Part 1. Rangga Senjakala

1076 Words
Ponsel Yona berdering, tepat disaat bel yang menandakan jam pelajaran telah selesai terdengar. Gadis itu terkejut, karena menyadari dirinya lupa mematikan nada dering ponselnya. Untungnya dering ponsel itu terdengar saat gurunya sudah melangkahkan kaki untuk keluar dari ruang kelasnya setelah menyudahi pelajaran hari ini dengan pekerjaan rumah yang membuat beberapa siswa ribut dan mengeluh.  "Astaga. Untung aja ini benda bunyi pas udah bel pulang. Huftt.." lirih Yona sambil menghembuskan nafas lega.  Dia melangkahkan kakinya, berjalan keluar dari kelas, menuju pintu gerbang dimana dia sering menunggu jemputan. Tangannya bergerak mengambil benda pipih yang masih berdering itu di saku rok abu-abunya. Kening Yona berkerut saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Namun dengan segera jemarinya menyentuh tanda hijau dan menggeser ke kanan, untuk mengangkat panggilan itu. Kakinya masih bergerak melangkah sambil sesekali tersenyum membalas sapaan beberapa temannya saat berpapasan. Atau menganggukkan kepala sopan, saat berpapasan dengan gurunya. Saat benda itu sudah menempel di telinganya, Yona bersiap menyapa penelpon, namun belum sempat Yona berkata-kata, suara lelaki yang sangat dikenalinya sudah terdengar.  "Yona, mama kamu lagi ada kerjaan yang nggak bisa ditinggal. Jadi Gaga yang jemput kamu hari ini. Tunggu sebentar ya." "Hhmm… Iya... Jangan lama-lama ya. Aku lapar." rengek Yona pada Rangga. Rangga Senjakala. Seorang lelaki yang merupakan sahabat dari mamanya. Lelaki yang sudah dekat dengannya bahkan saat dia masih berada di dalam perut Arfa, mamanya. "Siap, tuan putri Kayona Anandhita. Gaga udah di jalan kok ini." Klik. Dan sambungan terputus, menyisakan senyuman manis di wajah Yona. Senyuman yang muncul dengan sendirinya. Yang tampak indah karena berpadu dengan semilir angin yang tiba-tiba berhembus menerbangkan rambut sebahu gadis yang masih duduk dikelas dua SMA itu. Membuat Yona seketika memejamkan matanya, menikmati hembusan angin yang memberikan sensasi sejuk di wajah cantiknya. "Belum dijemput?" suara seseorang menyadarkan Yona dan membuatnya membuka mata lalu menolehkan kepalanya menuju ke arah asal suara. Ternyata si pemilik suara berdiri di sampingnya. Yona sama sekali tidak menyadari kehadirannya. "Eh..." Belum sempat Yona menjawab, terdengar klakson yang membuatnya terkejut. Tiiinnn... Yona terlonjak kaget, bersiap mengumpat pada mobil yang dengan seenaknya membunyikan klakson di dekatnya. Padahal posisi dirinya masih berada di atas trotoar, tidak mengganggu pengguna jalan sama sekali. Kenapa pula mobil itu membunyikan klakson dengan keras.  Terlihat kaca mobil itu bergerak turun dan memperlihatkan wajah pengemudi di dalamnya. Wajah tampan yang membuat Yona terdiam, menelan kembali segala umpatan yang ingin dikeluarkannya tadi. "Masuk." Satu kata itu terdengar keras dan membuat Yona seketika lupa dengan teman di sampingnya tadi, yang menyapanya dengan wajah ramah. Yona bergegas membuka pintu penumpang dan masuk. Lalu mobil itu pun bergerak menjauh, meninggalkan teman Yona yang masih terpaku di tempatnya. "Gaga apaan sih. Kaget tauk." Ujar Yona dengan wajah cemberut karena masih merasa kesal. Rangga tidak menghiraukan ucapan Yona, dia justru balik bertanya. "Siapa cowok yang tadi nemenin kamu nunggu jemputan?" Pertanyaan itu kemudian membuat Yona mengerutkan kening untuk mengingat siapa orang yang dimaksud oleh Rangga. Wajah temannya itu sepertinya tidak asing, namun Yona lupa namanya siapa, karena memang lelaki itu bukan teman sekelasnya. Setelah beberapa saat mencoba mengingat, Yona tidak berhasil. Dia menyerah, lalu menggeleng. "Nggak tahu namanya." Rangga mendengus kesal dengan jawaban Yona barusan. Namun dia tahu pasti bahwa Yona tidak berbohong. Jika dia bilang tidak tahu, berarti memang dia tidak kenal dengan orang itu. Rangga sudah hafal dengan kebiasaan Yona sehingga dia bisa membedakan ketika Yona berkata bohong atau tidak. Yona memang siswi yang cukup populer di sekolahnya. Selain karena prestasi yang selalu diraihnya, wajah cantik Yona yang dipadukan dengan tubuh mungilnya membuat siapapun merasa betah memandanginya.  "Lagian, dia bukannya nemenin aku nunggu Gaga jemput. Kebetulan aja kali, dia di depan dan nyapa aku." Rangga menghela nafasnya berat, "Kamu masih kecil, nggak boleh pacaran." "A… Apa? Siapa yang pacaran?" elak Yona. Tentu saja dia mengelak. Karena memang lelaki tadi bukan pacarnya. Pikir Yona, bagaimana bisa dia berpacaran dengan orang yang bahkan dia tidak ingat namanya siapa. Saat lampu merah menyala, Rangga menghentikan mobilnya sejenak. Lalu dia menoleh, menatap wajah imut di sampingnya. Wajah yang berbentuk oval, dengan mata bulat yang berwarna abu-abu. Warisan dari sang papa yang juga memiliki iris berwarna abu-abu. Tangan Rangga bergerak untuk sejenak mengelus rambut gadis itu perlahan dengan lembut. Sambil tersenyum, Rangga berkata. "Iyaa… Gaga percaya, kamu nggak pacaran." Yona mengangguk, "Gitu dong... Aku juga pilih-pilih kali, kalo mau cari pacar." Rangga menyentil dahi Yona, “Udah dibilangin juga. Belum boleh pacaran. Gimana sih.” Sambil mengusap dahinya yang sedikit nyeri, pikiran Yona melayang membayangkan tipe lelaki yang ingin dijadikannya pacar. "Ya, minimal kayak Gaga lah. Tipe aku banget yang badannya tinggi, ganteng, baik hati. Hihii..." bisik Yona dalam hatinya. Tanpa sadar senyum terbit di wajahnya. "Jadi, mau makan dimana? Katanya lapar?" Yona menyebutkan salah satu nama restoran siap saji dengan menu ayam goreng. Restoran yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolahnya. Mungkin hanya memakan waktu sekitar lima hingga sepuluh menit untuk sampai kesana. "Kamu kalo kesitu, bukannya makan ayam. Malah makan spaghetti, sama minum es kopi." "Emang nggak boleh ya? Es kopi di situ enak banget." delik Yona, menggerakkan bola matanya, yang terlihat menggemaskan di mata Rangga. "Ya… Boleh sih. Tapi kan ciri khasnya ya ayam goreng." "Kita kan bayar, nggak minta. Suka-suka aku lah mau pesen apa. Ih, Gaga nyebelin. Mau makan aja repot." Yona menggembungkan pipinya karena kesal. Hal itu membuat Rangga tertawa, dan mengarahkan telunjuknya ke pipi Yona yang menggembung. Menusuk-nusuknya pelan sambil tertawa. "Nah, udah nyampe. Yuk turun." Ajak Rangga sambil melepaskan seatbelt nya. Mereka berdua keluar dari mobil dan berjalan beriringan. Yona tanpa ragu melingkarkan tangannya di lengan kiri Rangga. Rasa kesal yang sejak tadi menguasai dirinya, menghilang begitu saja. Sekilas, mereka berdua seperti kakak beradik, karena meskipun usia mereka jauh berbeda, wajah Rangga terlihat masih seperti lelaki berusia 25 tahunan. Sedangkan sebenarnya usia Rangga saat ini sudah menginjak 34 tahun. Rangga memiliki postur tubuh yang tegap, tingginya 188 cm. Sangat jauh dengan si kecil Yona yang hanya 150 cm. "Mas Angga..." Suara lembut itu menarik perhatian Rangga dan Yona yang sedang antri untuk memesan makanan. Mereka berdua serempak menoleh ke arah asal suara. Dan ketika mendapati seorang wanita cantik berdiri di belakang mereka, raut wajah berbeda tampak dari keduanya. Rangga tersenyum sumringah, sedangkan Yona mengerutkan dahinya bingung karena tidak mengenali wanita itu. 02 - April - 2021 13.22 WIB Pemanasan. Satu bab dulu ya. Hihii... Part ini sebelumnya berisi blurb. Blurb nya aku hapus ya... Berteman yuk di sosmed... Fesbuk : Sweet July Insta gram : @sweetjuly.me DM aja jangan sungkan, nanti aku follbek.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD