Buah Hati

903 Kata
Jena masih belum mendengar kabar dari Athar. Pagi tadi ia ditelepon oleh Siska. Wanita itu mengatakan bahwa sampai pagi ini pun Athar belum pulang. Dan belum diketahui keberadaannya. Jena sampai tidak memiliki semangat untuk berangkat ke butik hari ini. Ia tidak menyangka, hanya karena tidak bertemu Athar dalam kurun waktu sehari semalam, akan membuat suasana hatinya menjadi sekacau ini. Jena khawatir. Ke mana perginya Athar? Kenapa ia tidak ada kabar? Jika pergi ke suatu tempat, kenapa tidak memberi kabar sama sekali? Bahkan ponselnya tidak bisa dihubungi. Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Athar? Jena benar - benar khawatir. Jena sebenarnya bingung, kenapa tidak bertemu dengan Athar membuatnya begitu lemah. Padahal sejauh ini ia selalu penuh semangat, selalu berpikir positif dan bahagia, meski cintanya pada Archie tidak kesampaian. Jena curiga ... jangan - jangan tanpa sadar ia telah jatuh cinta pada Athar. Gadis itu menenggelamkan diri ke dalam bathup berisi air dan buih sabun yang penuh. Ini gila. Bagaimana bisa ia jatuh cinta pada Athar? Seseorang yang selama ini ia anggap sebagai adiknya sendiri. Tidak mungkin, kan? Jena memungkiri itu. Ia pasti hanya terlalu terbiasa dengan Athar selalu ada di sisinya setiap hari. Makanya hidupnya terasa aneh jika tanpa Athar. Ya, pasti hanya karena itu. *** Archie kembali merasa begitu kesal. Pagi - pagi buta, seseorang mengganggu tidur nyenyaknya. Ia sudah kembali ke apartemen. Ia merasa lebih tenang di sini. Sehingga ia bisa memulai tidur dengan lebih mudah setelah seminggu lamanya kurang bisa menikmati tidur. Tapi pagi - pagi buta ia sudah dibangunkan oleh bel pintu yang terus ditekan seakan - akan sedang terjadi kiamat di luar sana. Ingin cuek dan lanjut tidur, tentu tidak bisa. Suara bel itu terus mengganggu. Mana bisa ia lanjut tidur. Dengan terpaksa, Archie akhirnya beranjak dari ranjang. Ia meraih kaos yang ia tanggalkan semalam sebelum tidur, kemudian memakainya. Archie terlebih dahulu ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Juga tak lupa menyisir rambutnya supaya tidak berantakan mencuat ke mana - mana. Biar saja orang di luar itu terus memencet bel sampai jarinya putus. Biar tahu rasa. Salah sendiri mengganggu kenyamanan orang lain. Merasa sudah sedikit segar, Archie melenggang menuju pintu. Ia terlebih dahulu melihat layar interkom. Kedua bola mata Archie membulat. Ternyata yang datang adalah Siska. Raut wajah Siska nampak panik dan khawatir. Perasaan Archie langsung tak enak. Pasti sesuatu yang tidak menyenangkan akan menimpanya sesaat setelah ia membuka pintu. Mau tidak dibukakan, tentu ia tidak berani. Karena biar bagaimana pun Siska tetap lah ibunya. Archie akhirnya membuka pintu. Sembari menyiapkan hatinya untuk segala kemungkinan yang akan terjadi setelah ini. Begitu Archie membuka pintu, Siska segera berhambur memeluk laki - laki itu -- putra sulungnya. Siska memeluk Archie begitu erat sembari menangis sesenggukan. Archie bingung dengan situasi ini. Jujur ia tidak ingat kapan terakhir kali Siska memeluknya. Makanya ia tidak tahu harus melakukan apa ketika seorang ibu memeluk anaknya. Meski bingung, Archie tetap berusaha. Ia ingin menenangkan ibunya. Archie pun memberi sentuhan lembut di punggung wanita cantik itu. "Mama kenapa, hm?" Akhirnya Archie melontarkan pertanyaan itu. Siska perlahan melepaskan pelukannya, meski ia masih menangis. "Archie ... adik kamu ... dia masih belum ada kabar sampai sekarang." Iya kan. Sudah ia duga. Sebab kedatangan Siska yang tidak biasa, pasti lah karena sesuatu yang tidak Archie suka. Bahkan ini pertama kalinya Siska mengunjungi apartemennya. Tapi ia datang bukan karena ingin bertemu dengan Archie. Hanya datang untuk laporan bahwa Athar masih hilang, dan belum ada kabar. "Ma ... bukan kah sikap Mama sedikit berlebihan?" Archie berusaha menanggapi Siska dengan baik. "Berlebihan bagaimana, Sayang? Adik kamu hilang dan nggak ada kabar sama sekali. Ponselnya juga nggak bisa dihubungi sama sekali." "Sebaiknya Mama masuk dulu deh. Kita omongin semuanya baik - baik di dalem." Archie mendahului ibunya masuk. Siska mengikutinya di belakangnya. Archie mempersilakan ibunya duduk di ruang tamu. Siska hanya menurut. "Mama mau minum apa?" "Sayang ... ayo lah. Mama nggak perlu minum. Mama hanya ingin kamu bantu kami cari adik kamu, supaya cepat tahu bagaimana kabarnya saat ini." Siska agaknya cukup kesal karena sikap Archie yang terlalu santai, sama sekali tidak menganggap peristiwa hilangnya Athar sebagai sesuatu yang serius. "Santai aja lah, Ma." Archie akhirnya mengambil kotak jus jeruk dari dalam kulkas, juga mengambil gelas dadi kitchen set. Ia membawa keduanya ke ruang tamu, meletakkan gelas di meja, lalu menuangkan jus jeruk ke gelas itu. "Diminum dulu, Ma. Biar agak rileks." "Archie ... kenapa kamu tidak mengerti? Adik kamu hilang sayang. Ayo cepat bantu Mama. Kasih tahu Mama gimana caranya supaya Athar cepat ada kabar." Archie mulai jengah dengan sikap berlebihan Siska. "Ma ... Athar itu laki - laki yang sudah dewasa. Dia bukan balita yang ketika tidak ada kabar kemudian harus dicari seperti yang Mama lakukan sekarang. Mungkin Athar sedang bersenang - senang dengan pacarnya. Karena tahu Mama akan sering meneleponnya, makanya dia non aktifkan hp nya." "Archie ... Athar sebelumnya nggak pernah sampai nggak ada kabar sama sekali seperti ini. Dia selalu kasih tahu Mama apa pun. Lagi pula Athar nggak punya pacar. Dia hanya suka sama Jena. Dan Jena sendiri juga bingung nyariin Athar. Semalam dia sampai mampir ke rumah buat tanya ke Mana tentang keberadaan Athar. Mulai di situ lah Mama sadar kalau Athar memang nggak ada kabar sama sekali selama seharian kemarin." Archie terdiam. Seandainya yang hilang dan tidak ada kabar adalah dirinya, apakah sikap Siska akan begini? Apakah Siska akan sekhawatir ini? Archie rasa tidak. Karena buah hati Siska adalah Athar. Bukan Archie. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN