Freya menyalahkan lampu righting ketika kantor polisi sudah dekat. Para penculik yang mengejarnya sepertinya sudah mengetahui gelagat wanita itu. Mereka tidak ikut menyalakan lampu righting. Tandanya mereka tidak akan belok mengikuti Freya.
Freya kini bisa sedikit lebih tenang. Ia memarkir mobil Athar di parkiran kantor polisi. Ketika keluar dari mobil, Freya seketika menjadi pusat perhatian. Tentu karena penampilannya yang berantakan. Rambutnya yang digelung mencuat ke mana - mana karena ia terus berlari bahkan tiarap. Bagian depan kemejanya juga sudah kotor tak berbentuk. Bahkan ada bagian yang robek. Untung Freya selalu memakai dalaman tank top.
Yang mengherankan adalah, dengan penampilan seperti itu, Freya masih saja terlihat cantik nan menawan.
Karena penampilannya yang memperlihatkan bahwa ia sedang tidak baik - baik saja, ia segera ditangani oleh beberapa polisi yang bertugas.
"Jelaskan pada kami, apa yang sebenarnya terjadi, Nona?" Polisi itu nampak prihatin dengan kondisi Freya.
"Saya sempat diculik dan akan dilecehkan, Pak. Syukur lah saya berhasil kabur. Mereka komplotan mafia. Banyak sekali jumlahnya. Dipimpin oleh seorang lelaki bernama Wardhana. Wardhana Dharma lebih lengkapnya. Saya disekap di gedung terbengkalai di daerah Medowo. Saya mohon Bapak segera tangkap mereka semua, sebelum mereka kabur.
"Karena tadi mereka mengejar saya, begitu tahu saya belok ke kantor polisi, mereka jalan terus. Ayo segera ke sana, Pak. Segera tangkap mereka semua. Dan selamatkan ...." Freya berhenti sejenak. Ia ingin mereka menolong Athar. Tapi Freya tak tahu harus menyebut Athar bagaimana.
"Tolong segera selamatkan teman saya. Dia masih di gedung itu dalam keadaan pingsan dan terluka parah." Freya akhirnya mengatakan Athar sebagai temannya. Meski sebenarnya itu tidak benar.
"Baik - baik. Kami akan segera siapkan tim untuk segera mengepung gedung itu." Polisi bernama Ramdan itu tidak main - main dengan kata - katanya.
Ia langsung mengumpulkan seluruh anak buahnya. Menyiapkan mobil untuk berangkat ke sana bersama -sama.
Freya sebenarnya diperkenankan untuk tetap berada di kantor polisi untuk mendapatkan pertolongan pertama, dan menjauhkannya dari trauma, karena terhindar dari lokasi yang membuatnya teringat kejadian penculikan.
Tapi ia menolak. Ia ingin ikut karena ingin melihat orang - orang jahat itu semuanya ditangkap. Dan ia juga ingin menunjukkan keberadaan Athar. Meski polisi sudah mengatakan bahwa mereka bisa mencari keberadaan Athar hanya dari petunjuk Freya.
Freya juga ingin mengendarai mobil Athar untuk kembali ke sana.
***
Suara sirine polisi terdengar merajai suasana. Mobil - mobil polisi berjejer dengan jarak yang teratur, menutup semua akses jalan keluar gedung bioskop terbengkalai, yang merupakan tempat kejadian perkara.
"Wardhana Dharma, ayo keluar kamu bersama semua orang - orangmu. Keluar lah kalian semua. Kalian sudah tertangkap basah. Keluar sendiri, atau kami akan menjemput dengan kekerasan." Ramdan bicara dengan menggunakan microfon portable. Yang suaranya terdengar keras.
Wardhana dan anak buahnya tak kunjung keluar. Polisi segera pasang badan, semua menggunakan rompi pelindung, termasuk Freya.
Mereka pasang badan membawa senjata masing - masing, untuk berjaga - jaga seandainya komplotan Wardhana Dharma tiba - tiba melakukan serangan gak terduga.
Merasa tak dapat respons dari orang - orang jahat itu, Ramdan meminta timnya untuk berpencar. Sebagian besar masuk ke dalam gedung untuk mencari dan menangkap komplotan Wardhana Dharma. Sementara yang lain ikut dengan Freya menuju lokasi pingsannya Athar.
Ketika sampai di lokasi itu, ternyata Athar sudah sadarkan diri. Laki - laki itu tengah duduk bersandar pada dinding. Masih dengan memegangi dadanya. Dan nampak mengernyit kesakitan.
Ia tengah menatap Freya dan beberapa polisi yang datang bersamanya.
"Aku pikir kamu ninggalin aku," ucap Athar.
"Sejahat - jahatnya aku, aku nggak mungkin lakuin itu," jawab Freya.
Freya dan para polisi itu segera menolong Athar. Mereka sebenarnya ingin membopong lelaki itu, tapi Athar bilang ia masih bisa berdiri dan berjalan sendiri.
Ketika mereka akhirnya keluar dari gedung, para polisi yang lain, dan juga beberapa penjahat yang berhasil mereka tangkap.
"Itu belum semuanya, Pak. Wardhana, si buncit, si seram yang membius aku, si kaukasoid, dan si Afro America nggak ada. Mereka yang paling bahaya. Mereka biang keroknya." Freya segera memberikan keterangan secepatnya.
"Orang - orang itu pasti langsung kabur setelah tahu Anda pergi ke kantor polisi tadi, Nona," jawab Ramdan. "Tapi kau berjanji akan menangkap orang - orang jahat itu."
"Saya pegang janji Anda," jawab Freya.
"Kalau begitu mari Nona Freya dan Tuan Athar, kami antarkan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan."
"Uhm ... nggak usah, Pak." Kali ini Athar yang menjawab. Cepat sekali menjawabnya.
"Tapi Anda terluka parah. Anda harus ...." Belum selesai Ramdan bicara, Athar sudah menyela kembali.
"Nggak perlu, Pak. Aku nggak apa - apa." Athar tetap pada pendiriannya.
"Frey, kamu mau bareng aku atau mau dianter Pak Ramdan?" Athar bertanya pada Freya segera, seakan - akan ia memang ingin segera pergi dari situ, tidak mau jika sampai ditawari pergi ke rumah sakit lagi.
"Aku bareng kamu aja." Freya membuat keputusan dalam kurun waktu cepat juga. Karena di saat ini ia merasa lebih tenang bersama Athar, seseorang yang baru saja berjuang hidup dan mati bersamanya.
"Oke. Pak, kami pamit. Jika sewaktu - waktu Anda perlu kesaksian atau informasi dari kami, langsung hubungi saja. Kami akan segera datang." Athar sebelum diminta sudah mengatakan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Ramdan.
Ramdan pun tidak bisa apa - apa selain membiarkan dua korban itu pergi.
Ia lalu fokus membawa para tersangka ke kantor polisi untuk segera ditangani.
***