Archie membawanya keluar malam ini. Jujur Freya senang dengan segala perlakuan manis lelaki itu. Ini pertama kalinya, ketika Freya kencan dengan seorang lelaki, namun benar - benar merasa senang. Bukan karena tuntutan pekerjaan demi meraup pundi - pundi rupiah.
Kini keduanya sedang makan malam di sebuah restoran mewah. Freya nampak cantik, memakai gaun selutut tanpa lengan berwarna hitam. Sementara Archie mengenakan kemeja abu - abu terang dan celana chino warna hitam.
Sebenarnya Archie sama sekali belum pulang dari hotel Halim tadi. Ia mendapatkan pakaiannya hasil membeli barusan. Archie begitu merindukan Freya hingga belum mau berpisah sampai detik ini.
Berbeda dengan saat bersama Athar, Freya menjaga citranya sepenuh hati ketika bersama Archie. Ia tidak mau terlihat buruk. Hanya terus menunjukkan sisi positifnya. Ia makan dengan sikap bak putri sejagad raya, yang penuh dengan sopan santun dan juga table manner yang sempurna.
"Frey, kenapa kamu hanya makan salad? Kamu diet ketat, ya? Pantas aja badan kamu super slim." Archie tertarik dengan selera makan Freya. "Makan yang banyak Frey. Nggak apa - apa lah sekali - sekali makan enak. Nggak udah diet terus."
Freya tertawa dalam hati. Padahal tadi siang ia makan dua porsi bebek goreng plus nasi segunung bersama Athar. Ia habiskan sendiri. Athar malah habis tiga porsi.
Freya adalah tipe wanita yang jelas bisa makan banyak. Seandainya Freya adalah youtuber, ia cocok membuat konten Mukbang dalam jumlah raksasa. Akan membuat semua penontonnya bingung, dengan porsi makan sebanyak itu, ia tetap langsing dan cantik.
Itu lah yang Freya sangat syukuri dalam hidupnya. Ia memiliki tipe badan dengan tulang kecil. Sehingga ia sulit gemuk meski sudah makan sangat banyak.
"Aku lagi coba jadi vegetarian, Ar. Aku bener - bener jaga kesehatan. Kalau sakit ntar nggak bisa kerja." Begitu jawaban Freya.
"Astaga ... ya bagus sih jaga kesehatan. Tapi nggak usah berlebihan, Frey. Sekali - sekali kamu harus punya cheating day. Jangan terlalu keras sama diri kamu sendiri."
Freya lagi - lagi tertawa di dalam hatinya. Padahal setiap hari adalah cheating day untuknya. Asal sedang tidak ada Archie.
"Aku sebenarnya punya nafsu makan yang bagus. Kapan - kapan deh kalau lagi cheating day, kita makan bareng. Kamu akan kaget lihat seberapa banyak aku makan." Freya terkikik. Bisa jadi hari itu benar - benar akan tiba. Ketika sesekali ia terpaksa sedikit menunjukkan dirinya yang sebenarnya di depan Archie.
"Woah ... aku nggak sabar nunggu hari itu. Memangnya kapan cheating day kamu? Ntar aku rekam bus kenang - kenangan. Pasti menyenangkan lihat kamu makan lahap dan banyak." Archie nampak antusias menanggapi ucapannya.
Sayang sekali, Archie kalah start dari Athar. Athar sudah pernah melihat Freya makan dengan begitu rakus.
Ah, sebenarnya Freya heran, kenapa sejak tadi ia terbayang - bayang Athar terus. Ia bahkan membandingkan Archie dan Athar. Freya tak mengerti dengan pikirannya sendiri.
"Frey, habis makan kita pergi ke satu tempat lagi, ya." Archie tiba - tiba menyeletuk.
Freya tertegun. Wah, Archie ternyata benar - benar merindukannya begitu besar. Ia belum mau berpisah dari Freya meski sudah bersama selama sore sampai semalam ini.
"Aku bukannya nggak mau, Ar. Tapi aku takut kalau sampai ketemu Wardhana. Dia pasti masih berusaha cari aku."
Alasan macam apa itu? Tentu hanya akal bulus Freya saja untuk mendapat perhatian Archie. Padahal ia tidak takut sama sekali. Karena sudah tahu bahwa Archie pasti akan melindunginya dengan cara apa pun.
"Jangan takut, Frey. Aku akan melindungi mulai sekarang. Nggak akan aku biarkan Wardhana sentuh kamu meski hanya satu jari. Mulai besok kamu akan mendapatkan seorang ajudan khusus. Sehingga kamu akan sangat aman."
Freya benar - benar terkejut. Batinnya pun menjerit. Apa?
Jika ia mendapat seorang ajudan khusus ... berarti segala gerak - geriknya akan diawasi. Dan pastinya dilaporkan pada Archie. Sial. Freya jadi tidak bisa bersikap semaunya lagi setelah ini.
Ia jadi tidak bisa cari uang sambilan lagi.
Untung ia sudah dapat rumah mewah dari pelanggannya yang paling menjadi b***k cintanya.
Untung juga, training - nya di hotel Hexagon hanya tinggal 1 hari besok. Sehingga ia tidak perlu ketahuan tentang bohong bahwa training dilakukan kadang di hotel Halim kadang di hotel Hexagon sesuai dengan kebutuhan.
Freya benar - benar gadis nakal yang beruntung, bukan?
"Ar, apa nggak berlebihan aku dikasih ajudan?" Freya masih coba menawar. Siapa tahu Archie masih mungkin untuk berubah pikiran. Kan lumayan kalau tidak jadi ia masih bisa 'kerja sambilan'.
"Nggak lah, Frey. Untuk menghadapi seseorang seperti Wardhana, kamu memang butuh seseorang yang melindungi kamu 24 jam. Karena aku nggak bisa selalu ada buat melindungi kamu, maka aku mengirim orang yang aku percaya ini. Kamu yang tenang, dia seorang perempuan juga. Kan udah nggak perlu khawatir."
Freya benar - benar terkesan. Archie memperhatikannya sampai sejauh dan sedetail itu.
"Makasih, Ar." Freya mengucap terima kasih dengan tulus.
"Untuk apa makasih, Frey. Kamu layak mendapat ini. Karena kamu dalam bahagia karena aku. Seharusnya aku minta maaf sama kamu."
"Udah cukup, Ar. Mau berapa kali kamu minta maaf sama aku, hm?"
Archie menggenggam jemari mungil Freya, kemudian mengecup punggung tangan wanita itu.
Yah, tak apa Freya setelah ini tidak lagi memiliki kebebasan. Tapi ia siap menjalani perubahan ini.
Satu yang Freya tahu, setelah ini Freya akan semakin bisa fokus pada tujuannya, untuk mendapatkan Archie sepenuhnya.
***
Athar tersenyum kala akhirnya sampai di butik J. Hari sudah gelap. Jena memang minta dijemput malam karena ia lembur hari ini.
Sebuah keuntungan bagi Athar karena ia baru selesai dirawat satu jam yang tadi. Ia jadi bisa teta menjemput wanita yang dicintainya itu.
"Wah, kamu udah Dateng, Thar." Jena menyambut Athar dengan senyuman cerah.
Athar pun tersenyum senang. Karena akhir - akhir ini Jena semakin menunjukkan banyak perhatian padanya.
Baru saja contohnya. Menyambut kedatangan Athar dengan senyuman.
Dulu mana pernah. Jena sering baru menyadari kehadiran Athar saat laki - laki itu sudah berdiri di depan mejanya. Kadang malah Athar harus memanggilnya karena Jena terlalu konsentrasi bekerja.
"Kerjaan kamu masih banyak, kah?" tanya Athar.
"Ah, enggak, kok. Kurang dikit doang." Jena pun menjawab pertanyaan Athar dengan cepat tanggap, dan dengan antuasias.
Sementara dulu, ia butuh beberapa saat untuk menjawab karena lebih berat mempertahankan konsentrasi bekerja. Dan menjawabnya juga asal - asalan.
Apa pun itu ... Athar benar - benar bersyukur. Perlahan namun pasti, hubungannya dengan Jena akan semakin membaik. Athar hanya perlu lebih sabar.
"Aku tunggu di situ, ya." Athar menunjuk sebuah bangku yang muat untuk dua orang, terbuat dari kayu, dan memiliki sandaran.
Tempat duduk itu memang banyak ditemui di butik J ini, disediakan khusus untuk pada pelanggan yang lelah berdiri.
"Oke." Jena memberi gestur oke pula dengan jarinya.
Athar pun segera duduk di sana sembari memperhatikan Jena yang makin nampak cantik ketika sedang serius bekerja.
"Jen, nanti mau makan apa, hm?" Athar sembari menanyakan rencana makan malam mereka. Kalau Jena masih ya syukur, kalau tidak Athar pun tak ingin memaksa.
"Kebetulan aku lagi laper banget, Thar."
Ah, Jena menanggapi dengan positif ternyata. Yiha ... Athar pun bersorak - Sorai.
"Aku lagi pengin makan bebek!" celetuk Jena.
Seketika kedua bola mata Athar membulat. Padahal tadi siang ia baru makan bebek dengan Freya. Tapi tak apa, lah. Demi Jena apa sih yang tidak?
"Oke, ke tempat makan bebek yang biasa, ya?" tawar Athar. Tempat yang sama dengan tempatnya makan dengan Freya tadi siang.
Sejujurnya rumah makan tadi memang langganan makan bebek Athar dan Jena sejak dulu.
"Boleh." Jena pun langsung setuju lagi.
Athar hanya mengangguk puas, sembari membatin. Tak pernah ia bayangkan akan datang ke rumah makan itu sehari dua kali dengan wanita yang berbeda.
Athar jadi ingat betapa lahapnya Freya makan tadi. Ia benar - benar heran. Di balik tubuh wanita itu yang mungil, ia ternyata memiliki nafsu makan yang besar. Dan juga kuat makan.
Eh, tapi kenapa Athar jadi memikirkan Freya begini?
Ada - ada saja.
***