bc

Single Man vs Single Mom

book_age18+
15.2K
IKUTI
97.1K
BACA
billionaire
dark
possessive
fated
arrogant
single mother
bxg
city
office/work place
friends with benefits
like
intro-logo
Uraian

[Konten Dewasa]

Sequel from When The Bastard CEO Falls in Love

***

Gaza Abisatria Althaf

Tegas dan tidak pandai berbasa-basi. Pria yang selalu disiplin dengan waktu dan pekerjaan. Tidak menyukai hal berbau instan.

Syefa Yasmin

Seorang Ibu tunggal yang bekerja keras demi menafkahi putrinya yang mengidap kelainan jantung sejak lahir. Wanita yang tidak diakui oleh keluarganya karena catatan buruknya.

***

Ekonomi yang memburuk, membuatnya mantap untuk menjual tubuh indahnya menjadi mainan para pengusaha kaya yang kesepian dan haus belaian.

Pada malam pertama dia bekerja di salah satu klub malam terkenal di kota Jakarta, seorang pengusaha kaya tergoda dengan tubuh seksinya yang hanya berbalut pakaian setengah telanjang.

Dia tertegun melihat pria yang sangat dia kenali, justru membelinya dengan bayaran fantastis dan mengajaknya untuk menginap di sebuah hotel mewah.

Tidak ada yang bisa dia lakukan, selain membiarkan pria itu menyentuh dirinya malam itu.

chap-preview
Pratinjau gratis
Gaza Abisatria Althaf
Sequel from When The Bastard CEO Falls in Love *** Gaza Abisatria Althaf Tegas dan tidak pandai berbasa-basi. Pria yang selalu disiplin dengan waktu dan pekerjaan. Tidak menyukai hal berbau instan.   Syefa Yasmin Seorang Ibu tunggal yang bekerja keras demi menafkahi putrinya yang mengidap kelainan jantung sejak lahir. Wanita yang tidak diakui oleh keluarganya karena catatan buruknya. *** Ekonomi yang memburuk, membuatnya mantap untuk menjual tubuh indahnya menjadi mainan para pengusaha kaya yang kesepian dan haus belaian. Pada malam pertama dia bekerja di salah satu klub malam terkenal di kota Jakarta, seorang pengusaha kaya tergoda dengan tubuh seksinya yang hanya berbalut pakaian setengah telanjang. Dia tertegun melihat pria yang sangat dia kenali, justru membelinya dengan bayaran fantastis dan mengajaknya untuk menginap di sebuah hotel mewah. Tidak ada yang bisa dia lakukan, selain membiarkan pria itu menyentuh dirinya malam ini. * * ---**--- Green-Wood Cemetery, New York, USA., Siang hari.,             Mereka sudah berada di tempat ini sejak 30 menit yang lalu. Pakaian serba hitam, topi dan kaca mata juga berwarna senada. Bukan untuk bergaya, tapi untuk menyesuaikan tempat yang saat ini tengah mereka kunjungi. Tempat bersejarah dengan desain yang sangat elegan. Tempat ini merupakan kompleks pemakaman paling prestisius di kota New York, sekaligus tempat dimana anggota keluarga Abraham Althaf dimakamkan secara pribadi. Pemakaman paling prestisius di kota New York yang terletak di atas bukit dengan ketinggian 60 meter di atas permukaan laut ini selalu menjadi tempat berkumpulnya para cucu Abraham Althaf. Yah! Saat ini mereka tengah berada di Green-Wood Cemetery. Mereka adalah para cucu Abraham Althaf, Arash, Aiyaz, Gaza, Gamal, Azathea, Bening, dan Embun.             Seperti biasa ketika hari jumat mereka akan mengunjungi makam ini, setidaknya satu bulan sekali. Mengingat jadwal yang tidak bisa disesuaikan antara satu dengan yang lainnya.             Sebelumnya, mereka juga sudah mengunjungi pemakaman ini dengan keluarga besar mereka. Namun tidak terbiasa bagi mereka jika tidak melakukan ritual secara pribadi seperti sekarang ini.             Saling bercanda dan mengajak bicara batu nisan dengan panggilan kesayangan mereka. Berandai-andai jika saudara perempuan Grandpa mereka masih ada sampai sekarang, mereka pasti akan sangat bahagia sekali.             Apalagi jika mereka tengah mengkhayalkan saudara perempuan Daddy mereka masih hidup, tentu saja mereka pasti memiliki seorang Tante yang sangat cantik dan menyayangi mereka.             Tidak hanya itu saja pembahasan panjang mereka. Wanita polos yang akrab disapa Embun, dia juga berandai-andai memiliki 2 kakak laki-laki yang pasti sangat menyayangi mereka selain Arash, Aiyaz, Gaza, dan Gamal.             Pembicaraan panjang, dan bahkan bisa membuat mereka lupa waktu. …             Ketiga wanita itu masih terus mengelus pelan makam yang dirawat dengan sangat indah. Rerumputan cantik menjadi pakaian semua batu nisan yang berada di area pemakaman khusus keluarga Abraham Althaf. “Seandainya Eyang Opa dan Eyang Oma masih ada, keluarga besar kita pasti sangat lengkap. Benarkan, Kak ?” Embun melirik kedua Kakak perempuannya, Azathea dan Bening yang juga berada disana.             Azathea dan Bening menganggukkan kepala mereka, mendengar pernyataan Embun barusan. Mereka juga terus mengelus makam penuh rerumputan disana.             Sedangkan keempat pria tampan itu, mereka juga masih berjongkok di makam yang sama. Tidak menghalangi ketiga Adik mereka, mereka berempat memilih untuk berjongkok di belakang adik-adik mereka.             Seolah paham jika ketiga Adik perempuan mereka mulai bersedih, Gaza kembali membuka suaranya. “Eyang Opa dan Eyang Oma sudah bahagia dengan keluarga kita yang lain. Jadi jangan bersedih lagi. Ayo kita ke makam Aunty Adyra dan Grandma Asyara. Setelah itu, kita ke makam Mas Argan dan Mas Ergan, hmm …” Dia membelai lembut puncak kepala sang Adik, Embun yang berjongkok tepat di depannya.             Arash juga turut membuka suaranya. “Pamit dulu sama Eyang Opa dan Eyang Oma. Beberapa minggu lagi, kita akan datang kesini.” Dia mulai beranjak dari duduknya sembari membawa botol minuman milik ketiga Adiknya.             Tiga gadis itu mengangguk dan langsung pamit dari 4 makam yang dibuat berdampingan dengan nisan bertuliskan Zharif Abraham Althaf dan Syarifah Abraham serta Abraham Althaf dan Uzma Althaf.             Aiyaz dan Gamal yang juga berada disana, mereka beranjak dari posisi berjongkok mereka dan kembali memakai kaca hitam milik masing-masing. “Mas Aka mau ke makam Grandma Asyara dulu. Ada yang mau ikut ?” Aiyaz seakan mengembalikan suasana hati ketiga Adik mereka agar tidak bersedih lagi.             Sedangkan Gamal, dia mengeratkan jas panjang hitam yang melekat di tubuhnya. Kakinya berjalan di makam yang dituju oleh saudaranya, Aiyaz. “Grandma Asyara … kami datang lagi kesini.” Dia mulai berjongkok di depan makam itu.             Arash dan Gaza tetap mendampingi ketiga Adik mereka yang juga berjalan ke arah yang sama. Azathea, dia membuka suaranya. “Grandma Asyara … Grandpa dan Grandma titip salam cinta untukmu …”             Bening turut menyahut percakapan kecil sang Kakak, Azathea. “Iya, Grandma. Kata Grandpa, kami disini baik-baik saja. Dan Grandma Asyafa juga sehat.” Bening membelai batu nisan bertuliskan Asyara Abraham Althaf disana.             Embun juga membelai batu nisan yang sama. Dia melirik sang Abang, Gamal yang mulai berdiri. “Mas Gamal mau kemana ?” Dia seakan curiga dengan gerak-gerik sang Abang.             Gamal mengangkat kedua alisnya ke atas, bingung dengan pertanyaan sang Adik seakan dirinya hendak pergi dari tempat ini. “Tidak ada.” Jawabnya santai sembari mengendikkan kedua bahunya ke atas. “Mas hanya mau berdiri saja.” Gumamnya pelan kembali melanjutkan kalimatnya.             Karena percakapan kecil Embun dan Gamal, membuat Azathea dan Bening fokus mendengarnya. Reaksi kedua Adik mereka membuat Aiyaz menarik pergelangan tangan kirinya untuk berjongkok kembali. “Jangan kemana-mana!” Ketusnya menatap tajam Gamal, memberinya isyarat untuk ikut berjongkok bersama dengan mereka.             Gamal hanya mendengus kesal. Sebab kaki jenjangnya tak mampu berjongkok lama. Selain lelah, kakinya hampir saja kram karena berjongkok sejak tadi.             Gaza melirik Gamal dengan isyarat yang sama. Hingga Gamal memutar malas bola matanya dan kembali melihat ke arah batu nisan, sembari mendengar celotehan ketiga Adik mereka. ..**..             Seperti itulah mereka dalam ikatan persaudaran. Azzura Abraham Althaf dan istrinya, Adyanta Nawwar Rizky. Mereka selalu mengajarkan sikap hangat kepada para cucu mereka agar mereka tetap akrab dengan saudara-saudari mereka satu sama lain.             Tidak hanya itu saja, Dyrga dan Dyrta juga melakukan kewajiban mereka sebagai seorang Daddy yang baik. Meski sikap mereka tidak pernah sama memperlakukan antara putra dan putri mereka, tapi mereka berdua tetap kompak memberikan akses penuh perusahaan kepada kedua putra mereka sejak usia mereka beranjak remaja. …             Setelah selesai mengunjungi makam anggota keluarga Abraham Althaf yang lebih dulu tiada, mereka memutuskan untuk segera kembali ke mansion. Jarum jam terus berputar dan menunjukkan pukul “Kita kembali sekarang ?” Arash melihat ketiga Adiknya bergantian seraya meminta jawaban.             Azathea, Bening, dan Embun mengangguk bersamaan. Mereka semua beranjak dari sana dan meninggalkan makam terakhir yang mereka kunjungi hari ini. “Iya, Mas. Bening sudah lapar.” Dia berjalan di samping sang Abang, Gaza.             Gaza melirik Bening sekilas, menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Iya. Kita makan di mansion saja. Mommy dan Grandma pasti sudah menyiapkan makanan kesukaan kita.” Gaza membelai lembut punggung sang Adik.             Azathea dan Embun berjalan di depan sang Abang, Gamal yang menjadi bodyguard mereka. Sementara Arash dan Aiyaz, mereka berjalan di belakang Gaza dan Gamal.             Seakan mengingat sesuatu, Gaza melirik ke arah belakang. “Aku lupa harus mengecek berkas hasil rapat tadi siang.” Ucapnya memberitahu Aiyaz.             Arash dan Aiyaz meliriknya. Begitu juga Gamal yang paham, jika Gaza pasti akan izin untuk balik ke kantor lagi.             Langkah kaki mereka terus berhentak di padang rerumputan cantik di sekitar makam disana, menuju tempat dimana mobil mereka berada. “Kau mau balik ke kantor lagi, Mas ?” Gamal bertanya untuk memastikan.             Gaza mengangguk pelan. “Iya. Aku tidak bisa menundanya. Karena besok akan ada rapat penting bersama mitra bisnis yang baru.” Jawabnya seraya menjelaskan.             Arash melirik Aiyaz yang seakan santai mendengar penjelasan dari saudaranya, Gaza. “Kalian sudah bertukar posisi ?” Arash memastikan apa yang dia pikirkan, jika Aiyaz dan Gaza benar-benar mantap untuk mengganti nama mereka di Althafiance.             Gamal mendengar itu, dia ikut menyahut. “Sudah lama, Mas. Aku sudah katakan pada mereka untuk segera meresmikannya. Bahkan aku bisa meminta bantuan Grandpa untuk memohon.” Sahut Gamal.             Gaza melirik Aiyaz dengan isyarat mata berkata bingung. Isyarat itu membuat Aiyaz menyeringai tipis. “Kami sudah bahas ini pada kalian sejak lama. Tapi kalian tahu sendiri, Daddy belum mengizinkan itu.” Balas Aiyaz santai, mencoba mengingatkan mereka lagi. Jika Daddy mereka, Dyrga dan Dyrta belum memberi izin kepada mereka untuk berpindah posisi dari perusahaan.             Azathea, Bening, dan Embun juga mendengar pembicaraan mereka. Tapi mereka tidak terlalu memikirkan hal itu. Sebab mereka memang hanya diperintahkan untuk fokus melanjutkan pendidikan saja dan tidak untuk mengurus bisnis keluarga.             Mereka berjalan menuju empat mobil terparkir khusus disana. Dua mobil mewah berlogo Althafa milik mereka, sedangkan dua mobil lagi dikendarai oleh para bodyguard mereka. Tentu saja ada beberapa bodyguard yang selalu setia menemani kepergian mereka kemanapun.             Azathea mendekati kedua Adiknya, Bening dan Embun. “Kami bertiga naik di mobil yang sama saja. Biar Kak Aza yang membawa mobilnya.” Azathea merangkul Bening dan Embun.             Embun yang tampak polos, dia membalas kalimat sang Kakak barusan. “Apa kita boleh bawa mobil sendiri, Kak ?” Tanyanya penasaran sembari melirik keempat Abang mereka yang sedikit bingung.             Arash yang paham, dia membuka suaranya. “Tidak, Sayang. Biar Mas Ara yang bawa, okay …” Arash menolak keinginan Adiknya dengan senyuman tipis.             Aiyaz dan Gamal saling melirik satu sama lain melihat Abang tertua mereka tampak khawatir jika ketiga gadis cantik itu berada di mobil yang berbeda dengan mereka.             Gaza, dia mendekati mobil lain yang akan dia pakai untuk pergi ke kantor Althafiance. “Aku pergi. Katakan pada mereka, aku pulang sebelum jam 8 malam.” Ucapnya seraya memberi pesan pada mereka. Dia menyerahkan urusan ketiga gadis itu pada saudaranya yang lain. Sebab dia tahu, akan sama saja jika dia memberi pengertian untuk ketiga Adiknya. Sebab mereka pasti tetap bersih keras pada keinginannya.             Azathea, Bening, dan Embun melihat Abang mereka, Gaza yang sudah berada di mobil lain. Saat mobil itu melaju dan melewati mereka, tiga gadis itu kembali bersuara nyaring. “Hati-hati, Mas! Jangan pulang larut malam!” Bening melambaikan tangan ke arah Gaza yang mengendarai mobil mewah berwarna hitam. “Mas Gaza harus jaga mata hati dan pikiran, ya!” Azathea mengatakannya dengan nada sedikit tinggi, dan kedua mata sedikit memicing. “Mas Gaza jangan genit-genit disana!” Embun tersenyum manis dan ikut memberi pesan singkat untuk Abang mereka yang akan kembali ke arah yang berbeda.             Setelah mobil Gaza melaju melewati bundaran taman makam, kini Azathea hendak berjalan menuju mobil milik Abang mereka, Aiyaz. “Mas Aka … kami pinjam mobilnya.” Ucapnya tanpa peduli jika Abang mereka, Arash sudah menatapnya sejak tadi.             Bening juga ikut berjalan menuju mobil mewah berwarna hitam itu. Namun berbeda dengan Embun yang masih ragu-ragu. Gadis yang lebih polos dari kedua Kakaknya itu, dia masih menunggu persetujuan dari mereka.             Aiyaz hanya bisa menghela panjang nafasnya saja. Dia tahu, kedua Adiknya, Azathea dan Bening memang sangat susah untuk dibantah.             Gamal yang tidak suka mengulur waktu, dia menarik lembut lengan sang Adik, Embun agar ikut masuk ke dalam mobil yang sama dengan kedua Adiknya yang lain. “Ayo, Baby. Masuklah. Embun duduk di belakang dan jangan lasak. Okay ?” Gamal mengedipkan satu mata genitnya menatap Embun. Dia membuka pintu mobil untuk sang Adik.             Embun mengendikkan kedua bahunya ke atas. Dan masuk ke dalam mobil. “Memang dari dulu Embun selalu duduk di belakang.” Balasnya polos dan direspon tawa geli oleh Gamal.             Setelah menutup pintu mobil itu, dia berjalan pada pintu yang lain dan merundukkan tubuhnya. “Hey, Baby! Jangan mengambil kecepatan tinggi. Kami ada di belakang kalian, hmm …” Gumamnya pelan seraya memberi peringatan.             Azathea mengangkat jemari kirinya membentuk huruf O. “Oke, Mas!” Balas Azathea. “Sipp!” Bening ikut menyahut sembari memasang sabuk pengamannya.             Azathea langsung melajukan mobil yang dia kendarai. Dia membuka seluruh kaca pintu mobil. “Bye … Bye, Mas!” “Bye, Mas!” “Kami duluan, Tuan Abraham Althaf!!”             Mereka bertiga melambaikan tangan dari dalam mobil. Tentu saja lambaian tangan mereka ditujukan untuk Abang mereka, Arash yang tadi sempat melarang mereka.             Setelah mobil mereka melaju, satu mobil bodyguard mengikuti mereka dari belakang. Dan Aiyaz, dia mulai geli dan melepas tawanya saat melihat ekspresi sang Abang yang menatap mereka bagaikan ingin menerkam mangsa.             Gamal juga ikut tertawa terbahak-bahak dan masuk ke dalam mobil. “Ayo, Mas! Hawa diluar mulai dingin!” Dia sedikit mengejek Arash yang hanya bisa menghela panjang nafasnya saja.             Arash ikut masuk ke dalam mobil dengan sedikit menggerutu. “Kalian selalu memanjakan mereka.” Gumamnya pelan sembari memasang sabuk pengaman dan mengaktifkan kontak kunci mobil.             Aiyaz dan Gamal yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil, mereka hanya bisa tertawa geli melihat ekspresi Arash yang terlihat kesal. “Sudahlah, Mas. Kita juga mengikuti mereka dari belakang.” Aiyaz bergumam pelan sembari menahan sisa tawanya. “Lagi pula, mereka tidak mungkin membawa mobil dengan kecepatan tinggi.” Sahut Gamal dan hanya direspon deheman saja oleh Arash. Tidak peduli dengan ejekan kecil dari Aiyaz dan Gamal, Arash langsung melajukan mobil mereka dan mengejar mobil yang dikendarai oleh ketiga Adik mereka. *** Althafiance Corporation, New York, USA., Siang menjelang sore hari.,             Lift naik dan berhenti di lantai paling atas dengan ruangan sangat luas. Dentingan lift berbunyi, dan pintu lift terbuka lebar. Gaza keluar dari dalam lift dan melangkahkan kakinya menuju pintu besar yang ada di sebelah sana.             Dia berjalan melewati beberapa ruangan penting yang terdapat di lantai ini sebagai lantai paling atas dan paling utama. Langkah kakinya diikuti oleh dua orang pekerja kantor, yaitu satu sekretaris kantor dan satu lagi sebagai bodyguard yang khusus mengikutinya selama dia berada di kantor ini.             Sembari melangkahkan kakinya, dia membuka jas hitam panjang yang melekat di tubuhnya sejak tadi. Tidak mungkin baginya memakai jas yang sudah dia bawa dari tempat pemakaman. “Semua berkas sudah terkumpul ?” tanya Gaza pada sekretaris kantornya yang berjalan tepat di belakangnya. Dia membawa jas hitam itu dalam satu genggaman tangan kirinya. “Sudah, Tuan Gaza. Semua sudah ada di tangan, Tuan Clave. Dia sudah menunggu Anda di ruangan.” Jelas wanita berwajah cantik itu.             Gaza memahaminya dan melebarkan langkah kakinya menuju pintu besar berwarna coklat tua disana. Ruangan kerja utama para pemegang bisnis Althafiance.             Saat dia berjalan dan melewati beberapa ruangan dari divisi penting, dia melihat pintu ruangan rapat di lantai ini sedikit terbuka. Keningnya berkerut melihat ke ujung sebelah barat. “Apa ada yang belum diselesaikan di ruangan itu ?” Gaza bertanya dengan fokus matanya ke arah yang dituju.             Dua orang yang mengikutinya, melihat ke arah yang sama. Dia mengetahui sesuatu dan membuka suaranya lagi. “Pegawai lama dari bagian design sedikit membuat kesalahan, Tuan. Tapi semua sudah teratasi, karena kepala divisi design sudah memperbaikinya sebelum laporan itu diberikan pada Tuan Clave.” Jelasnya panjang lebar dan direspon anggukan kepala oleh pria berkemeja hitam itu. … Ruangan kerja.,             Langkahnya tak henti dan langsung masuk ke dalam ruangan yang sudah terbuka lebar. Hingga suara pria dari dalam terdengar menyapanya. “Selamat siang, Tuan Gaza.” Sapa pria yang merupakan sekretaris pribadi Gaza, Clave.             Gaza menganggukkan pelan kepalanya. “Siang, Clave. Maaf, aku terlambat.” Balasnya sembari memberikan jas hitam pekat itu pada Clave.             Clave menerimanya dan menggantungkan jas hitam itu pada gantungan kecil yang ada di ruangan besar disana, tepat di sebelah lemari khusus dokumen penting.             Setelah Gaza masuk ke dalam ruangan kerja, pintu utama itu kembali ditutup rapat oleh bodyguard yang menjaga ruangan ini.             Gaza berjalan menuju meja kebesarannya. Dia membuka dua kancing kemeja hitam teratasnya. Dan duduk di kursi kebesarannya yang seharusnya menjadi kursi milik sang Abang, Aiyaz. “Apa ada masalah saat rapat terakhir, setelah aku keluar dari ruangan ?” tanya Gaza sembari membuka dokumen yang sudah berjajar rapi di hadapannya. Dia mengambil pena miliknya disana dan mulai memfokuskan pikirannya.             Clave berjalan ke arah meja kerja itu, dan duduk di kursi yang ada disana. Dia ikut memeriksa dokumen yang ada. “Masalah itu sudah selesai, Tuan. Hanya sedikit kesalahan saja. Dan yang melakukannya adalah pegawai dari bagian design. Bukan masalah berat, tapi hanya seputar kesalahan perubahan tema untuk rapat besok.” Jelas Clave panjang lebar.             Gaza mengangguk pelan dan tidak lagi bertanya apapun.             Clave tahu bagaimana karakter pria yang telah menjadi Bossnya selama beberapa tahun terakhir. Sebagai seorang sekretaris pribadi, hidup Clave sangat terjamin. Semua fasilitasnya terpenuhi hingga dia tak perlu khawatir mengenai hidupnya di masa tua nanti.             Dia tahu jika Bossnya yang bernama Gaza Abisatria Althaf tak pernah mempermasalahkan hal kecil jika menyangkut kesalahannya dalam bekerja. Apalagi pria tampan yang tak pandai berbasa-basi itu tidak menyukai hal yang berbau instan. ..**..             Bisnis adalah mainan kecil yang selalu menjadi santapannya setiap hari. Sejak dia dan saudaranya yang lain beranjak dewasa, mereka selalu terlibat dalam bisnis yang dilakukan oleh orang tua mereka, Dyrga dan Dyrta.             Tidak hanya memahami trik dalam berbisnis, mereka juga sudah memahami masalah yang sering terjadi dalam permainan bisnis. Penggandaan dan pencucian uang selalu terjadi jika lengah sedikit saja.             Orang yang sangat menyukai pencatatan detail, salah satunya adalah Gaza. Dia adalah orang yang akan menggantikan posisi Aiyaz di Althafiance Corporation.             Gaza Abisatria Althaf, pria dewasa berusia 28 tahun. Wajahnya yang tampan mampu memikat hati wanita yang bertatap sapa dengannya. Tubuhnya setinggi 1,87 m juga menjadi daya tarik wanita yang memandangnya sebagai sosok pria maskulin dan mempesona.             