9. Penolakan

982 Kata
"kau sudah memporak porandakan hatiku sebulan ini. Kau selalu membayang-bayangi hari ku, senyummu selalu dapat kulihat dan yang paling menyiksaku adalah...aku merindukanmu setiap harinya hingga saat ini. " Tatapan mata Banu dan Viza saling beradu, Viza seakan terhipnotis untuk sesaat, sedangkan Banu mengamati wajah bidadari yang ada dihadapannya sambil mengabsen semua sisi wajah nona nya. Viza melepaskan tangan Banu dengan kasar dan kembali menampar wajah Banu. Kali ini Banu sungguh merasa sakit dengan apa yang dilakukan Viza. Deru nafas Viza memburu, tatapan kebencian dia tunjukan pada Banu. " kau" Banu tak percaya jika wanita ini adalah wanita yang sangat dia gilai saat ini. " tutup mulutmu, aku tidak perduli dengan semua ucapan dan apa yang kau rasakan. Yang ingin aku lakukan adalah, menjauh dariku dan lupakan semuanya. Karena aku hanya menanggapmu sebagai permainanku kemari. Mengerti?" Viza berlalu meninggalkan Banu yang tersenyum sinis kepada Viza. Ditariknya tangan Viza sekuat mungkin hingga tubuh mereka bertabrakan. Banu langsung mengecup bibir Viza dan menghisap bibir itu dalam, Viza membesarkan matanya tapu Banu terus membuai nya hingga dia lupa akan penolakan yang dia ciptakan tadi. " katakan jika kau tidak memiliki rasa untukku?" Banu berkata tepat didepan wajah Viza yang memerah, suara Banu seolah berbisik lembut menyapu wajah Viza. " tatap mataku Viza, katakan kalau kau tidak memiliki rasa untukku setelah di Bali?" Viza diam, dia tidak bisa mengatakan penolakannya tadi. Karena dia memang berbohong akan semua yang dia ucapkan. Tapi tujuan dia mengatakan semua itu benar. " Tolong lepaskan aku. Please?" Suara Viza melembut, dengan berat hati Banu melepaskan pelukan mereka. Viza menatap Banu dan menunduk, lalu melihat Banu lagi. " kita berbeda Banu, aku seorang putri. Dan sudah ada seseorang dihidupku, seseorang yang sedari dulu aku impikan menjadi suamiku. Jadi kuharap kau mengerti." " please menjauhlah, jika tidak kau akan dapat masalah dengan semua ini. Banyak wanita diluar sana yang akan jatuh hati kepadamu." Angin malam yang menerpa kulit Viza terasa sangat dingin, apalagi sorot mata Banu yang melihatinya saat ini menambah dinginnya tubuhnya. " persetan dengan gadis diluar sana, yang aku inginkan adalah dirimu. Aku bisa buktikan padamu kalau aku mencintaimu Viza, aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya." " tapi aku lah yang tidak menginginkan cintamu," Banu maju ingin mendekat tapi Viza menjauh dan menolak tubuh Banu mendekat. " please, mengertilah. Aku menerimamu sebagai temanku, tapi tidak untuk lebih dari itu." Viza berjalan tepat saat pengawalnya datang ketempat dimana mereka berbicara. Banu menggelengkan kepalanya tidak percaya, cintanya baru saja ditolak. Tepukan di bahu Banu membuat Banu menoleh, dia terkejut saat melihat Cinta ada disana. Senyuman wanita itu membuat Banu salah tingkah, apa tadi Cinta mendengar semuanya? Pikir Banu. " kau dipanggil opa dan oma." Banu mengangguk dan berjalan beriringan dengan Cinta. " kau tidak boleh menyerah jika memang yakin dia untukmu," Cinta menyampaikan pendapatnya membuat Banu terdiam. Apa yang dikatakan Cinta benar, ini adalah awal dia berusaha mendapatkan Viza. Ini bukan akhir bagi kisah Cintanya. " thanks Cinta, mas Bian emang gak salah pilih loe." Cinta tertawa mendengar itu. ****** Matahari yang lumayan terik membuat Banu malas keluar rumah. Bukan dia takut kulitnya terbakar, bukan. Dia bukan pria seperti itu, hanya saja Banu ingin menghabiskan waktunya dengan melihat-lihat i********: Viza. Karena dia sudah tahu nama dan latar belakang nona nya itu, Banu dengan mudah menemukan informasi apapun tentangnya. Banu mengacak rambutnya kesal karena tidak tahu cara apalagi yang bisa membuat Viza luluh dan menerima cintanya. Buk.... Banu menoleh melihat siapa yang melemparkan bantal kepadanya. Ternyata disana ada adik manisnya yang sedang tersenyum. " udah balik loe? Enak ya yang liburan bareng pacar." sindir Banu karena kesal Bella berlibur dengan pacarnya, biasa dia tidak seperti ini. Entah kenapa sekarang dia kesal jika memikirkan hanya dirinya yang jomblo. Ya meski Bian, Brian, dan Bella belum menikah. Tapi mereka sudah menemukan sosok yang mencintai mereka, tidak seperti dirinya yang berstatus jomblo. " lah kok loe sewot, loe dipanggil sama papa. Katanya minta loe ke toko kue, kita mau buat kejutan buat mama." Nah hampir saja Banu lupa, besok mama nya ulang tahun. Biasa dia akan menyiapkan kado special untuk mamanya, tapi karena sibuk memikirkan si nona, dia lupa hari ulang tahun mamanya. " loe udah beli kado buat mama belum?" Tanya Banu sambil berdiri merapikan penampilannya. " udah dong, gue beli waktu di Barcelona. Loe lupa ya?" Todong Bella membuat Banu tersenyum aneh. " makanya jangan mikirin perempuan aja tuh isi kepala," Banu tidak ambil pusing dia mengacak rambut Bella dan pergi setelahnya. **** Disebuah mall Banu masuk mencari toko perhiasan untuk mamanya. Ditangannya Banu sudah menenteng cake ulang tahun dan juga sebuket bunga. Banyak wanita yang melihat aksi romantisnya itu dan salah satunya adalah Viza yang tidak sengaja berpapasan dengan Banu. Deg.... Banu terdiam melihat wanita itu lagi, baru saja dia memikirkan bagaimana cara meluluhkan hati wanita ini tapi dia sudah bertemu si empu yang membuat dirinya galau. Tapi bukan hanya itu yang membuat Banu terkejut, melainkan seseorang yang sedang merangkul Viza. Pria itu terlihat sangat posesif kepada Viza, lihat saja ekspresi pria itu sekarang. Ternyata saingan Banu tidak kalah tampan darinya, memiliki postur tinggi dengan wajah yang menyerupai aktor-aktor muda di turki. Lama Viza dan dirinya saling lihat hingga Banu akhirnya menyapa Viza. " halo sugar, senang bertemu denganmu lagi. Padahal aku baru saja memikirkan dirimu." Sepertinya pria disebelah Viza ini tidak mengerti bahasa Indonesia, dia menatap Viza dengan tatapan bertanya. Viza tersenyum lalu menggeleng, beralih melihat Banu dan... " Sorry, I'dont know sir." Banu kesal setengah mati, Viza mengatakan dia menanyakan alamat kepada pria itu. " Viza,..." teriak Banu frustasi. Langkah Viza terhenti, tapi tidak melihat kearah Banu. Dia diam ditempatnya. " tidak perduli kau mengatakan aku gila atau terus mengusirku dari hidupmu, aku akan terus datang kepadamu dan mengatakan I love you...really love you." Viza masih diam tapi akhirnya wanita itu kembali berjalan. Sedangkan pria disebelah Viza hanya menggelengkan kepalanya melihat Viza, tentu dia tahu apa itu artinya I love you. BERSAMBUNG...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN