Terpaksa Melamar CEO PlayboyDiperbarui pada Dec 10, 2023, 06:17
“Menikahlah denganku, Rama. Aku jamin aku masih perawan. Gadis baik-baik dari keluarga baik-baik. Mandiri, punya usaha sendiri tidak akan mengincar uangmu. Aku juga pekerja keras, tidak manja. Setelah menikah, kamu boleh berbuat sesuka hatimu. Silakan tetap menjadi buaya, playboy atau apa nama lainnya, aku tidak masalah Rama. Aku janji tidak akan meminta nafkah lahir batin padamu jika kamu tak menginginkannya,” ucap Moza dengan cepat dan padat. Wajahnya memelas memohon pada pria yang duduk di tepi ranjang itu.
Rama menyipitkan kedua matanya dan menatap Moza dengan tersenyum sinis. Walaupun dalam hati sebenarnya dia merasa geli melihat tingkah gadis itu. Karena baru kali ini ada gadis bertingkah aneh padanya. “Apa kamu sedang melamarku?”
“Benar. Sebenarnya aku tidak tahu apa namanya ini. Karena aku seorang wanita pasti terlihat aneh bagimu. Melamar, mengajak menikah atau apa namanya. Tapi itulah maksudku. Zaman sudah modern, bukan? Bukan suatu yang aneh jika seorang wanita melamar pria,” jelas Moza.
Rama tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. “Memang benar, Moza. Bagiku hal ini sudah wajar.” Rama menjatuhkan diri bersimpuh di lantai juga. Kemudian tangannya menyentuh wajah Moza yang halus dan lembut itu dan menatap gadis itu dalam-dalam. “Tidak bisa, Moza. Karena kamu melamar seorang playboy,” tegas Rama. “Pria sepertiku tidak bisa diikat dengan tawaran selonggar apa pun.”
“Terimalah, Rama. Kumohon... Kumohon... Bukankah sudah kukatakan aku tidak akan mengikatmu,” jelas Moza terus memelas.
Rama membuang muka ke samping menyeringai kesal yang khas setelah sekian lama menatap Moza.
“Kecuali kamu bersedia berjanji padaku untuk tidak menyentuh Namira adikku dan meninggalkan dia selamanya,” kata Moza dengan mengangkat kepalanya lagi dan sorot mata dingin.
Rama terkejut dan menoleh pada Moza lagi. Rama mengerutkan dahinya, mengingat orang yang baru disebut namanya itu. “Namira?”
“Ya, Namira. Dia Adikku, Rama,” jawab Moza dengan tegas dan dingin. Rama terdiam dan mengerutkan dahinya memperhatikan Moza dan juga mengingat wajah gadis yang bernama Namira.