Pria yang merupakan salah satu penerus bisnis keluarga Abraham Althaf ini terkenal dengan sikap dingin dan tidak pandai berbasa-basi. Sikapnya bahkan sama dengan saudaranya yang bernama Arash Rajaswa Althaf.             Dia dan Arash bahkan lebih sering disebut dengan kembar karena sikap dan wajah yang hampir sama. Tidak hanya itu, mereka lebih sering menghabiskan waktu dalam bisnis ketika ada pertemuan penting. Sehingga mereka sering disebut sebagai saudara kembar.             Gaza memiliki segudang prestasi dalam berbisnis, sama seperti saudaranya yang lain. Namun langkahnya hanya terlihat di balik layar saja.             Dia tidak terlalu menyukai kamera atau hal-hal berbau media massa. Itu sebabnya Gaza lebih tertutup dibandingkan dengan saudaranya yang lain, yang sedikit terekspos oleh media massa dan majalah ternama yang sudah mendunia.             Posisi Gaza dalam perusahaan keluarganya adalah sebagai Presiden Direktur perusahaan Abadi Jaya dan CEO Althafa Sport Car Corporation. Posisinya sangat penting dan bahkan hampir merangkap semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saudaranya yang bernama Aiyaz Koswara Althaf.             Yah, Gaza dan Aiyaz akan mengganti posisi mereka. Mereka berdua sudah setuju dalam hal ini. Bahkan Arash dan Gamal juga menyetujuinya.             Tapi sangat disayangkan, kedua Daddy mereka belum memberi izin atas pergantian jabatan itu. Gaza belum diizinkan untuk menjadi Presiden Direktur Althafiance Corporation. Begitu juga Aiyaz yang tidak diberi izin untuk menjadi CEO di Althafa Sport Car Corporation.             Hal ini membuat mereka bingung ketika mewakilkan rapat besar dan penyusunan struktur organisasi perusahaan. Sebab tugas mereka sudah berbeda.             Langkah tengah yang mereka ambil adalah memberi pengumuman secara internal kepada seluruh pegawai Althafiance Corporation, dengan tetap membiarkan struktur organisasi perusahaan seperti awal. Namun, pekerjaan yang mereka jalani sudah berbeda.             Gaza sudah terbiasa mengemban tugas berat di dua perusahaan besar yang terletak di Negara berbeda. Karena jika dia sedikit kesulitan, maka dia pasti akan meminta bantuan saudaranya yang lain. …             Seperti saat ini dia tengah menyelesaikan pekerjaannya sebagai Presiden Direktur Althafiance Corporation. Pekerjaan yang sudah dia lakukan sejak beberapa bulan terakhir setelah perjanjian hitam diatas putih disetujui oleh dirinya dan saudaranya, Aiyaz serta disaksikan oleh dua saudaranya yang lain, Arash dan Gamal.             Setelah beberapa jam dia berkutat pada berkas-berkasnya, sampai langit terlihat semakin gelap. Bahkan dia tidak memperhatikan penampilannya yang sudah berantakan. “Sudah semua ?” Gaza melirik sekretaris pribadinya, Clave.             Pria itu mengangguk pelan sembari menyusun berkas pada tumpukan terakhir. “Sudah, Tuan.” Jawabnya singkat lalu beranjak dari duduknya, membawa semua berkas penting itu menuju berangkas penyimpanan yang ada disana.             Gaza beranjak dari duduknya dan mengambil ponsel miliknya yang terletak di atas meja kerja. “Kita balik sekarang.” Ucapnya lalu berjalan menuju lift sembari memakai kembali jas hitam pekat miliknya. “Baik, Tuan. Mereka sudah menunggu kita di atas.” Sahut Clave seraya memberitahu jika helikopter dan pilot sudah siap sedia di rooftop.             Gaza lebih dulu sampai di rooftop. Sementara Clave, dia menyusul setelah ruangan kerja Bossnya terlihat rapi dan aman. * * Novel By : Msdyayu (Akun Dreame/Innovel, IG, sss)

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My Secret Little Wife

read
115.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
202.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K
bc

Dilema Hati Istri Bayaran Sang Bos

read
49.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook