Archie mulai berlari keluar dari kamar Freya hanya berjarak lima menit dengan wanita itu. Ia segera berlari menuju lift. Yakin bahwa Freya hanya langsung menuju lantai dasar. Sampai di lantai dasar, pandangan Archie menyapu ke segala arah. Namun nihil, ia tidak menemukan Freya. Maka kemungkinan besar, wanita itu telah keluar dari area hotel.
Archie bertanya pada penjaga. "Anda melihat seorang wanita memakai bathrobe keluar dari hotel?"
Lelaki itu mengangguk. "Saya sudah berusaha melarangnya karena ini sudah dini hari. Tapi wanita itu tetap ingin keluar."
"Dia adalah kekasih saya. Kami terlibat dalam pertengkaran. Saya ingin mengejarnya sekarang. Kalau boleh tahu, ke mana arah larinya?"
"Wanita itu berlari ke arah kanan, Tuan."
"Baik lah, kalau begitu. Terima kasih. Aku akan langsung mengejarnya."
Archie benar - benar langsung berlari pergi. Ia berlari secepat mungkin supaya cepat bisa mengejar Freya. Ia yakin, Freya belum jauh dari sini. Kecepatan berlarinya dengan Freya jelas berbeda. Langkahnya jauh lebih lebar dan cepat dari wanita itu.
Archie terus Berlari ke arah kanan. Ternyata tidak seperti dugaannya. Freya sudah tak terlihat sama sekali. Entah ke mana perginya gadis itu. Suasana yang lengang memungkinkan pandangan Archie mencakup lebih banyak objek. Lebih mudah seharusnya ia menemukan Freya. Namun nihil.
Sampai pada jalanan aspal, Archie mengernyit ada bekas ban mobil yang sepertinya melakukan rem mendadak. Perasaan Archie mengatakan, ini ada hubungannya dengan Freya.
Hati Archie sudah tak menentu rasanya. Karena ada tanda ban ini, kini telah muncul banyak kemungkinan.
Satu, Freya terlibat dalam sebuah kecelakaan.
Dua, kejadian ini bisa jadi juga tidak ada hubungannya dengan Freya. Bisa jadi sudah sejak lama ada tanda ban ini di aspal.
Tiga, mobil ini dikendarai oleh Wardhana Dharma yang kembali melancarkan aksi ingin membuat Archie menyerah padanya melalui orang yang ia sayangi, yaitu Freya.
Wardhana Dharma memanfaatkan momen di mana Freya sedang sendiri, tanpa Adity yang mengawalnya, dan juga suasana yang sepi turut mendukung lancarnya aksi Wardhana Dharma.
Sial. Jika memungkinkan ke tiga itu yang terjadi, Archie tidak akan segan - segan menghabisi Wardhana Dharma sesegera mungkin. Salahnya karena terlalu lamban menghadapi musuhnya itu. Seharusnya Archie bergerak lebih cepat. Seharusnya ia tidak menganggap lelaki itu terlalu sepele. Dan seharusnya ia juga lebih cepat mengejar Freya.
Archie ingin terus berlari, tapi rasanya tubuhnya sudah lemas akibat kemungkinan - kemungkinan yang ia pikirkan sendiri.
Napas Archie naik turun, antara karena terlalu cepat dan lelah berlari, juga karena dinginnya malam yang menusuk tulang.
Sepertinya ia tidak bisa lagi mencari Freya hanya sendirian saja seperti ini. Ia harus meminta bantuan.
***
Freya telah tertidur satu jam lamanya. Tapi ia tiba - tiba terbangun karena bunyi yang berasal dari dalam perutnya sendiri. Diikuti rasa perih yang teramat sangat. Ya, Freya sedang kelaparan. Terakhir makan siang tadi. Setelah itu belum makan apa - apa lagi.
Athar tadi sempat memberi satu gelas s**u hangat padanya. Nyatanya itu belum cukup untuk menghalau rasa laparnya.
Freya terbangun dari posisi berbaringnya. Ia menatap Athar yang masih tertidur lelap dengan posisi yang sama di sofa. Sepertinya Athar benar - benar kelelahan. Freya tidak tega untuk membangunkan lelaki itu.
Freya kemudian mengelus perut rampingnya. "Perut, tahan sampai besok pagi ya. Ini kita lagi di apartemen orang. Orangnya udah tidur. Tolong nurut. Ayo kita lanjut tidur dulu. Baru protes minta makanannya besok pagi aja. Oke?"
Freya bergumam pada perutnya sendiri. Ia lalu kembali berbaring, kembali menenggelamkan diri dalam selimut.
Tapi ... perutnya baru saja berbunyi lagi. Dan diikuti rasa perih yang semakin kentara.
Freya berusaha cuek. Ia tetap memejamkan kedua matanya, berharap dengan begitu, lama - lama ia akan kembali tertidur seperti tadi.
Tapi percuma saja. Ternyata, meski sudah lima belas menit memejamkan mata, ia tidak kunjung tertidur kembali.
Freya akhirnya menyerah. Ia kembali beranjak dari posisi berbaringnya. Ia menendang selimut supaya bisa cepat turun dari ranjang.
Freya baru saja menyeka keringat dingin di ke keningnya. Saking laparnya, ia sampai sudah keringat dingin. Dan seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia harus makan sekarang juga mau tak mau.
Freya kembali melirik Athar yang masih tertidur pulas. Ia akan makan, tapi tidak akan membangunkan laki - laki itu. Ia akan cari bahan makanan sendiri di dapur Athar. Baru akan bilang pada Athar besok pagi, saat Athar sudah bangun. Ya, seperti itu saja.
Freya mulai berjalan lurus ke dapur. Ia membuka satu per satu deretan kitchen set. Sialnya, ia tidak menemukan apa pun di dalam kitchen set mewah itu.
Freya tidak menyerah. Ia kini menuju ke lemari es. Ia berharap akan menemukan bahan makanan lain di sana. Ketika ia buka, astaga ... lemari es itu kosong melompong.
Bahkan satu butir telur pun tidak ada. Hanya ada satu kotak s**u UHT yang tadi Freya minum. Tak apa lah jika Freya meminumnya lagi. Setidaknya sebagai pengganjal perut.
Sayangnya ketika Freya angkat, s**u itu ternyata telah habis. Jadi sisa s**u yang ada dalam kotak itu, adalah yang Freya minum sebelum tidur tadi. Sial.
Freya masih belum mau menyerah. Okay, meski tidak ada bahan makanan lain. Tak apa, malam ini saja, ia akan makan nasi saja.
Ada sebuah dispenser yang terletak di sebelah penanak nasi. Freya segera menuju ke sana dan membukanya. Alangkah terkejutnya Freya setelah melihat, bahwa dispenser itu kosong. Dan alat rice cooker di sebelahnya juga kosong. Masih baru semua, belum pernah dipakai.
Astaga ... ya ... ia mengerti. Athar sangat baru pindah ke apartemen ini. Tapi ia benar - benar tidak mempersiapkan apa pun sama sekali?
Setidaknya, ia seharusnya menyediakan mie instan. Tapi ... benar - benar tidak ada apa - ala di sini. Parah sekali.
Freya pun terpaksa hanya minum air putih banyak - banyak. Ia harus menelan pil pahit dan menghadapi kenyataan ini. Ia memang harus menahan lapar sampai pagi.
Freya rasanya ingin menangis. Tapi mau bagaimana lagi.
Mendadak di saat seperti ini, Freya teringat pada Fera. Ibunya itu ... meski tidak pernah masak mewah. Tapi ia selalu berusaha menyediakan makanan untuk Roni dan Freya. Entah selarut apa Freya pulang, akan selalu ada makanan. Sepagi apa pun Freya berangkat, akan selalu ada makanan.
Namun selama ini Freya tidak pernah menghargai jasa besar Fera itu. Bahkan Freya sering mengatai makanan yang dibuatkan Fera. Sama sekali tidak menghargai ibunya itu.
Sekarang Freya kena batunya. Saat ia sangat membutuhkan makanan, tapi ia sama sekali tidak menemukan.
Freya menatap Athar di sofa. Ada niatan untuk membangunkan lelaki itu. Namun kedua mata Freya membulat begitu tahu sofa kini telah kosong.
Freya celingukan, berusaha mencari tahu ke mana perginya Athar. Padahal saat terakhir ia lihat, lelaki itu masih tertidur pulas di sofa.
Pasti karena Freya terlalu berisik, Athar jadi terbangun. Tapi ... di mana keberadaan Athar sekarang?
"Cari aku?"
Suara itu ... suara Athar. Freya segera mengikuti arah datangnya suara. Dari arah belakangnya.
Dan ternyata Athar suda berdiri di sana, entah sejak kapan.
***