Delapan

1213 Kata
Elvina, Dimas dan Yonna kini telah berada di salah satu Mall yang cukup besar di kota. Segalanya ada di mall ini, dari aneka makanan yang terkenal dari beberapa negara, bahkan ada tempat ice skating, dan berbagai permainan di dalamnya. Belum lagi butiq dan outlet yang berjajar rapih memamerkan pakaian bermerk yang terlihat sangat indah. Yonna berada di tengah, antara Dimas dan Elvina, berjalan dengan riangnya, rasanya sudah lama dia mendambakan hal ini, berjalan bersama ibu nya dan seorang pria yang akan menjadi ayahnya, dia selalu memimpikan mempunyai ayah seperti teman-teman lainnya. Meskipun dia tak terlalu mengetahui hubungan ibunya dan pria yang kini menggandeng tangannya dan selalu memberikan senyumnya yang hangat. “Mau main ice skating?” tanya Dimas, mereka berada di lantai dua dan melihat banyaknya orang yang bermain seluncuran di atas balok es tersebut. Yonna menggeleng, “nanti aja Om kapan-kapan, aku takut kalau sekarang,” kekeh Yonna. Elvina mengusap kepala putri kesayangannya itu dengan sayang. Deringan ponsel terdengar dari tas tangannya, dia pun menerima panggilan yang ternyata dari Lita itu. Mengambil jarak dua langkah di belakang Dimas dan Yonna, dan dia baru menyadari bahwa Dimas menggandeng tangan Yonna. Dari tempatnya berdiri, dia dapat melihat Dimas yang kebapakkan dan tampak memperhatikan setiap ucapan Yonna, membuat hati Elvina menghangat. Mereka seperti ayah dan anak sungguhan. Hal yang tak pernah dirasakan Yonna sebelumnya. “Lagi di rumah?” tanya Lita. “Di Mall, kenapa?” “Sepupu gue lagi tugas di Jepang dan ternyata dia mengenal Kamila,” ujar Lita antusias. “Oiya terus?” “Mamah, ayo!” teriak Yonna memanggil Elvina yang menghentikan langkahnya saat mendengar nama Kamila disebut. “Lo sama siapa aja ke Mall?” tanya Lita yang menangkap suara Yonna. Elvina mengangguk pada Yonna dan kembali mengikuti mereka berdua. “Sama Yonna dan mas Dimas, tadi gue diajak ke rumah nyokapnya dan dikenalin gitu. Oiya terus gimana?” tanya Elvina yang didera rasa penasaran. “Hmm, nggak apa-apa sih, cuma dia bilang kenal aja, yaudah kalian lanjut deh jalan-jalannya,” tukas Lita seolah menyembunyikan sesuatu. Elvina mengernyitkan kening, belum sempat bertanya kepadanya namun panggilannya dimatikan oleh Lita secara sepihak. Membuat Elvina mendengus sebal, namun ternyata Lita mengirim pesan padanya untuk kapan-kapan menceritakannya, lagi pula bukan hal yang penting. Elvina pun membuka aplikasi kamera di ponselnya, dan memotret kebersamaan Dimas yang menggandeng tangan Yona dengan senyum sumringah, mereka berdua tampak tertawa entah membicarakan apa? Lalu Elvina meletakkan ponsel itu kembali ke tasnya. “Aku mau makan Ramen sama tteokbokki, Om,” ujar Yonna menyebutkan nama makanan yang terkenal di negeri ginseng itu. Jika Elvina menyukai drama Koreanya, berbeda dengan Yonna yang menyukai K-pop, dia sangat suka dengan idol grup dari Korea tersebut, hampir semua idol group dia hapal, bahkan yang membernya lebih dari delapan pun pasti dihapalnya tanpa tertukar, membuat Elvina terkadang geleng-geleng kepala melihatnya. “Berarti kita sekarang ke restoran Korea ya?” tanya Dimas yang diangguki antusias oleh Yonna. Dia sebenarnya belum pernah diajak ke restoran Korea apalagi mencoba makanannya, namun sering melihat di televisi membuatnya penasaran dengan rasanya. Beruntung di halaman satu mall ini ada restoran Korea sehingga mereka pun berjalan melalui eskalator menuju restoran tersebut. Restoran Korea yang mereka kunjungi ternyata sangat ramai pengunjung, hanya ada satu meja tersisa yang langsung ditempati mereka bertiga. Meja berbentuk persegi dengan empat kursi itu berada di salah satu sudut ruangan bernuansa ala Korea tersebut, ada meja panjang layaknya meja bartender yang juga telah diisi oleh para pengunjung yang di d******i oleh anak-anak muda. Warna meja dan kursi yang hitam, dengan lampu gantung seperti lampion berwarna putih, dan dinding yang beraksen kayu. Saat Dimas dan Yonna sudah duduk di kursi yang saling berhadapan, seorang pelayan yang mengenakan seragam berwarna biru dengan apron merah menghampiri mereka, Elvina bahkan menyusul belakangan karena tadi sempat tertinggal oleh Yonna yang setengah berlari menuju restoran itu. Elvina duduk di samping Yonna dan memperhatikan buku menu yang dipegang Yonna. Dimas mempercayakan Yonna untuk memesan makan malam mereka. “Mbak, aku mau Kimbap, Tteokbokki, Ramen, sama Kimchi jangan pedas ya,” tutur Yonna dengan logat yang dibuat-buat, membuat Dimas dan Elvina terkekeh. “Kamu mau apa?” tanya Dimas pada Elvina, wanita itu menggeleng, “Masih kenyang, lagi pula pesanan Yonna banyak pasti nggak habis,” geleng Elvina melihat Yonna yang sudah memajukan bibirnya. “Ya sudah kalau gitu, saya pesan Ramen ya Mbak,” ujar Dimas memberikan buku menu itu dan sempat memesan minuman untuk mereka bertiga. “Ditunggu ya pesanannya,” ucap mbak pelayan itu dengan sangat ramah, agak membungkuk saat berpamitan kepada pelanggannya dan menyiapkan pesanan. “Habis nggak nanti?” tanya Elvina. “Nggak tahu, tapi kalau nggak dicoba kan penasaran Mah,” cebik Yonna. Dimas hanya tersenyum melihat interaksi kedua orang di hadapannya. “Pilih Sehun apa Jimin?” tanya Dimas, melihat ke arah televisi dimana ada gambar BTS dan EXO, idol group yang sedang di gandrungi itu. “Duh, Om, itu sama aja Om nanya aku pilih ikut Nenek atau Kakek. Aku nggak bisa Om, aku suka keduanya,” ucap Yonna sambil menggeleneg. “Kamu hapal nama-namanya?” tanya Elvina kepada Dimas. Dimas menggeleng sambil tertawa, menunjuk pada Televisi yang mulai menayangkan video klip dari idol group lainnya. “Masa disamain sama nenek dan kakek?” cebik Elvina. “Coba mamah disuruh pilih Lee Min Ho atau Hyun Bin, mamah pilih mana?” tanya Yonna tak mau kalah. Elvina hanya tersenyum lebar memamerkan giginya. “Pilih om Dimas, dong,” ujar Dimas sambil menarik kerah bajunya dengan penuh percaya diri. “Iya mamah pilih om Dimas,” ucap Elvina menggoda Yonna yang lagi-lagi mengerucutkan bibirnya. Tak berapa lama, pesanan mereka datang, dua porsi Ramen yang dihidangkan di panci kecil berwarna emas, sementara makanan lain berada di piring-piring lainnya. Yonna memegang sumpit namun kesusahan, karena belum pernah sebelumnya, dan Dimas dengan telaten mengajari Yonna menggunakannya. “Panas, ditiup dulu,” ujar Dimas saat Yonna ingin menyuap Ramen yang berhasil di ambil dengan sumpitnya. Sementara Elvina memilih mencoba Tteokbokki yang menurutnya rasanya sangat asing di lidah. Tteokbokki terbuat dari tepung beras biasanya berbentuk panjang, sebesar jari telunjuk yang di potong seukuran ruas jari, dilumuri saus pedas diatasnya. Lalu Elvina menyuap Kimbab, tampilan Kimbab agak mirip dengan Sushi, Kimbab merupakan nasi yang digulung dengan rumput laut, dengan isian daging dan sayuran, karena Yonna menunjuk kimbab isian udang, makanya sangat terasa di lidahnya ketika daging udang yang telah dimasak itu masuk ke mulutnya. Dimas nampak menikmati Ramen yang dimakannya langsung dari panci kecil itu, sesekali memperhatikan Elvina yang tadi bilang kenyang namun justru sudah mencoba semua sajian di meja makan. Yonna tak mampu menghabiskan Ramennya yang ternyata sangat banyak itu, maka dia pun memohon kepada Elvina untuk memakannya karena dia juga ingin mencoba makanan yang lain, Elvina hanya mampu menurutinya karena sayang pada makanan yang bisa saja mubazir, biarlah besok pagi dia akan berolahraga karena hari ini telah makan banyak. Elvina sangat menyukai olah raga, baik dilakukan outdoor maupun indoor seperti work out, itulah yang membuat berat dan bentuk tubuhnya terjaga meski sudah melahirkan. “Ini rasanya kok agak aneh ya Mah,” tutur Yonna saat menyuap Kimchi, Kimchi sendiri merupakan sejenis asinan dari sayuran yang difermentasi. Yonna mengernyit saat menyuapnya namun dia tetap melanjutkan memakannya bergantian dengan menyuap makanan lainnya. Puas makan makanan Korea, Yonna bersandar pada kursi mengusap perutnya yang membuncit karena terisi penuh. Elvina masih memakan ramen itu dengan pelan-pelan agar muat di perutnya. Sementara Dimas sudah menghabiskan makanan miliknya dan ikut bersandar karena kekenyangan. “Habis ini mau kemana lagi?” tanya Dimas pada Yonna. Yonna menggeleng karena kekenyangan, otaknya tak bisa diajak berpikir sekarang, dia membiarkan makanannya turun dahulu agar dapat berpikir jernih. lalu memutuskan apa yang akan mereka lakukan setelah ini. ***    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN