Prolog

391 Words
Wanita itu masih terlelap tidur di atas ranjang mewahnya. Perlahan-lahan lelapnya itu terganggu akibat getaran demi getaran yang dia dengar dari ponsel. Satu dua kali memang tidak membuatnya terbangun. Setelah lebih dari lima kali terdengar getaran, barulah dia membuka mata. Rambut ombaknya tampak berantakan. Itu diperparah dengan caranya menggaruk kulit kepalanya yang padahal tidak gatal sama sekali. Dia merasa ini sudah menjadi rutinitas pagi hari. Ia melihat layar ponselnya yang penuh dengan chat dari banyak orang. Dia membaca satu per satu pesan tersebut yang membuatnya heran. Dalam pikirannya, kenapa hampir semua orang salah mengirimkan pesan? Rata-rata pesan itu berbunyi: Pagi, Lisa, nanti jalan yuk ke Mall! Lis, FD gw kemarin ada ama lo? Lisa, apa kabar? Jangan lupa loh, Lis, besok Bridal Shower Mba Woro. Lisa, maaf, nanti tolong fotocopy'in salinan berkas dari Pak Broto. Satu-satunya reaksi wanita ini saat membuka satu per satu pesannya adalah, "Lisa itu siapa?" Ia menaruh ponsel itu dan merebahkan diri kembali. Akan tetapi saat kepalanya hendak menyentuh bantal, dia tersadar ada yang aneh di sekitarnya. Matanya sontak terbelalak karena kaget dengan kondisi kamar. Kamar mewah, ranjang empuk, bantal wangi, pajangan mayoritas berwarna pastel. Dia segera turun untuk memastikan kalau dia memang berada di kamar orang. "Dimana ini!" teriaknya sambil membuka kelambu jendela. Terlihatlah gedung-gedung tinggi dan jalanan padat merayap ibu kota menghiasi luar kaca jendelanya. Dia menelan ludah saat tahu kalau ini adalah satu satu apartemen yang berada di lantai paling atas. Ia menutup kelambunya lagi dengan kepala pening. Rasa tidak nyaman saat melihat ketinggian membuatnya mual. Untuk menenangkan pikiran, dia duduk di pinggiran ranjang sambil berpikir apa yang sedang terjadi. Namun lebih mengejutkan lagi, ia tidak sengaja melihat pantulan tubuhnya di hadapan cermin meja rias. Tubuh seorang wanita cantik berambut ombak kecoklatan. Jantungnya seakan berhenti berdetak, napasnya tertahan di d**a. Ia tidak mengenal sosok yang dia lihat di pantulan itu. Apa itu dirinya? Kenapa cantik dan tubuhnya terawat sekali? "Siapa dia?" tanyanya berulang kali sambil bergerak kesana kemari berharap pantulan itu bukan dirinya. Ia mulai bertingkah panik. Lalu menjambak rambutnya sendiri sehingga semakin acak-acakan. "Oke, tenang, kemarin aku.. makan malam, lalu tidur.. terus, kenapa aku disini.. tubuh siapa ini? astaga! Ada apa ini! Siapa Lisa? Namaku Lily! Kepalaku sakit!" ungkapnya kebingungan. Ponsel lagi-lagi berdering, kali ini nama pemanggilnya cukup membuatnya terkejut karena berbunyi: 'LOVE' Jangankan mengetahui siapa orang yang sedang memanggilnya itu, ia baru sadar kalau ternyata ponsel yang dari tadi dia lihat bukanlah ponsel yang biasa ia pakai. Dengan nada frustasi, dia kembali berteriak, "SIAPA LAGI INI!" ——000——
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD