Berpura Baik

816 Kata
Freya merasa begitu buruk, karena ia tidak bisa melakukan apa - apa saat Athar bertarung dengan orang itu demi menyelamatkan dirinya. Pada awalnya Athar bisa mengimbangi pertarungan satu lawan satu, namun karena kondisinya yang sudah lemah akibat luka di bagian belakang kepalanya, ia seperti kehabisan tenaga. Tentu saja akhirnya Wardhana menang telak. Athar suda tersungkur di bawah sana, tak lagi mampu berdiri. Wardhana tertawa meremehkan dengan wajah bengisnya. "Kamu lemah, tapi berani melawan aku. Rasakan kesakitan itu. Kalau perlu kamu mati aja sekalian. Biar nggak ada lagi yang menghalangi jalanku, untuk mencicipi gadis kesayangan Archie ini." Athar tidak menjawab apa pun. Hanya menatap tajam lelaki itu dari posisi tergeletaknya. Ia sedang membenci dirinya sendiri yang begitu lemah. Harusnya ia bisa mengalahkan Wardhana dalam pertarungan satu lawan satu tadi. "Ke mari sayang ... ayo .... Jadi lah milik aku mulai malam ini." Wardhana mulai tersenyum nakal pada Freya, ia berjalan mendekat, wajah bengisnya hilang, menjadi wajah lelaki hidung belang. Freya tak pernah takut dengan siapa pun. Ia bahkan pernah dicicipi oleh banyak orang lelaki hidung belang sebelumnya karena pekerjaannya. Ia lakukan semua demi uang. Tapi ia tak pernah merasa setakut ini. Freya beringsut mundur. "Anda salah. Saya nggak ada hubungan apa - ala sama Archie. Hubungan saya dengannya belum terlalu dekat. Saya bahkan nggak tahu apakah Archie punya perasaan pada saya atau tidak." Freya mencoba menjelaskan situasinya. Wardhana tertawa setan lagi. "Ayo lah sayang. Kamu pikir aku akan percaya, hah? Aku dan semua orang - orangku tidak mungkin salah. Kamu berbohong demi bisa dilepaskan, bukan? Apa kamu takut ketahuan Archie kalau kamu ternyata juga ada hubungan dengan adiknya? Sudah lah, kamu jangan khawatir. Aku tidak akan memberi tahu Archie, asal kamu menurut." Freya semakin ketakutan. Apa lagi jarak Wardhana dengannya semakin dekat. Freya ingin terus beringsut mundur, tapi sudah mentok, tidak ada lagi sisa ruang. Tubuhnya sudah menempel pada tembok. Freya menengok ke samping kanan dan kiri. Ia kemudian menatap Athar. Athar ternyata juga tengah menatapnya. Pandangan mereka bertemu sesaat. Freya kemudian menemukan ide. Ia menatap genangan darah Athar di lantai. Freya melompat dari posisinya menuju genangan darah itu. Ia segera menyentuh genangan darah itu dengan kedua tangannya, lalu mengusahakan ke wajah, leher, tangan, serta bagian kulitnya lain yang tidak tertutup pakaian. Athar tidak menyangka Freya akan melakukan itu, demi agar Wardhana tidak jadi menyentuhnya. Wardhana kembali murka. "Apa yang kamu lakukan, Freya? Kenapa kami melakukan itu? Benar - benar menjijikkan." "Sekarang silakan saja kalau Anda ingin mencicipi saya!" Keberanian Freya kembali. Ia justru menantang Wardhana. Wardhana meludah ke sembarang arah. "Mana aku Sudi. Menjijikkan!" Wardhana melenggang pergi, sebelum ia membuka pintu, ia terlebih dahulu kembali bicara. "Aku akan mengirim orang untuk membuat kamu kembali bersih, wangi, dan cantik. Baru setelah itu aku akan coba mencicipi kamu lagi. Baru setelah kamu aku pakai, aku akan menghubungi Archie bahwa gadis kesayangannya saat ini sedang ada bersama aku, dan bahkan sudah aku mainkan terlebih dahulu." Wardhana kembali tertawa penuh kemenangan. "Aku tidak sabar untuk tahu reaksinya. Dia pasti akan sangat marah." Wardhana mengakhiri ucapan dengan tertawa setan lagi. Kepergiannya diantar tatapan tajam baik dari Athar atau pun Freya. Setelah pintu ditutup dari luar, Freya segera menghampiri Athar. "Bodoh ... sudah tahu kamu pasti akan kalah, kenapa masih sangat nekat menghadapi dia?" Freya berusaha membantu Athar bangun. Athar berusaha keras untuk duduk, dan bergeser ke samping dinding supaya ia bisa bersandar di sana. "Kamu memang nggak tahu terima kasih. Padahal aku kembali mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan kamu dari lelaki hidung belang itu." Freya terdiam mendengar ucapan Athar. Ia ingin berterima kasih. Ia bahkan merasa sangat bersalah. Tapi ucapan kata terima kasih itu seakan tertahan di tenggorokannya. Begitu sulit untuk diucapkan. "Sekarang yang terpenting adalah, kita harus keluar dulu dari sini." "Tentu saja kita harus keluar secepatnya," jawab Athar. "Sebelum dia menghubungi Archie dan semua menjadi kacau." "Berarti kita harus berhasil kabur sebelum dia mengirim seseorang untuk membersihkan aku. Tapi gimana caranya? Kita bahkan nggak tahu kita sedang berada di mana. Dan nggak tahu bagaimana caranya mencari jalan keluar." "Akan selalu ada cara." "Bagaimana caranya?" Athar pun mulai menjelaskan strategi yang ia pikirkan sebagai usaha mereka untuk kabur. *** Archie menggenggam erat ponselnya. Sebagai salam perpisahan dengan Freya, karena malam ini adalah terakhir kali ia menginap di hotel ini, ia ingin mengajak gadis itu untuk menghabiskan waktu bersama. Sekadar makan malam berdua saja. Tapi Freya tidak bisa dihubungi. Nomornya tidak aktif. Ia menunggu di balkon, berharap Freya akan keluar dan ikut menikmati pemandangan di balkon. Tapi Freya tak kunjung muncul. Archie ingin cuek. Ingin tidak peduli. Freya adalah wanita yang suda dewasa. Ia pasti memiliki urusan lain yang membuatnya tidak bisa memegang ponsel seharian ini. Namun Archie tidak bisa. Ia terus memikirkan Freya, seolah - olah memang telah terjadi sesuatu. Archie ingin mencari tahu. Sekadar memastikan Freya baik - baik saja. Tapi harus bertanya pada siapa? Ia bahkan tidak tahu siapa yang harus ia hubungi untuk bertanya perihal keberadaan Freya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN