu? Insya Allah kalau saya mampu akan diberikan." Mata Hazel Azzam terlihat gelisah menatap keluarganya terlihat menggoda dirinya. "Tidak berat, hanya saja mulai sekarang panggil saya Mas, apa bisa?" tutur Azzam menekan kata Mas. Wajah Khumaira langsung memerah mendengar jawaban Azzam. Jantungnya berdegum keras menandakan betapa berdebar dirinya. "Insya Allah, bisa." Khumaira sangat malu. "Kita coba," ujar Azzam. "I--iya ...." "Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Dek Khumaira," salam Azzam membuat pipinya bersemu begitu pun dengan mereka. Khumaira merona parah dengan tangisan lebih banyak. Rasanya sangat membahagiakan. "Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh, Mas Azzam," sahut Khumaira dengan tangis haru. "Alhamdulillah," ucap Azzam terdengar haru. "Alhamdulillah," ucap Khumaira juga. Panggilan terputus dan Khumaira langsung sujud syukur sembari menangis haru. Maryam mendekat ke arah Khumaira, Nduk." "Ibu, hiks." Khumaira berhambur merengkuh Maryam erat sembari menangis haru. "Nduk, sebut nama Allah di kala senang maupun sedih," nasihat Maryam. "Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, Maha Besar, Allah!" takbir Khumaira penuh ketulusan. "Allahu akbar Walillaahil-Hamd!" sahut Maryam. Sholikhin, Bahri dan Laila datang ikut merengkuh Khumaira penuh suka cita. *** Ba’da Shalat isya semua jama'ah dan seluruh warga Pagerharjo datang menyaksikan pernikahan Azzam dan Khumaira. Untuk wanita datang bulan, mereka melihat di luar. Terlihat para saksi berbaris rapi. Azzam duduk di depan penghulu dan Ayah Khumaira. Sedangkan mempelai wanita duduk bersama para jama'ah wanita. Khumaira duduk di depan tepat di belakang Azzam. Kebaya pengantin putih terlihat mewah dia kenakan, sedangkan riasan tipis sederhana namun sangat cantik nan menawan. Azzam sendiri mengenakan celana bahan panjang berwarna hitam, tuxedo senada dengan celana dan dalaman kemeja putih polos serta dasi panjang lalu memakai kopiah hitam. K.H Hasyim memberikan ceramah singkat tentang kehidupan rumah tangga untuk sang mempelai. Sholikhin sendiri yang melakukan ijab kabul untuk Putrinya. Dia berkata dengan tegas dan tentunya Azzam menjawab tidak kalah tegas. "Bagaimana para saksi?" tanya penghulu. "SAH ....!!!" sahut mereka tegas. Khumaira menangis haru mendengar itu semua. Mereka mengaminkan doa untuk pasangan Azzam dan Khumaira yang di lafalkan oleh K.H Hasyim. Setelah semua itu kini Azzam benar-benar melantunkan surah Ar_Rahman dengan merdu. Tilawah merdu penuh penghayatan dan pelafalan tepat membuat mereka tersentuh. Terutama Khumaira. "Shadaqallahul-'Adzim!" Azzam menutup bacaan dengan bahagia. "Untuk mempelai sekarang tanda tangan di sini. Nak Khumaira silakan maju untuk tanda tangan!" perintah penghulu. Rasanya Khumaira mimpi bisa menikah dengan pria idaman yang dikirim Allah. Azzam menandatangani buku nikah lalu menyerahkan ke Khumaira. Tentu si gadis cantik ini mendatangi dengan perasaan menggebu. Air mata terus luruh membasahi pipi gembul nan imut nya. Untuk pertama kalinya dia bersalaman dengan Azzam. Dan rasanya sangat mendebarkan. Khumaira mengecup punggung tangan Azzam penuh perasaan, sementara Azzam terlihat tersenyum tulus. Apa dia harus mengecup kening Khumaira disaksikan banyak orang? Jawabannya iya, karena mereka sudah halal. Azzam menangkup pipi Khumaira lembut dan perlahan bibir tipis itu mendarat sempurna di kening Khumaira. Banyak saksi salah tingkah dan menangis haru akan pernikahan romantis ini. Mereka iri dan bahagia akan kebagian pasangan itu. Azzam dan Khumaira bersalaman pada keluarga mereka. Dan mulai detik itu kehidupan panjang seumur hidup akan mereka jalankan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN