Hanan melangkah keluar dari kamar itu hanya dengan memakai celana pendeknya, karena dirinya ingin segera bertemu dengan orang yang sudah mengganggu malam indahnya dengan Aruna. Dirinya tak akan memaafkan siapapun yang sudah membuat istrinya bersedih. Ia tak peduli, sekalipun orang itu keluarganya sendiri. Tapi, langkah Hanan seketika mulai melambat, saat dirinya melihat siapa sosok yang saat ini tengah menunggunya di ruang tamu. “Nan...” Dengan senyuman di wajahnya Ratu beranjak dari duduknya. Ratu lalu bergegas menghampiri Hanan yang kini justru menghentikan langkahnya. “Aku merindukanmu, Nan.” Ratu bahkan tak malu memeluk pria yang kini berstatus sebagai suami Aruna itu. Hanan mendorong tubuh Ratu, “apa yang kamu lakukan, hah!” geramnya dengan rahang mengetat, tatapannya menghunus