1. My F*cking Dad, Left His Debt for Me

1130 Kata
"Kudengar kau punya anak gadis? Berikan dia padaku atau aku jual saja organ dalammu!" “Jangan pernah usik Tiara, dia tidak ada kaitannya dengan semua ini, Tuan David!” Pria tua dengan kumis beruban itu menundukkan wajah tapi tidak dengan pandangannya. David, mafia ini tidak pernah toleransi dengan kebohongan. Kepada anggotanya yang jujur dia tetap tidak pernah memaafkan kesalahannya, apalagi pada seorang yang telah berbohong kepadanya. Dia mendengkus sembari menaikkan sedikit bibirnya. Hal itu membuat dia terlihat seperti sedang menyepelekan ucapan lawan. Tanpa berkata apa-apa, pria dengan pakaian serba hitam dan sepatu yang juga mengilap dengan warna gelap arogannya itu mengambil langkah. Tak ada yang bergerak dalam ruangan itu, semua anggota mafia ‘Killer Wolf’ yang ada di sana terdiam. Bahkan hidung mereka pun berusaha untuk tidak terlihat kembang-kempis saat menarik napas. Hanya satu orang! Hanya satu orang dengan tubuh bergetar dan tangan yang diikat. Satu-satunya orang yang masih berani menatap nyalang terhadap sang pimpinan. Semakin dekat ujung sepatu yang lancip itu, semakin mengejek hidung yang ada di hadapannya. Seakan ia ingin menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang yang sedang memakainya. “Dia memang tidak ada hubungan denganku, Pak Tua!” ucapnya menimpali kalimat sebelumnya. Pria tersebut membungkuk sembari memiringkan kepala, agar dapat terlihat dengan jelas, wajah lusuh dari sang tawanan. “Tapi dia ada hubungannya denganmu!” lanjut David sambil mengapit dagu milik si pak tua menggunakan ibu jari dan telunjuknya. “Baiklah, ka ... lau kau me ... mang menginginkan Tiara! Aku a ... kan memberikannya ... padamu!” Suara berat itu terdengar sulit untuk dikeluarkan karena dua jari besar yang penuh tenaga menjepit dagunya hingga mulut pria tua tersebut mengerucut. David langsung membanting tangannya, hingga tubuh milik sang tawanan itu ikut oleng sesuai dengan arah bantingannya. “Aku tunggu ... dia! Tiara!” Mafia berdarah dingin yang juga memiliki sifat bak cassanova tersebut langsung tersenyum bak memenangkan sesuatu. Dia suka! Sangat suka dengan gadis perawan polos yang masih awam dengan urusan ranjang! Biasanya dia menahan gadis itu untuk selalu berada di atas ranjangnya, mengambil madu dan nikmat dari tubuh mereka, hingga ada saatnya perempuan-perempuan itu yang mendamba sentuhan sang mafia! Kehilangan uang dua milyar bisa dicari lagi, tapi gadis desa yang polos sulit untuk ditemui. “Bawa dia! Aku harus mendengar dia menjerit untuk membayar semua hutang ayahnya!” ** Di lain tempat, sebuah desa kecil tepi pantai. Seorang perempuan dengan rambut mencapai belikat dan tubuh yang agak berisi, berjalan melawan terik matahari yang menggigit tepat di ubun-ubunnya. “Bu guru, pulang?” sapa seorang anak SD dengan topi merah lusuhnya. “Iya, pulang! Kalian juga langsung pulang, ya, jangan bermain dulu. Nanti bapak ibu mencari!” Setelah berkata demikian, dia kembali meringis. Dari wajahnya, raut menyedihkan itu bukan hanya muncul karena paparan panasnya matahari saja, melainkan ada penyebab lain yang membuat dia gelisah. Sambil berjalan menuju kontrakan dengan menyusuri turunan, dia memainkan ponsel android dengan layar yang retak di bagian sisi kanan atas. [Tiara, kamu harus punya uang dua milyar! Kau bisa gadaikan SK guru saja, kan?] ~ +62813xxxxxxxx Walau dia tidak menyimpan nomor tersebut, tapi Tiara tahu, siapa yang sudah mengirim pesan yang isinya meminta uang tersebut. Tiara memang punya tabungan, tapi ini dua milyar? “Aku sebaiknya melepaskan diri dari pria itu!” gumamnya sembari berjalan tanpa gairah. Dia mengombang-ambing tangan kanan, sementara tangan kiri ia gunakan untuk memegang tali tasnya. Wajahnya yang bulat itu terpapar matahari, membuat pipi cabinya tampak membentuk garis senyum. Bibirnya pun merengut karena suasana hatinya sedang tidak baik. “Bu Tiara?” Seseorang menyapanya lagi. Dia terpaksa mengubah sedikit rautnya agar tampak lebih ramah. Lalu setelah ia melewati orang tersebut, mimik mukanya kembali berubah. Tiara sebenarnya cukup cantik, tapi kulitnya tidak putih, sedikit lebih gelap dari kuning langsat. Pipinya cukup bulat dan tubuhnya berisi. Belum lagi, jika ia sedang datang bulan, jerawat-jerawat selalu muncul dan menodai wajahnya. Meski begitu, tubuh Tiara ini cukup tinggi. Seandainya dia menjaga pola makan dan tidak stres, mungkin tubuhnya tidak akan gendut atau jika Tiara punya uang lebih, mungkin dia akan melakukan perawatan untuk mengatur hormon agar jerawat tidak muncul lagi. Tapi sayang, Tiara selalu hidup hemat sesuai dengan gaji yang ia dapat, sehingga ia tidak membeli banyak produk kecantikan untuk merawat. Hanya saja, untuk masalah makanan, Tiara tidak bisa dikatakan irit! “Aku tidak perlu menuruti semua keinginan bapak! Aku sudah tidak ada hubungannya dengan dia!” gumamnya seorang diri dengan penuh tekad. Dia berjalan sambil menahan air mata. Karena pesan dari nomor tak dikenal yang ia ketahui sebagai milik bapaknya itu masih terus ia terima. Isinya berupa ancaman dan paksaan. Lalu yang lebih membuat ia merasa sangat sedih adalah pesan terakhir yang ia baca. [Satu-satunya caramu berbakti padaku adalah dengan bayar hutangku, Tiara! Jika tidak dengan uang, maka kau harus menyerahkan dirimu] ~+62813xxxxxxxx “Bu Guru Tiara! Bu Guru! Tolong! Tolong!” Ibu pemilik kontrakan Tiara lari menghampiri dengan tubuh yang penuh luka dan rambut awut-awutan. “Kenapa, Bu?” Tiara pun meredakan sang wanita paruh baya yang sedang kesulitan bernapas karena lari tanpa jeda tersebut. “Bapak, suami saya! Dipukuli! Dia menagih hutang Bu Tiara! Kenapa harus memberikan alamat rumah kami? Kami tidak ada sangkut pautnya!” Sang ibu pemilik kontrakan itu menangis dan mencerca Tiara dengan berbagai kalimat tak berjeda. Dia meraung-raung di pinggir jalan dengan sisi kanan dan kiri yang dipenuhi perkebunan. Tiara sendiri langsung lemas, dia tahu siapa yang sedang menagih uang ke kontrakannya. Dia memeluk ibu pemilik kontrakan, tapi sayang dirinya malah ditepis. Mungkin karena amarah yang teramat sangat, membuat perempuan paruh baya itu jadi membenci Tiara. “Cepat kembali dan segera pergi dari rumah kami! Luruskan pada mereka, jika kami tak ada kaitannya dengan semua utang milikmu!” ketus perempuan dengan rambut gimbal dan kening yang mengeluarkan darah tersebut. Setelah sang ibu pemilik kontrakan pergi, Tiara yang lemas langsung terjatuh dengan lesu. Dia hanya seorang guru SD yang ingin mengabdikan diri untuk negara. Baru saja dia mendapatkan kestabilan hidup untuk bisa mandiri, tapi ternyata orang tuanya sendiri yang tidak suka dengan kebahagiaannya. Jika sudah seperti ini, semua orang pasti tidak akan menyukainya! Semua orang pasti akan tahu jika dirinya memiliki hutang pada para preman dan dia tidak akan diterima lagi di desa ini. Bagaimana dia bisa hidup tenang! “Hei, aku menemukan dia!” Pria dengan pakaian serba hitam terlihat berlari menghampiri Tiara. Kepalanya botak tapi kumisnya sangat tebal. Gadis yang sedang tersungkur dengan penuh air mata itu langsung gemetar. Apa mereka akan membawanya? “Iya, dia itu yang namanya Tiara! Kami tidak sangkutannya dengan dia!” Ibu pemilik kontrakan dan warga lain menghampiri dan menunjuk ke arahnya. Tiara tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Bahkan sampai pria botak tersebut menghampirinya, tubuhnya masih kaku tak bisa bergerak, hanya kelopak matanya yang bisa berkedip sambil menjatuhkan air mata. “Kau! Ikut kami untuk menemui Tuan David!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN