Mengorek Informasi

1004 Kata
"Silakan masuk, Nona." Athar mempersilakan dengan manis, tak lupa ia memasang senyum. Sejujurnya senyum itu tercipta karena Athar begitu puas setelah melihat siratan terkejut dalam raut Freya. Tentu sudah dicoba oleh Freya untuk menutupi keterkejutannya, tapi itu tetap terlihat di mata Athar. Freya tidak bisa kabur tentu saja. Kalau ia tiba - tiba membatalkan pesanan, tentu Athar akan curiga. Sial benar memang. Kenapa juga, sih, Athar yang kaya raya itu justru memutuskan untuk menjadi driver taksi online? Tidak tahu kah ia, bahwa dengan hal itu, langkah Freya menjadi memiliki hambatan? Freya pun akhirnya terpaksa masuk. Dan Athar segera menutup pintu kembali, kemudian kembali ke kursi kemudi. "Sesuai aplikasi, Nona?" tanya Athar. "Ya, sesuai aplikasi." Freya menjawab dengan cepat, tak ingin Athar tahu bahwa ia sedang gugup. Athar lagi - lagi diam - diam tersenyum di dalam sana. Perjalanan pun dimulai. Suasana dikuasai sepi. Baik Athar atau pun Freya hanya saling diam. Athar sedang menunggu sebenarnya. Apakah Freya akan mengaku mengenalinya. Atau aka tetap berpura - pura tidak tahu. Freya sendiri sedang memikirkan tentang sikap apa yang seharusnya ia ambil. Harus kah ia mengajak ngobrol Athar? Atau tetap diam saja, seolah - olah tidak mengenali pemuda itu? Belum juga Freya mengambil keputusan, tapi rupanya Athar sudah membuka pembicaraan terlebih dahulu. Ya, Athar memang sudah selesai mengetes Freya. Karena wanita itu hanya diam. Maka sudah semestinya ia yang harus memulai, atau ia tidak akan mendapatkan informasi apa pun, dan apa yang sudah ia lakukan menjadi sia - sia. "Nona Freya, apa Anda tidak mengenali saya?" tanya Athar akhirnya. Athar menatap raut Freya dari kaca spion dalam mobil. Freya nampak kebingungan harus menjawab bagaimana, meski ia berusaha mempertahankan sikap tenangnya. "U - Uhm ... Anda ... siapa ya. Saya ... saya tida ingat. Apa kita saling kenal?" Itu la jawaban Freya. Bakan wanita itu sendiri tak tahu, apa kah langkah pura - pura tak mengenali Athar ini sudah tepat atau belum. Athar menyeringai diam - diam. Jelas - jelas Freya mengenalinya dan ingat siapa dirinya. Latas kenapa ia tiba - tiba berbohong dengan mengaku bahwa ia tidak bisa mengenali Athar? Jika tujuan Freya mendekati kakaknya baik, Freya tidak mungkin bersikap seperti itu bukan? Ini benar - benar menarik. Athar jadi semakin penasaran untuk mengorek informasi sedalam - dalamya. Athar benar - benar sudah tidak sabar untuk mengetahui semuanya. Meski Freya pasti tidak aka mengaku secara gamblang, tapi tentu saja Athar punya cara untuk tahu secara detail, bukan? *** "Apa Anda tidak ingat saya?" tanya Athar memecah suasana. Freya nampak begitu terkejut. Ingin rasanya wanita itu memutar waktu. Ia ingin memesan taksi online lain saja. Agak jauh tidak apa - apa. Asal bukan Athar driver - nya. "Y - ya. Tentu saja ingat Anda. Kemarin saya juga memesan taksi online Anda." Freya menjawab apa adanya, tidak berbohong, karena itu fakta. Athar terkikik. "Anda tahu kan itu bukan maksud saya?" "Maksudnya? Saya benar - benar tidak mengerti." Freya masih konsisten dalam kepura - puraanya. Athar pun tidak kehilangan akal. "Apa kaki Anda sudah sembuh? Kemarin saya lihat dari luar, saat berjalan menuju lift, Anda berjalan