Archel memainkan ponselnya sembari tiduran di atas tempat tidurnya, walaupun sekarang merupakan tahun 2124, ponsel masih sama bentuknya sepertin seratus tahun yang lalu. Perubahan hanya terjadi di spesifikasi dan tampilan desain saja, bahkan beberapa puluh tahun lalu ada perusahaan yang menciptakan ponsel hologram tanpa genggaman, dalam setahun perusahaan itu bangkrut karena tidak laku. Karena konsumen masih tetap menyukai bentuk ponsel genggam dan lebih praktis juga memuaskan.
“Sekarang aku memiliki waktu luang yang cukup banyak, sebaiknya ngapain ya?” gumam Archel mematikan layar ponselnya dan menaruhnya di samping wajahnya, ia menatap langit-langit kamar sembari menggembungkan pipinya berpikir.
Archel merasa ia mudah bosan semenjak ia sudah memiliki kepandaian dalam semua hal, bahkan ketika ia dilanda banyak kesibukan sekalipun, ia tetap merasakan kebosanan yang luar biasa. Apalagi seperti sekarang ini, ia tidak memiliki apapun untuk dikerjakan, padahal ia ingin memainkan peran dalam suatu hal yang seru.
“Apa aku siapkan perencanaan untuk besok ya? Tapi perencanaan apa?” Archel berpikir dan menutup matanya, ia memikirkan segala hal yang harus ia presentasikan ke para Hexaint untuk besok. Archel berpikir tentang bangsa Cordict dan sampai ke hal-hal yang tidak penting, ia benar-benar tidak menemukan hal apa yang harus ia presentasikan besok, karena pada dasarnya Archel tidak bisa menyusun sebuah konsep. Orang seperti Archel hanya bisa memaparkan suatu hal secara langsung tanpa merencanakannya.
“Ah iya!” seru Archel dan langsung bangkit dari tidur malasnya, matanya yang mengantuk tadi langsung terasa segar dan ia tersenyum dengan manis.
“Aku baru ingat kalau ada urusan dengan membuat sebuah rancangan untuk baju pelindung,” ujar Archel dan pergi menuju kursinya yang berada tepat di samping tempat tidurnya, ia menarik kursinya membuat sedikit keributan dan langsung duduk pada kursi empuk yang berbentuk awan itu. Ya, sebenarnya kursi yang Archel pakai sudah anti gravitasi dan dapat disesuaikan dengan hanya mengaturnya melalui kontrol di bagian bawahnya. Jadi bisa dibilang kursi itu melayang, tetapi meski begitu sangat nyaman duduk di atasnya.
Archel mengambil laptop tipisnya dan membukanya, ia mengangkat tangannya dan mengarahkan telapak tangannya tepat di layar laptop. Lalu melambaikan tangannya selama tiga detik, dalam sekejap, laptop Archel sudah beroperasi dan langsung hidup. Ia menyentuh layar laptopnya dan mencari sebuah software untuk membuat rancangan desain grafis, Archel membukanya dan mulai bersiap untuk menggambar sesuatu.
Archel mengangkat laptop silver tipis yang beratnya 320 gram itu, menahan layarnya, kemudian memutar keyboardnya ke belakang sampai menempel pada layar laptopnya. Sekarang laptopnya itu sudah berbentuk sebuah tablet dan Archel menaruhnya tepat berada diantara kedua lenganya dan dekat ke dadanya.
“Mari kita coba dengan membuat desain yang modis? Atau transparan?” Archel berpikir apa yang akan cocok dipakai mereka jika berperang, sebenarnya Archel membuat hal seperti ini untuk antisipasi jika benar kalau bangsa Cordict menyerang mereka secara mendadak dan tiba-tiba, makanya Archel memutuskan untuk membuat rancangannya dahulu. Lalu setelah itu ia berencana langsung memproduksinya.
“Sepertinya yang bewarna terlihat lebih bagus...” Archel terdiam ia melihat ke arah laptopnya dan mengambil sebuah pen yang ada menempel di samping laptopnya, ia menggoreskan pen itu ke layar untuk mengaktifkan fungsinya, lalu mengarahkannya ke sebuah panel lingkaran kecil bewarna-waarni, Arcel menekan pennya pada layar itu dan terbuka banyak sekali panel warna, tidak lupa sebuah lingkaran warna sekarang memenuhi layar laptop Archel.
“Sepertinya membuatnya bisa menirukan bermacam-macam warna sesuai keinginan pemiliknya adalah ide bagus,” gumamnya dan mengangguk mantap. Ya, sudah selesai masalah warna, dia akan mencoba mendesain motifnya dan tidak lupa memberikan warna putih polos pada pakaiannya itu sebagai dasar percobaan saja.
Archel menghabiskan waktunya selama berjam-jam untuk membuat desain pakaian itu dengan sangat sempurna dan totalitas. Bahkan ia juga langsung mencari bahan dan beberapa hewan yang akan ia jadikan sampel terutama bunglon yang dimana ia dapat merubah pigmen warna hanya dalam beberapa detik saja, Archel harus memikirkan semua itu dalam sehari. Supaya besoknya ia bisa langsung mencari bahannya dan memproduksinya dengan segera.
***
Lia sekarang sedang berada di luar wilayah kota Vanxyere, ia berkeinginan untuk meneliti bangsa Cordict dengan langsung dan mencoba berbicara dengan mereka secara baik-baik saja. Walaupun sebenarnya Lia tidak yakin semua itu akan membuahkan hasil karena sifat binatang buas masih melekat kepada mereka, setidaknya dirinya harus mencoba.
“Dimana deh? Perasaan kemarin aku melihat Billy mengirimkan area ini di grup chat,” gumam Lia dan berpikir keras.
“Ahhhh aku paham,” ucap Lia mengangguk.
Lia meremas kertas yang dipegangnya itu dan melemparkannya ke udara, lalu mengambil sebuah pistol kecil dari saku sweaternya, mengarahkannya ke kertas yang dilemparnya itu dengan cepat, dan sekali tembak kertas itu langsung terbakar tanpa menyisahkan debu. Kenapa begitu? Karena pistol yang dipegang Lia merupakan pistol penghancur materi, energi yang ada langsung berubah menjadi udara dingin.
“Ini semua membuatku kesal, pasti mereka sengaja mengirimkan denah yang salah biar aku tidak benar-benar pergi ke tempatnya yang asli. Oke, kalau begitu apa boleh buat?” ucap Lia dan merogoh sakunya, ia melemparkan sebuah rubik dengan semua sisi bewarna hitam begitu saja ke tanah.
Rubik itu tidak berapa lama terlihat bergerak sendiri dan kemudian seperti pecah dan meledak, pecahannya itu membentuk sebuah hologram besar yang sekarang menghadap ke arah Lia. Lia mengarahkan kedua tangannya ke depan dan langsung menggerakkannya sesuai dengan keperluannya kesana kemari dalam jangkauan yang sangat luas.
Ia mencoba membuka pengaman web dan masuk ke jaringan umum yang dapat dilalui oleh siapa saja. Ia masuk jaringan pribadinya dan memperluas jangkauan hingga ke seluruh dunia. Lia menarget laptop Billy yang menyimpan kebenaran dari denah itu dan mencoba memaksa masuk kesana dengan berbagai cara, tetapi Lisa hanya membutuhkan waktu selama dua menit untuk mengaksesnya dan menemukan banyak foto disana. Lia membukanya satu per satu dan melihat banyak sekali bangsa Cordict yang berada di area itu, saat itulah Lia langsung memahami denahnya dan tiga detik kemudian langsung memutuskan koneksinya.
“Selesai!” ucapnya dan menekan tombol selesai di hologram walaupun ia sebenarnya hanya mendorong udara saja.
Perlahan hologram besar itu kembali pecah dan mengecil membentuk rubik hitam seperti tadi. Lia mengambilnya dan kembali memasukkanya ke saku.
“Mereka kira mereka bisa menipuku? Tentu saja tidak, bagaimanapun aku tidak sebodoh itu,” kesal Lia dan menghentakkan kakinya seperti anak kecil.
Lia kembali mengambil skateboardnya yang ditaruhnya di batu besar dan menaikinya. Dalam beberapa detik skateboard itu menjadi sangat cepat hingga menemuh jarak 48km/jam. Lia sudah hapal dengan denah yang ia lihat tadi dan langsung menargetkan tujuannya kesana.