Berada di markas ini bukan sesuatu yang ia rindukan, tapi kali ini entah kenapa Tiara merasa lebih tenang setelah menginjakkan kaki di sini. Hanya saja, kepulangannya sekarang menyisakan lubang yang begitu kosong di hatinya. Sesuatu seakan tertinggal di sana, sesuatu seakan membuat Tiara tidak tenang dan terus menerus mencarinya. “Kau memikirkan Tuan David?” tanya Yuna yang mengantarkan makanan untuk perempuan itu. Tiara hanya diam. Sebagian besar dalam dirinya tak mau mengakui jika dirinya sedang menunggu pria tersebut. “Wajahmu tampak gelisah! Kau benar-benar mengkhawatirkan Tuan David!” tutur sang pelayan. “Makan terlebih dahulu! Karena bersedih dan gelisah itu juga butuh tenaga!” “Aku tidak mengingat dia sama sekali!” elak Tiara yang malah tampak kesal. Dia mengambil makanann