terpincang - pincang. Saya lihat tadi cara jalan Anda sudah normal kembali." Freya bungkam seketika. Ia menggenggam erat tali tas selempangnya. Jika tidak kedua tangannya pasti bergetar hebat saking gugupnya ia saat ini. Sial. Jadi orang ini sudah mencurigainya. Berarti Athar memang sengaja membuat dirinya memesan taksi online - nya, supaya bisa mengorek - ngorek informasi darinya. Ia baru saja memulai, tapi sudah ada batu karang besar yang menghalangi. Tapi ia juga sudah memiliki hasil dengan perhatian yang Archie berikan padanya. Ia juga tidak mau berhenti begitu saja hanya karena halangan dari Athar. "Ya, kaki saya sudah baikan. Semalam ada seseorang yang datang untuk memijat kaki saya." Freya lagi - lagu menjawab jujur. Athar agak terkejut mendengarnya. Mendengar kata memijat, ia langsung teringat Archie. Dulu saat nenek masih hidup, Nenek sering meminta Archie untuk memijatnya. Karena mereka sangat dekat. Mengingat Archie dulu dirawat oleh Nenek, ketika Athar lahir dan menyita perhatian kedua orang tua mereka. Karena Nenek sangat suka dipijat, Archie jadi belajar otodidak cara memijat dengan benar. Bahkan ia juga belajar cara memijat tulang bergeser ataupun patah. Karena Nenek pernah mengalami patah tulang, dan tidak mau dibawa ke rumah sakit. Setelah itu Archie jadi tahu masalah ortopedi. Tapi ia tidak berani jika tulang yang bersangkutan mengapa retak, takut menjadi pecah di dalam yang bisa berakibat fatal. "Apa seseorang yang memijat kaki Anda adalah kakak saya?" tanya Athar langsung pada intinya. "Ya, yang memijat saya adalah Archie, kakak Anda." Freya pun akhirnya buka - bukaan juga. Ia sadar untuk menghadapi seseorang yang vokal seperti Athar, ia harus menjadi lebih vokal. Athar mengangguk mengerti, meski jujur ia cukup terkejut karena dugaannya benar. "Kakak Anda datang ke kamar saya malam - malam hanya untuk memijat kaki saya. Saya nggak menyangka, ternyata di balik sikpa dinginnya, dia memiliki sisi yang hangat." Freya malah semakin memancing. Athar berusaha tampak biasa saja. Meski lagi - lagi ia telah dibuat terkejut. Ternyata hubungan Freya dan Archie sudah cukup jauh. Athar heran. Kenapa Archie bisa dengan begitu mudah terjerat pesona Freya. Begitu mudah menjadi dekat dengannya? Apa karena Freya dan Raya memiliki wajah yang identik? Sehingga Archie menganggap Freya adalah Raya. Archie mungkin sangat rindu pada Raya, kemudian Freya muncul di saat yang tepat. "Anda tidak takut hanya menjadi bayang - bayang?" tanya Athar lagi. "Maksud Anda bagaimana?" "Ya ... begini. Ehem. Archie baru ditinggal mati oleh calon istri yang sangat dia cintai. Archie nggak akan dengan mudah move on dari Raya. Mungkin saat ini dia akrab dengan Anda, bukan karena dia benar - benar tertarik pada Anda. Tapi karena dia hanya rindu pada Raya." Freya terdiam. Tujuan awalnya mendekati Archie murni karena ia ingin uang. Tidak ada sangkut paut dengan perasaan. Terserah Archie menganggapnya apa. Yang penting mereka bisa dekat, dan ia bisa meraup uang yang banyak. Tapi kenapa setelah Athar berkata seperti itu, hati Freya terasa sedikit tidak nyaman. "Saya nggak masalah misal hanya menjadi bayang - bayang Raya," jawab Freya akhirnya. Ia sudah terbiasa menebalkan muka, bukan? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN