“Freya ... Freya ... Freya ... Aku enggak mua kamu pergi, tetap di sini sama aku. Aku cinta kamu.” Bahkan dalam tidur ia masih mengigaukan nama Freya, bahkan sampai detik ini Bian belum bisa menghilangkan nama Freya di hatinya. “Fre ...,” gumamnya lagi. Laura yang mendengarkan kata per kata yang dilontarkn Bian, merasa sakit hati, entahlah, padahal sejak awal Bian hanya memang mencintai Freya bukan Laura, seharusnya Laura jangan terlalu berharap pada suaminya ini. Bian yang berlaku baik ke Laura, bukan karena ia memiliki rasa tapi karena hanya anak yang dikandung Laura. Wnita itu memegang perutnya, lalu mengelusnya dengan lembut. “Sayang, kalau Mama sama Papa nanti benar pisah, kamu harus jadi anak yang baik ya, karena walaupun kami tidak bisa membesarkanmu secara sama-sama, tapi kasih sa