Delisha diantar ke Hotel Golden Star, hotel dengan fasilitas terbaik di Kota ND, bahkan di seluruh India. Karena Delisha adalah utusan dari Xin Corp Pusat, Xin Corp India mengusahakan fasilitas terbaik untuk mengakomodasi wanita muda itu. Keterlambatan mereka menjemput Delisha sudah memberikan kesan buruk. Wanita itu tidak melepas kacamatanya, raut wajahnya kaku dan dingin. Dia juga tidak bicara sama sekali.
Tiba di halaman hotel, Delisha gelisah. Bangunan bertingkat 50 dengan eksterior kaca hitam di seluruh permukaan dan sebuah bintang warna emas di puncak bangunan, tampak mewah dan eksklusif. Namun, bagi Delisha, hotel tersebut memancarkan aura yang tidak mengenakkan. Hari menjelang senja, ditambah bekas hujan, membuat penampakan awah hitam menggelayut di atas hotel tersebut. Banyak orang keluar masuk hotel dan mereka tampak baik-baik saja. Delisha, entah kenapa, merasa mual. Hotel itu lebih mengerikan daripada kuburan.
Mungkin aku kelelahan di perjalanan, pikir Delisha yang tak mau ambil pusing dengan dugaan ini itu. Pegawai Xin India, yang bernama Vijay, menguruskan registrasi di lobi, sedangkan pegawai satunya, Sunil, membawakan koper. Bellboy mengantarkan Delisha ke kamarnya, di Lantai 20.
"Ah, akhirnya!" Delisha berseru lega ketika di kamarnya seorang diri. Dia membuka kacamata dan melepas jaket, lalu menjatuhkan diri ke tempat tidur yang ditutupi selimut abu-abu. Dua hari perjalanan dengan kereta api membuat tubuhnya terasa remuk dan tempat tidur empuk terasa nikmat baginya. Dia mengitarkan pandangan ke penjuru ruangan. VIP Suite dengan interior modern minimalis didominasi warna hitam, abu-abu, dan putih.
Tampaknya pemilik hotel ini menyukai nuansa hitam dan abu-abu, pikir Delisha.
Hotel Golden Star milik Star Corp. Sejauh yang diketahuinya, Star Corp tidak memiliki catatan buruk, begitu juga CEO-nya. Malah informasi yang tersedia terlalu minim untuk sebuah perusahaan yang mulai bergerak sejak 50 tahun yang lalu dan catatan kehidupan Devdas Star Tailes terlalu sempurna untuk seorang manusia. Riwayat pendidikan yang sempurna, segudang prestasi di bidang olahraga, segudang prestasi di bidang bisnis, segudang aktivitas sosial non profit, pria itu bahkan sanggup membeli bulan dan beberapa kavling tanah di Mars. Tak pernah ada catatan romantisme (tidak mengherankan sebenarnya untuk seorang pria tampan dengan kekayaan lebih dari dunia ini). Tiap orang pasti punya rahasia kelam dan tugas Delisha-lah mencari tahu rahasia kelam itu.
Apa dia terlalu percaya diri mengambil tugas ini? Yang jelas Xander Xin tidak ingin mengirim istrinya ke lapangan lagi, dengan alasan sederhana. Pria itu tidak ingin melihat istrinya menyusup ke ranjang laki-laki lain. Sedangkan tugas ini misi kelas S. Xander tidak ingin ada kegagalan, juga tidak ingin agen biasa yang mengerjakannya karena informasi apa pun yang didapatnya kelak, tidak boleh diketahui orang lain selain dirinya. Xander memberikan tugas ini kepada orang yang sangat dipercayainya.
Setelah beberapa menit melemaskan tubuh, Delisha bangkit dari ranjang dan melepas pakaian, bersiap untuk mandi. Dalam keadaan bugil dia ke kamar mandi dan mengecek suhu air. Dia merasa kedinginan dan ingin mandi dengan air hangat. Air pancuran dinyalakan dan uap hangat mengepul. Dia belum masuk ke pancuran, masih meneliti sabun dan sampo yang disediakan hotel.
Setelah dirasa suhu air sesuai keinginannya, dia melangkah ke bawah pancuran, menghadap dinding dan membiarkan air hangat mengguyur seluruh tubuh dan membasahi kepala. Delisha membasuh wajahnya lalu terdiam sesaat. Dia melirik ke belakangnya. Sesuatu berkelebat.
"Sialan!" maki Delisha pelan. Sepertinya ada seseorang yang tidak membiarkannya tenang. Delisha melanjutkan mandinya. Menggosok tubuh, lalu terdiam. Sosok itu lewat lagi di belakangnya. "Oh, ya ampun!" gumam Delisha.
Dalam film horor sering tokoh diganggu saat di kamar mandi. Hal itu memang benar adanya. Kamar mandi dan WC menjadi tempat favorit makhluk halus untuk mengganggu manusia. Bukan karena tempat tersebut kotor, tetapi karena makhluk halus itu merasa tidak ada yang melihatnya, mereka senang melihat orang telanjang. Makhluk-makhluk halus itu suka hal-hal ca.bul. Mereka suka melihat organ intim manusia, karena setelah mereka menjadi hantu gentayangan, mereka tidak bisa merasakan sensasi terangsang dan kenikmatan seksual seperti manusia hidup, padahal mereka masih memiliki hawa nafsu. Karena itulah umumnya makhluk halus merasuki manusia dan dalam ritual tertentu meminta untuk bersetubuh atau melakukan hal ca.bul lainnya, karena mereka ingin merasakan sensasi itu.
Delisha tidak keberatan (diintip) asalkan hantu wanita yang mengintipnya. Jika hantu laki-laki dia tidak suka. Wanita mana yang suka dipelototi laki-laki yang tak dikenal, dalam keadaan bugil lagi? Dia bukan seorang ekshibisionis.
Delisha membalik tubuhnya sehingga punggung menghadap dinding. Dia mencuci rambutnya dengan sampo. Dia tidak ingin matanya terpejam, karena kalau dia memejamkan mata, makhluk itu akan semakin berani mendekat. Dia membusakan sabun mandi di tubuh yang akan dicucinya sekalian dia membilas rambut. Malangnya, busa sampo jatuh ke matanya, rasa perihnya membuat Delisha merapatkan kelopak mata. Sementara tangannya menggosok tubuhnya sendiri, sebuah tangan mengusap kepalanya dan meremas-remas rambutnya. "Ah, berengsek!” maki Delisha sembari mundur untuk mengguyur tubuhnya di pancuran, tetapi dia tidak merasakan air hangat dari pancuran. Mereka mematikan kran pancuran!
Dengan mata terpejam dan rasa perih mengerubuti matanya, dia meraba-raba mencari kran shower dan dia bisa merasakan tangan-tangan dingin menggerayangi tubuhnya. "Bang.sat!" maki Delisha pelan. Dia menemukan kran shower dan segera membukanya. Air hangat langsung mengguyur dan dia bergegas menggosok seluruh tubuh untuk menyingkirkan sisa sabun dan sampo, sekaligus bekas sentuhan-sentuhan makhluk halus itu. Delisha berusaha tenang, karena jika panik dia mungkin akan terpeleset dan mencederai diri sendiri. Hantu tidak bisa mencederai manusia secara langsung, rasa panik karena diganggu makhluk tersebut yang umumnya membuat manusia celaka.
Delisha membuka mata dan tak menemukan seorang pun dalam kamar mandi, kecuali dirinya. Mungkin ini di India, pikirnya. Makhluk-makhluk di sini tidak malu-malu memperkenalkan diri. Harus diakuinya, mereka cukup agresif, terang-terangan mengganggunya, padahal dia baru datang.
Delisha mengambil handuk dan mengeringkan tubuhnya. Dia menbalut tubuh sintalnya dengan handuk itu, lalu berdiri di depan cermin dan menyalakan pengering rambut. Sambil menyisir rambut dengan jarinya, dia melihat sosok berkelebat di belakangnya melalui cermin. Sekilas terlihat bayangan seorang wanita India, mengenakan sari warna hijau dan rambut panjang dikepang.
Ketika dia kembali menatap bayangan dirinya di cermin, wajah putih dengan mata berlubang hitam melompat keluar dari cermin dan menggeram padanya. "Aarrgh!"
Delisha tersentak mundur dan wajahnya pucat pasi karena terkejut.
"Hihihi...!" Wajah putih itu menghilang dan suara tawa kecil menggema dalam ruangan.
Jantung Delisha berdegup kencang karena terkejut dan menahan marah. "Jadi kalian ingin main-main denganku?" gumam Delisha. Tangannya menggenggam erat pengering rambut yang masih menyala.
Delisha berusaha tidak memedulikan makhluk-makhluk itu. Dia kembali mengeringkan rambut. Udara hangat membuat rambutnya melambai-lambai lembut. Delisha bersenandung kecil untuk menenangkan diri. Dia mengagumi kecantikannya sendiri, rambut cokelat panjang, wajah berseri-seri dengan mata cokelat, bibir kemerahan dan lesung pipit di kedua pipinya jika dia tersenyum. Dia wanita yang cukup menarik, seharusnya tidak bermasalah menarik perhatian lawan jenis.
Tiba-tiba, wajah putih berambut hitam panjang dengan mata hitam besar itu keluar lagi dari cermin. Mulut hitam dan bau apek terbuka lebar, mengeluarkan suara teriakan memekakkan telinga. "Kyaaaa...!!!"
Delisha terperanjat dan secara spontan melempar pengering rambut di tangannya ke cermin.
Byarr!! Cermin retak berkeping-keping dan beberapa kepingannya berjatuhan.
"Hihihi..!" Suara tawa itu lagi. Kali ini terdengar dari beberapa orang.
Sunyi senyap. Suara bising alat pengering rambut terdengar sangat jelas. Napas Delisha memburu menahan marah. Kedua tangannya terkepal di samping. Suatu saat dia harus menemukan cara untuk melenyapkan makhluk-makhluk halus itu. Bukan karena mereka menakutkan, tetapi karena mereka menyebalkan! Sangat, sangat menyebalkan!!
***
Bersambung ....