Eril memeluk sosok tubuh seksi yang berdiri mematung menghadap jendela apartemen mewah di kawasan pinggiran selatan Jakarta.
“Mikirin apa sih? Jam segini kok malah melamun, di depan jendela lagi. Nanti kalau ada yang lihat tubuh seksi montokmu ini gimana dong? Eeuum…,” Eril kecupi pundak perempuan seksi nan montok yang hanya melilitkan selembar handuk berukuran jumbo untuk menutupi tubuh polosnya, “kok diam aja sih sayang? Ada apa? Padahal tadi kamu sungguh membara banget loh.”
Kesal karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Eril membalik tubuh itu untuk menghadapnya. Terlihat wajah cantik itu murung, bibirnya cemberut.
“Eeh kamu kenapa Fei? Kok bibirnya manyun gini? Minta dicium lagi ya?” goda Eril, memajukan bibirnya ingin beri ciuman ke bibir seksi menggoda Feisya, tapi gadis itu menolak. Fei hempaskan tangan Eril yang memegang pundaknya erat. Tapi Eril pantang menyerah. Mana mau dia lepaskan gadis seseksi dan semontok bak Ariel Tatum di depannya ini? Itu suatu hal yang mustahil, bahkan sedetik pun dia tidak mau melepaskan Fei. Buktinya dia rela mengkhianati Gendis demi bisa mendapatkan kehangatan dan kenikmatan dari Feisya.
Dia sengaja beli apartemen ini untuk Fei agar lebih bebas berasyik masyuk tanpa diketahui oleh wartawan gosip ataupun penggemar garis kerasnya yang sangat mengidolakan romantisnya hubungan antara dia dan Gendis.
“Lepasin aku!” sentak Fei sekali lagi, menghentak kaki dan duduk di sisi ranjang empuk apartemen yang dibelikan Eril untuknya.
Hubungan terlarang mereka, selama ini disembunyikan dengan rapat agar tidak terendus Gendis, terutama media dan penggemar Eril. Sekarang ini, media berperan sangat penting dalam memajukan karir atau nama seseorang termasuk juga menghancurkannya sekejap mata, seperti jentikan jari Thanos yang mampu hancurkan setengah populasi dunia.
Sekali salah langkah, maka akan tamat karir dan hidup Eril, juga dirinya. Beruntung, perannya sebagai manajer Eril mampu menyamarkan hubungan mereka ini. Walaupun mereka sudah menikah siri, tapi tetap saja caranya merebut Eril dari Gendis yang akan menjadi masalah.
“Fei sayang, kamu kenapa sih? Beberapa hari ini kamu seperti ini, labil, gak jelas. Sedetik marah, sedetik kemudian nangis, sedetiknya berikutnya lagi minta dipeluk, disayang-sayang. Aku jadi bingung sendiri.” tutur Eril dengan wajah gusar. Dia bingung harus menyikapi Fei yang labil. Selama ini bersama Gendis, dia tidak pernah menghadapi hal seperti ini karena Gendis bersikap dewasa dan mengalah padanya.
“Seharusnya Mas Eril tahu apa yang aku rasakan, apa yang aku keluhkan, apa yang aku inginkan! Dasar kamu laki-laki tidak peka!” Fei mulai keluarkan jurus pamungkasnya, berpura menangis agar Eril luluh dan penuhi keinginannya. Bukankah semua lelaki akan luluh dengan air mata perempuan yang dia cintai?
“Aku kan bukan peramal, Fei, aku gak tahu apa yang kamu inginkan kalau kamu gak kasih tahu aku. Please ya sayang, kasih tahu aku apa yang kamu inginkan. Aku akan penuhi.” rayu Eril. Dia bersimpuh dan bertumpu di satu lututnya, kemudian mendunga agar bisa melihat Fei lebih jelas. Senyumnya terkembang manis.
“Janji Mas Eril akan penuhi apapun mauku?” tanya Fei dengan suara manja. Bola matanya bersinar penuh harap.
Eril mengangguk mantap. Ya, semua permintaan Fei akan dia penuhi selama dia mampu, asalkan bukan…
“Resmikan hubungan kita!” suara Fei kali ini terdengar lebih tegas.
“Huuuh Fei, kamu tahu pasti aku tidak mungkin bisa penuhi permintaanmu yang itu. Kamu boleh minta tas baru, mobil baru, apartemen baru, jalan-jalan kemanapun kamu inginkan, tapi khusus yang satu tadi, kamu tahu pasti itu tidak bisa.” Eril menjawab tidak kalah tegas.
Eril berdiri, kedua tangannya terkepal, rahangnya mengeras. Dua minggu terakhir, hal ini menjadi bahan pertengkaran antara dia dan Fei. Kali ini ganti Eril yang berdiri mematung di depan jendela apartemen, matanya menerawang jauh ke depan, seolah mampu menembus dan melihat apa yang terjadi nun jauh di sana. Tubuh bagian atasnya polos, tidak memakai t shirt.
“Kamu bohong! Kamu sudah janji akan meresmikan hubungan kita!” jerit Fei, tidak terima.
Eril membalik tubuhnya ke arah kiri, kedua tangan bersedekap, melihat dengan tajam ke arah Fei yang mulai terisak. Tubuh Fei berguncang, pundaknya naik turun, suara isakan tangisnya meluluhkan Eril.
Lelaki gagah itu melangkahkan kakinya mendekat ke Fei, direngkuhnya tubuh gadis itu dan dibawanya ke pelukan, berusaha memberi kehangatan agar Fei mereda tangisnya. Fei kesal karena tidak mendapatkan respon, dia pukuli d**a Eril dan menjerit kecil untuk melampiaskan emosinya.
“Fei, kamu kan tahu statusku, aku sudah menikah dan punya dua anak. Tidak mungkin tiba-tiba aku mengumumkan ke khalayak bahwa aku menikah siri denganmu. Kamu tahu pasti para penggemarku pasti akan meninggalkanku dan menghujatmu habis-habisan. Aku tidak mau kamu tersakiti. Kamu sangat berarti bagiku, Fei.” rayu Eril. Kepalanya mendadak berputar, terjebak di antara Gendis dan Fei.
“Ta.. tapi kamu sudah janji Mas, saat kita menikah di bawah tangan waktu itu, kamu janji akan meresmikan hubungan kita. Sudah tiga bulan kita menikah dan selama ini aku harus bersabar hanya menjadi bayangan saja.” Fei mengusap air mata yang meluruh di pipinya dengan kasar.
Eril hembuskan nafas panjang dengan kesal, dia pegang kedua lengan atas Fei cukup erat bahkan sedikit mengguncangnya, “Fei…, dengar aku! Jangan berpikir pendek, coba kamu pikir lagi apa kata orang-orang. Kamu dan Gendis berteman, apalagi kakakmu teman dekat Gendis. Kamu bekerja menjadi manajerku juga karena ijin dari Gendis. Dia yang menawarimu! Kamu mau nama kita berdua hancur, Fei? Tolong pikir panjang akibatnya.”
Fei diam, dia tahu risiko ini. Pasti para penggemar Eril tidak akan ragu-ragu untuk mencapnya sebagai jalang perebut suami orang, si jalang yang pelakor! Tapi…, bukankah dia memang seperti itu? Dia menusuk Gendis dari belakang, berpura baik tapi malah merebut sang suami.
“Jadi, sampai kapan statusku akan seperti ini? Apakah selamanya aku hanya bisa gigit jari, menahan sakit dalam hatiku melihatmu bermesraan dengan Mbak Gendis?! Sampai kapan Mas?” jerit Fei, semakin tidak terima.
“Bukankah kita sudah membicarakan hal ini sebelumnya? Ini konsekuensi yang harus kita jalani karena kita main belakang! Gendis kan tidak tahu hal ini, dia terlalu baik hati hingga mempercayai kita. Sampai sekarang pun dia juga masih mempertahankan kepercayaan itu Fei, mengertilah, kita harus pandai menyimpan rahasia ini. Please…?” pinta Eril.
“Pokoknya aku minta status kita diperjelas! Mas Eril sudah janjikan itu pada tante saat kita menikah.”
“Tapi aku tidak mungkin menceraikan Gendis, kamu tahu pasti itu!” bentak Eril, merasa jalan buntu berbicara dengan Fei tentang tuntutannya mensahkan status mereka.
“Kenapa tidak mungkin?” tantang Fei.
“Karena.. Karirku akan mati Fei! Tidak hanya aku, kamu juga akan tamat!”
“Baiklah, kalau Mas Eril tidak bisa ceraikan Mbak Gendis, bukankah aku bisa dijadikan sebagai istri kedua? Aku menuntut kejelasan status, tidak seperti ini!”
“Demi Tuhan, Fei…, kamu membuatku emosi! Kalau kamu masih mau bersamaku, kita hentikan pembicaraan ini. Bagaimanapun juga, aku tidak akan ceraikan Gendis! Para penggemar tahunya aku sebagai suami idaman, baik hati dan setia. Aku adalah seorang ayah yang sayang pada kedua anakku! Aku tidak mau hancurkan hal itu!! Titik!” Eril sangat emosi, dia menghentak kakinya dengan kesal. Dia harus dinginkan kepala dan hatinya. Lebih baik dia menghindari Fei daripada bertambah runyam.
Eril membanting pintu apartemen yang dia beli atas nama Fei, sesaat dia tertegun melihat penghuni unit lain yang sepertinya pernah dia lihat. Tapi karena hatinya sedang panas, dia abaikan itu. Dia bergegas ke arah lift dengan wajah menggelap karena sangat emosi.
Andai saja Eril tahu, hal ini akan menjadi bom waktu karena penghuni apartemen itu kenal dengan Gendis. Semua imej baik tentang dirinya yang dia bangun dengan susah payah selama ini, seorang suami setia, ayah yang sangat menyayangi kedua anaknya, akan hancur dengan sekejap!
Ini karena dia bermain api dengan seorang perempuan yang adalah teman Gendis. Bukankah ini seperti di sinetron-sinetron? Seorang suami berselingkuh dengan teman dekat istrinya? Seperti pagar makan tanaman?
Hanya masalah waktu saja dan karirnya bisa hancur usai para penggemarnya tahu hal ini.