“Kau marah padaku?” tanya David. Ini adalah hari kedua, di mana Tiara mendiamkan pria itu. Dia menganggap David adalah angin yang tak perlu diajak bicara, bahkan tak perlu dilihat. Kekesalan masih menggunung dalam hati perempuan tersebut. Hidup enggan, mati tak mau, kabur pun tak mampu. “Ya, aku tidak akan menghukummu karena telah mendiamkanku. Bagaimanapun juga, Ethan sudah menganggapmu mamanya. Jadi aku akan memaafkanmu!” tutur David dengan arogan. Selagi Tiara mendiamkannya, David juga tak membiarkan perempuan itu untuk keluar dari kamar putih tersebut. Kalau bukan Ethan yang menghampiri, maka dia tak bisa bertemu dengan anak asuhnya itu. “Dia memaafkan aku? Bukankah seharusnya dia yang minta maaf padaku!” batin Tiara menggerutu. Tentu saja dia tidak akan mengutarakan kemaraha