PROLOG

187 Words
Sepasang mata menatapnya dari balik kaca. Mata yang cukup indah, berwarna hitam pekat, bersih tanpa noda. Siapapun yang memandangnya mungkin akan terdiam sesaat untuk mengaguminya. Hal itu dirasakan Adam. Pemuda ini menghabiskan waktu lama hanya untuk melihatnya. Ya, walaupun dia lebih senang menggoyangkan toples berisi air itu agar sepasang mata di dalamnya bergerak layaknya ikan. "Butuh waktu lama aku mengambil mata dosen ini," gumamnya menahan tawa. Dia kemudian mengamati kamarnya yang berantakan. Terlebih di sprei ranjangnya yang masih meneteskan darah segar. Lantai keramik menjadi basah semua. Aroma anyir menebar kemana-mana. Semua ini akibat adanya seorang pria setengah baya yang terbaring di atas ranjang. Tubuhnya penuh sayatan dan kepala sudah hilang. Dia juga menggunakan darah orang itu untuk melukis di dinding. Goresan kuasnya memang tampak realis membentuk wajah seorang gadis yang ia panggil, "Eve.." "Aku bisa tenang besok.." gumamnya menyeringai lebar. TOK..TOK..TOK.. Adam panik karena dia baru sadar karena sekarang sudah jam makan malam. Dia buru-buru melepaskan kaosnya yang penuh darah, memakai kaos lainnya, lalu menggandakannya dengan jaket tebal. Tak lupa dia mengacak-acak rambutnya agar tampak seperti biasa, menutupi kening lebarnya dengan sedikit poni, mengambil sebuah kaca mata di atas meja belajar. Lalu pergi keluar kamar. ______
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD