“Apa nggak apa-apa kita masuk kesini?” tanya Vian sedikit merinding saat ia dan ketiga temannya yang lain sudah melewati tembok besar yang mengelilingi kota Vanxyere dan melindunginya.
“Kau tenang saja Vian, Driad pasti sudah mengurus semuanya dengan sangat baik,” ucap Selvi menenangkan kegelisahan temannya itu.
“Bagaimanapun kita harus tetap wasapada, karena di pusat kota Vanxyere pasti akan lebih dan sangat berbahaya. Disana katanya banyak sensorik dan perlindungan yang sangat tinggi. Aku tidak dapat hidup di lingkungan seperti itu, bagaimana bisa para manusia seperti mereka masih betah?” ucap William menggelengkan kepalanya tidak percaya dan berjalan pelan di belakang teman-temannya yang lain itu.
“Kau ada benarnya juga, bagaimana bisa mereka hidup di lingkunan seperti ini?” sambung Selvi dan melihat-lihat kesana kemari. Ia hanya melihat banyak pepohonan lebat dan belum ada melihat manusia atau bahkan gedung sekalipun.
“Apa kalian tidak merasa aneh dengan jalan yang kita tempuh sekarang?” tanya Selvi seperti merasakan sesuatu yang jaggal. Lagian tidak mungkin juga kota seketat dan sehebat Vanxyere memiliki tingkat pengamanan yang tidak ketat.
“Sepertinya begitu,” ucap Driad.
“Intinya jangan bunuh orang yang ada menghalangi kita. Itu akan semakin menambah masalah,” lanjut Driad. Semuanya hanya mengangguk dan berdehem.
“Dari segala arah sedang ada sesuatu yang mendekat. Sekitar 23 orang,” ucap William memberitahukan radarnya tiba-tiba saa menyala kepada rekan kerjanya yang lain.
“Baiklah, sepertinya mereka benar-benar ingin mengetes kita. Apa kalian semua siap?” tanya Driad.
“Siap!” seru semuanya dengan serentak.
***
“Bagaimana hasilnya Lily?” tanya Axer menghampiri meja sekretarisnya yang memakai setelan jas dan kacamata membuatnya terlihat sangat cantik.
“Belum ada kabar lebih lanjut, tetapi dari kemungkinan yang di dapat partikel itu dari bangsa cordict,” jawab Lily dengan singkat.
“Bagaimana bisa mereka melewati keamanan kita?” tanya balik Axer terlihat penasaran teknologi apa yang digunakan oleh bangsa cordict untuk menembus pengaman mereka.
“Mereka terbang ke langit dan bersembunyi di balik awan-awan lebat dan awan ini yang kemarin berada di kota Vanxyere beberapa hari lalu. Saat hujanlah baru partikel itu berani turun dan mulai menyebar melakukan pencariannya. Untuk seensorik di seluruh kota, banyak yang mendeteksi mereka, tetapi sulit terekam dan mendapatkan jejaknya karena sangat kecil dan pergerakan mereka sangat cepat.” Lily menjelaskan kesimpulan hal yang terjadi kepada Axer dengan sangat singkat.
“Ah aku mengerti, thanks Lily!” ucap Axer berterima kasih dan Lily hanya senyum kemudian mengangguk sopan.
***
Billy memantau layar monitor yang sangat banyak ada di depannya, bahkan memenuhi ruangannya yang gelap itu sampai setengahnya. Ada ratusan monitor sebenarnya, tetapi itu merupakan kamera pengawas yang bisa memantau dunia di mana saja. Tetapi sekarang fokus Billy adalah layar monitor utama yang aada di depannya. Ia melihat banyak email dan pesan masuk kepadanya, mulai dari pesan rahasia, pesan iseng, bahkan sampai pesan ancaman. Tidak jarang Billy juga mendapat pesan seseorang yang meminta pertolongannya, sudah pasti hal seperti itulah yang didahulukan Billy untuk memeriksa dan membantunya.
Selama beberapa menit, Billy masih setia memeriksa berbagai hal hanya dari monitornya saja. Sampai ada sebuah koneksi yang mencoba merusak pengamannya dan membuat sebuah konektivitas dengan jaringan Billy.
“Lia? Dia ngapain?” gumam Billy dan masih menatap aneh pada layar monitornya.
“Sepertinya dia sangat bosan sampai ingin mencoba pekerjaan seperti yang aku lakukan,” ujar Billy dan langsung memutuskan koneksinya dengan Lia. Ia masuk ke perangkat laptop Lia dan mengamankannya, akan berbahaya bagi Lia jika ia tidak pandai mengamankan datanya. Terlebih lagi ia sudah berani memakai jaringan luar tanpa keamanan yang ketat.
“Dasar anak itu...” lirih Billy. Ia tidak bisa marah dan akhirnya malah tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
“Apa aku coba ajak dia sekali-kali main ke sini ya?” gumam Billy dan berpikir dengan menopang wajahnya.
“Ya, sepertinya itu ide yang sangat bagus untuk mengajaknya kesini.”
Billy bangkit dari duduknya dan mematikan semua koneksinya dari jaringan luar dengan hanya menekan tombol off pada keyboard yang terhubung ke monitor utamanya. “Sekarang.. kita harus ke tempat Archel untuk melihat siapa sosok mengerikan itu.”
***
Archel memasuki ruang isolasi kembali tempat sosok dari bangsa Cordict itu disekap. Archel sebaik masuk langsung mematikan alat penyiksaannya dan ia melihat Pria itu masih berteriak kesakita sedari tiga jam yang lalu ia tinggalkan. Ya, Archel kelupaan untuk mematikanya. Melihat tubuh Pria itu yang dimana seluruh uratnya keluar membiru dan membesar membuat hati Archel sangat senang, tidak lupa terdapat beberapa pembuluh darah yang pecah sampai membuat kulit luka dan darah mengalir melalui sela-sela tubuhnya.
“Aku tidak ingin mendengar omong kosongmu. Aku masih ada urusan,” ucap Archel dan langsung kembali keluar dari ruang isolasi itu.
“Andaikan ia menuruti saja perkataanku. Hal itu tidak akan terjadi,” gumam Archel dan pergi dari ruang isolasi itu. Ia kembali ke laboratorium khusus miliknya. Archel kembali memulai pekerjaannya meneliti identitas bangsa Cordict dari sampel rambut dan darahnya. Jangan tanya Archel mendapatkannya dari mana, tentu saja ia selalu mengambil kesempatan saat memasuki ruangan isolasi itu. Sampai Pria itu tidak sadar bahwa tujuan utama Archel adalah mengambil sampel rambut dan darahnya.
“Ia sedikit bodoh, tetapi karena itulah aku bisa mendapatkan semua ini!” seru Archel dan terlihat matanya bebinar senang. Kapan lagi ia dapat mencoba meneliti sebuah bangsa alien aneh yang dapat menyerupai manusia bakan dalam segi genetika? Itu sangat menarik bagi Archel.
“Tentu saja hal pertama yang harus kulakukan adalah mendiamkan rambutnnya terlebih dahulu dalam air dan mengawatkan darahnya terlebih dahulu. Karena aku membutuhkan Delvin untuk meneliti ini semua,” gumam Archel dan meletakkan semua sampelnya pada tempatnya.
“Apa Billy jadi kemari?” Archel mengangkat tangan kanannya dan melihat jam tangannya menunjukkan pukul empat lewat dua puluh sore.
“Sepertinya ia akan datang sebentar lagi. Kalau begitu sebaiknya aku keluar sekarang menunggu di antara gedung dekat portal.” Archel beranjak dari tempatnya dan menuju pintu rumah utamanya yang langsung terhubung dengan portal.
Beberapa saat kemudian Portal terbuka diantara gedung besar dan Archel langsung keluar dari sana. Portal itu langsung menutup secara otomatis dan sangat cepat, Archel melihat kesana kesini sepertinya Billy belum datang. Ia menunggunya dengan menyandar pada dinding gedung.
Beberapa saat kemudian Billy mula terlihat di ujung pandangan mata Archel. Archel menunggu Billy sampai ia sudah dekat dan langsung membukakan portal untuk masuk ke rumahnya. Mereka berdua pun akhirnya masuk ke portal tanpa basa basi dan saling menyapa terlebih dahulu. Bukan karena canggung, tetapi karena ada beberapa mata yang memperhatikan pergerakan mereka dari atas. Archel merasakan itu karena ia mempunyai sensori pada lensa kontaknya, sedangkan Billy tau itu juga karena ia mempunyai sensorik yang tertanam pada tubuhnya.