Arbi menggoreskan kuasnya lagi. Kali ini dia bernafsu untuk melukis. Pak Puhi mengernyit ketika melihat rambut berantakan murid absurdnya itu bergoyang. Bahkan hidung dan pipinya juga penuh dengan cat. Pak Puhi mendekatinya, menepuk bahunya sebentar. "Bi...." Arbi menoleh spontan. Matanya masih tampak berapi-api. Pak Puhi tersenyum. "Kamu nggak pulang?" "Saya belum selesai." Arbi menjawab. Pak Puhi menatap lukisan yang Arbi buat. Mata beliau terbelalak kaget. Lukisan surealis seperti biasa, namun kali ini tampak menakutkan. Seorang anak berdiri sendirian, sementara di sekelilingnya ada benda-benda tajam. Dia berdarah. Di sebelah anak itu ada.... Genderuwo? "Ini menceritakan soal apa, Bi?" Arbi menghela napas. "Idola saya, pak." "Heh?" "Saya ngefans sama Genderuwo." Pak Puhi haru