Megan menatap kertas yang menunjukkan tanda tangannya di dalamnya. Tanda tangan yang menunjukkan ia harus menjadi simpanan Tuan Leandro selama satu tahun, bahkan yang menjebaknya menandatangani surat ini adalah Arley, kekasihnya.
Megan menitikkan air mata.
--
Flashback ON.
Megan duduk di tepian pantai menunggu Arley yang belum sampai di tempat ini, ia harus ke Hawaii lebih dulu dan menunggu Arley di sini, karena Arley banyak pekerjaan yang harus di selesaikan lebih dulu.
Hari ini adalah hari valentine, semua orang merayakan hari kasih sayang dengan masing-masing cara yang berbeda.
Megan bahagia ketika Arley mengajaknya liburan di Hawaii, Bahkan Megan tidak pernah dengan mudah bertemu dengan Arley meski merasa di negara yang sama karena Arley begitu sibuk dengan pekerjaannya dibandingkan harus memberikan waktu Kepada Megan untuk bertemu.
Ketika Arley mengajaknya liburan, tentu saja Megan bahagia sekali. Ternyata di hari kasih sayang seperti ini, Arley masih mengingatnya dan mau berlibur dengannya.
Megan menghela napas, ketika seorang lelaki duduk di sampingnya. Megan tak memperdulikan, dan hanya fokus menatap sunset didepannya saat ini.
Indah sekali Hawaii ini, bahkan pantai di depannya terlihat indah meski bentuknya sama.
Hari pun sudah mulai gelap, Megan kembali ke kamarnya dan membersihkan diri, ia harus terlihat cantik didepan Arley jika ia ingin menghabiskan malam yang indah dengan kekasihnya. Selama ini, ia selalu menjaga keperawanannya, namun kali ini ia harus memberikannya kepada Arley yang sudah menjadi kekasihnya selama setahun.
Arley mengajaknya liburan di sini bukan karena pertemuan biasa, mereka akan tidur di kamar yang sama dan selama beberapa hari akan menginap di sini.
***
Arley hendak masuk ke hotel dengan menyeret kopernya masuk, namun lima laki-laki menghadang jalannya dan berdiri didepannya saat ini.
"Mau kemana kamu? Apa kamu berpikir bisa lari dari kami?" tanya satu laki-laki yang postur tubuhnya sangat kekar.
"Sa-saya—"
"Ikut kami," kata lelaki satunya dan menarik Arley hingga ke kamar suite room.
Seorang lelaki tengah duduk seraya menikmati wine mahal ditangannya, ia menyeringai bak iblis, bahkan wajahnya terlihat tampan sekali. Namun, sikapnya bak iblis.
"Kau pikir bisa lari dariku?" tanya seorang lelaki yang duduk di kursi kebesarannya.
"Tuan, saya akan—"
"Cukup! Kau memang pria b******k yang hanya menginginkan kesenangan dengan uang yang aku punya. Bahkan kau tak pantas hidup." Mark menatap Arley penuh kemarahan. Ia harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan uangnya kembali.
"Kau dengan berani membawa uangku yang jumlahnya tidak sedikit. Jika akh membunuhmu sekarang, bahkan tak akan ada polisi yang berani menangkapku, dan berita tentang kematianmu tidak akan ada." Mark menyeringai lalu menyeruput wine di gelas berleher tinggi.
"Saya belum punya uang, Tuan, saya akan membayarnya ketika saya kembali ke Kanada," kata Arley, duduk berlutut didepan Mark.
"Aku sudah tidak percaya kepadamu. Jadi, serahkan uangku sekarang atau kamu mati hari ini! Meski aku tak akan bangkrut hanya karena uang 10 milliar, namun aku tak suka jika ada yang mengkhianati kepercayaanku!" tekan Mark yang di jaga ketat oleh kelima bodyguardnya.
"Saya benar-benar tidak punya uang sebanyak itu sekarang, Tuan Leandro, saya akan membayarnya jika sampai di Kanada," jawab Arley.
Dua bodyguard memukul Arley yang kini duduk tak berdaya di depan Mark, wajahnya terlihat babak belur karena harus dipukuli oleh dua orang yang tubuhnya kekar. Arley tak bergeming sama sekali.
"Saya akan memberikan sesuatu yang berharga buat anda, Tuan," kata Arley, membuat Mark memberi kode kepada anak buahnya untuk menghentikan pukulan mereka.
"Apa yang akan kau berikan?" tanya Mark.
"Kekasihku," jawab Arley, membuat Mark tertawa.
"Kekasihmu? Apa hebatnya kekasihmu sehingga kau menganggap dia berharga dan bisa membayar hutangmu?"
"Dia ... dia masih perawan," jawab Arley. Ia harus selamat meski ia mengorbankan Megan kekasihnya.
"Masih perawan? Kau yakin?" tanya Mark memulai kesepakatan.
"Saya yakin, Tuan, saya belum pernah menyentuhnya sama sekali," jawab Arley menundukkan kepalanya, ia masih berlutut Didepan Mark.
Siapa yang bisa melawan Mark? Tak akan ada yang berani dengan dia karena kekayaannya dan kekuasaannya tidak bisa terkalahkan. Ia pun terkenal dengan skandal-skandalnya dengan perempuan yang selalu ia tiduri.
"Baiklah. Kau harus menyerahkan wanita itu padaku, dan aku akan memilikinya. Bahkan dengan memberikan wanita itu kepadaku, kau tak akan bisa melunasi hutangmu. Aku tidak pernah membayar wanita dengan harga mahal," kata Mark.
"Baik, Tuan, saya janji," jawab Arley. Ia harus menyelamatkan diri dari genggaman Mark, meski harus mengorbankan Megan yang ia cintai.
***
Arley masuk ke kamar, ia membawa sebotol wine dan dua gelas ditangannya, ia melihat Megan tengah duduk ditepian ranjang dengan pakaian yang sangat tipis.
Arley menghela napas agar ia bisa menahan dirinya, untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari genggaman Mark.
"Sayang, kau sudah tiba?" tanya Megan beranjak dari duduknya dan menghampiri Arley lalu memeluknya.
"Iya, Sayang, baru saja. Kau mau minum denganku?" tanya Arley, menunjukkan sebotol wine yang kini tengah ia pegang.
"Tentu saja. Kamu bersihkan badan dulu, lalu kita minum," kata Megan.
"Tidak perlu, Sayang, kita harus melewatkan malam yang indah, bukan?" tanya Arley, Membuat Megan tersipu malu.
Megan mengangguk. Segeralah mereka ke sofa dan minum disana, Arley tak sanggup berpisah dengan Megan, perempuan yang ia cintai, namun hidupnya bisa bahaya jika ia tak Memberikan Megan.
Mereka lalu menikmati minuman dan cemilan, tak sadar pun Megan mabuk, ia memang mudah mabuk, dan tak bisa mengendalikan dirinya. Disitu lah Arley membawa Megan ke kamar Mark.
"Sayang, tanda tangani ini dulu," Kata Arley, memberikan pulpen ketangan Megan.
"Ini apa, Sayang?" tanya Megan, yang sudah mabuk berat.
"Kita akan menikah jika kamu menandatangani kertas ini," kata Arley berbohong.
"Benarkah? Baiklah. Sini aku tanda tangani," kata Megan meraih kertas itu dan mendatanganinya tanpa melihat isinya terlebih dahulu.
Arley sedih sekali, namun coba ia tahan agar ia bisa mengendalikan dirinya.
Setelah menandatanganinya, Arley segera menggendong Megan menuju ke kamar Mark.
Mark sudah menunggu, dan Menghampiri Arley yang tengah menggendong kekasihnya.
Mark memperhatikan dengan seksama wajah perempuan yang sudah tak sadarkan diri jika ia di jual oleh lelaki yang sudah ia percayai.
"Dia cantik juga, letakkan di kasur," perintah Mark, dan Arley menaruhnya di atas kasur atas perintah Mark, sungguh kecewa hatinya melihat perempuan yang ia cintai akan di sentuh dan dinikmati lelaki lain.
"Dan, kamu pergi dari sini!" usir Mark pada Arley yang kini menatap perempuan yang kini berbaring tak berdaya didepannya..
"Ingat, Arley, kau tidak bisa melunasi hutangmu hanya dengan perempuan ini," kata Mark, membuat Arley menganggukkan kepala. Seharusnya mereka bahagia dan menikmati malam bersama, namun Arley tak Menyangka Mark akan di sini dan menagi janjinya.
Flashback OFF.