Arin menggigit kuat bibir bawahnya. Menekan rasa bersalah yang kini tengah menghimpit dadanya. Pasalnya, kini ia tengah menghubungi sang ayah untuk meminta uang semester dan uang bulanan. Seraya mengusap perutnya yang membuncit seiring dengan berjalannya waktu. Tanpa terasa, meskipun hidup yang tengah dijalaninya sangat berat, tetap saja Arin mampu menjalaninya. Hidup pas-pasan di sebuah rusun, mengaku sang suami tengah menjadi TKI di Malaysia. Sehingga terpaksa hidup sendiri, tapi sang suami setiap bulan rutin mengirimkan uang bulanan. Padahal selama ini Arin hidup dari hasil menipu kedua orang tuanya. Hampir setiap hari ia berbohong saat sang ibu bertanya tentang kuliah, yang tidak tahu bagaimana nasib status mahasiswi yang dulu ia sandang. Arin benar-benar merasa bersalah, karena