1. Si Kurangajar

1135 Words
Seorang gadis cantik tengah mengomel-ngomel tidak karuan saat ibunya memaksa menggunakan rok panjang juga kebaya kutu baru. Gadis bernama Eci yang dikenal tomboy dan pencilakan, merasa tidak nyaman tatkala harus mengenakan rok yang menyusahkannya berjalan. "Demi langit bumi bersaksi, sampai kapan Eci yang cantik tersiksa dengan busana ini?" teriak Eci ingin mengacak rambutnya, tapi tangannya ditepis oleh seseorang yang ada di belakangnya. Eci menoleh, menampilkan ekspresi cengengesan pada ibunya. "Eci, kamu itu jadi cewek harusnya lemah lembut, kalem, sopan-santun, bukan malah suka ngomel kayak begini. Ibu mau menjodohkan kamu loh sama putra keraton Yogyakarta. Keluarga terhomat, konglomerat, baik bibit bebet dan bobotnya. Putranya juga sudah menyukaimu saat lihat fotomu. Jadi, jangan malu-maluin keluarga kita," ucap Saraswati kepada putrinya. "Ibu, apakah aku terlihat tidak laku sampai harus dijodohkan seperti ini?" tanya Eci mendramatisir keadaan. "Ibu percaya kamu laku, secara kamu cantik banget. Tapi, yang membuat ibu was-was adalah siapa nanti calon suamimu. Apa kah baik seluk beluknya, baik adabnya dan lain sebagainya, kalau Adiyaksa sudah jelas bibit unggulan," jawab ibu Eci. "Astagfirullah, Buk. Anakanya model begini minta menantu yang macam-macam. Jadi orang jangan pemilih, Buk. Nanti dapatnya malah bobrokk!" "Lambenya anak perawan kayak gini amat. Sudah jangan rusak tatanan rambut kamu. Sebentar lagi kita berangkat ke sana." "Kok pihak cewek yang datang sih, Bu? Kebalik kali, harusnya cowok ke sini," ucap Eci ngedumel. "Ini jamuan makan malam, kalau lamarannya juga tetap di sini." Eci mencebikkan bibirnya. Yang benar saja dia yang cantik jelita seolah tidak laku sampai harus dijodoh-jodohkan ke putra Yogyakarta. Tidak bisa Eci bayangkan kalau sampai dia menikah dengan keluarga keraton, pasti banyak aturan dan kekangan. Eci ingin kabur, tapi sepertinya bukan perkara yang mudah seperti di novel-novel. Maka jalan satu-satunya adalah merubah strategi. Grecia Putri Susena atau yang biasa dipanggil Eci, gadis cantik berumur dua puluh empat tahun, seorang tata rias model di Agensi ternama Tanah air, Agensi Starmoon. Grecia lulusan SMK juruan tata kecantikan dan melanjutkan kuliah di Universitas seni budaya. Kalau soal menari, membatik Eci lah jagonya. Walau hidup di lingkungan keluarga menganut kebudayaan jawa kental, Eci malah tumbuh menjadi gadis pecicilan yang urakan, barbar dan petakilan. Bahkan, Eci selalu membanggakan bakatnya yang bisa koprol di kasur. Dijodohkan adalah kata yang sangat menyebalkan didengar Eci. Pasalnya Eci menyukai CEO di Agensi tempatnya bekerja, CEO Starmoon yang masih sangat muda di karir-nya yang sudah gemilan. Dia Kukuh Wijaya, pria berumur dua puluh delapan tahun yag dingin, monoton, dan irit bicara, tapi sekali ngomel pedasnya luar biasa. "Oh Tuhan, kalau Kukuh bukan jodohku, hamba mohon tetap jodohkan lah kami, Ya Tuhan," ucap Eci sambil komat-kamit saat ibunya memaksanya masuk ke mobil. "Nanti jangan malu-maluin, yang sopan, kalem dan unggah-ungguhnya dijaga!" ucap Geana, kakak Eci. "Njih Kakakku, Sayang. By the why, kenapa gak kakak aja ya yang dijodohin? Secara kakak lebih cantik dari aku, lebih sexy, bohay, semlehoy ter lehoy-leyoy-" "Diam Grecia!" bentak Geana. Eci langsung kicep. Dia lupa kalau kakaknya tidak menyukainya. Mau diajak bicara baik-baik sampai diajak becanda juga tetap garang kayak singa. Geana, kakak Grecia yang hanya berjarak dua tahun. Geana lah yang selalu diagung-agungkan keluarganya karena lemah lembut dan sopan, berbeda dengan Eci yang selalu jadi gunjingan walau di keluarganya sendiri. Geana dan Grecia juga tidak pernah dekat seperti saudara lainnya. Karena, walau Geana yang diagung-agungkan di seluruh kerabatnya, tetap Grecia lah yang menjadi sorotan orang luar karena kepintaran dan easy goingnya gadis itu. Setitik rasa iri ada di hati Geana. "Kaka, kakak kan suka sama Adiyaksa, kenapa gak kakak aja yang gantiin? Aku akan buat rencana untuk membuat kakak bisa bersanding dengan Adiyaksa," ucap Eci mencoba memberi penawaran. "Jangan ngawur dan jangan pernah berniat mencoreng nama baik keluarga kita," jawab Geana menatap tajam Eci. Eci hanya mencebikkan bibirnya kesal. Sampai di rumah joglo khas orang jaman dulu, Eci hampir nyungsep lantaran turun dari mobil tergesa-gesa. Keluarga Adiyaksa yang melihat langsung terkesiap kaget. "Bagus, baru datang kamu udah pecicilan," ucap Saraswati mencubit lengan Eci, Eci mengaduh kesakitan. Dengan sok lemah lembut, Saraswati menggeret tangan anaknya untuk mendekati keluarga Nainawati, ibu dari Adiyaksa. Padahal biasanya Saraswati tidak bisa lembut dengan Eci. Kalau membangunkan Eci, tidak tanggung-tanggung Saraswati mengguyur dengan air satu ember. Seperti ibu tiri yang menganiyaya anak tiri. Saraswati dan Nainawati bersalaman dan saling cipika-cipiki. Dan saat giliran Eci yang bersalaman, Eci merasa kikuk karena halusnya tangan Nainawati. Beda dengan tangannya yang kasar. Mereka disambut hanggat, berbincang dengan tampak mesra antara dua keluarga. Adiyaksa menatap gadis pujaannya dengan lekat. Eci sangat cantik dengan kebaya kutu baru dan rok span berbahan jarit. "Eci, kalau kamu menikah dengan Adi, mau kah kamu berhenti bekerja?" tanya Nainawati. "Tid awwh-" ringis Eci saat ibunya lagi-lagi mencubit pingganya memperingati. Sebenarnya Eci ingin menjawab tidak, tapi dengan terpaksa dia jadi mengangguk. "Kalau menjadi menatu di sini, kamu harus siap mengikuti tradisi di keluarga ini. Perempuan letaknya di dapur, melayani suami dan mengurus anak," jelas Naina. Eci meringis, cobaan macam apa lagi ini. "Tenang Eci, aku bukan laki-laki rewel, kok," ucap Adiyaksa ikut menimpali yang membuat orang-orang ikut tertawa. "Dih sok asik," bathin Eci. "Ayo kita makan di ruang makan!" ajak Naina menggiring tamu-tamunya. Eci mengikuti langkah calon emak mertunya. Dan yang membuat Eci kesal, saat Adiyaksa berjalan di sampingnya. Adiyaksa mengajak Eci bicara yang tidak dianggap sama sekali oleh gadis itu. "Monggo silahkan!" ucap naina mempersilahkan mereka duduk. Menu makanan kali ini membuat Eci meneteskan air liurnya deras. Ada ikan gurame dan sambal ijo. Saat semua sudah mengambil makan, Eci pun ikut mengambil. Eci yang notabennya si perut gentong, langsung mengambil makan dengan porsi besar. Adiyaksa yang melihat, lantas tersenyum. Menurutnya Eci adalah cewek yang unik. Eci berdiri dari duduknya, semua orang menatap dengan heran. Dengan tidak tau malunya, Eci menyisingkan roknya sampai sebatas lutut. Perempun itu kembali duduk, tapi dengan mengangkat satu kakinya ke atas kursi, kebiasaannya saat makan di rumah dengan mengangkat satu kaki. Semua orang yang melihat kelakuan Eci lantas membulatkan matanya kaget. Oh tidak, Wajah Naina dan Saraswati terlihat sangat marah. hanya wajah Adiyaksa yang tetap lembut. "Saraswati, wanita macam apa yang kamu tawarkan pada anakku?" teriak Nainawati murka. Sarawati lantas berdiri dan menyuruh anaknya menjaga sikap. "Rencana berhasil, yes gagal nikah!" ucap Eci dengan tidak ada rasa bersalah sama sekali. "Ajak anakmu pergi dari sini, Saraswarti!" geram Naina. Sarawati memohon maaf atas kelakuan putrinya, Tidak menyangka kalau anaknya tidak menuruti ucapannya untuk sopan santun. Anaknya dengan tidak tau diri malah mencoreng nama baiknya. "Mohon maafkan putriku, Naina," ucap Saras. "Aku memaafkan putrimu, tapi untuk jadi menantu maaf aku tidak bisa menerimanya," jawab Naina. "Alhamdulillah, kalau begitu saya permisi!" ucap Eci dengan terkikik geli. Eci menaikkan roknya dan ngacir begitu saja. "Eci, tunggu!" Adiyaksa berlari mengejar Eci. "Adiyaksa, kembali!" teriak Naina kencang. Harga diri dua keluarga dijatuhkan oleh kelakuan gadis ingusan bernama Eci. Nainawati yang merasa harga dirinya dijatuhkan oleh calon mantunya, dan Saraswati yang wajahnya bagai dilempar kotoran oleh anaknya sendiri
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD