Chapter 1

525 Words
"Adriana...Danastri." Anna mengangkat tangan kanannya tinggi. Ia duduk agak jauh dari layar projector karena Ia tidak suka berada di kursi bagian depan. Ia duduk disebelah Carissa, salah satu sahabatnya yang sudah berada di kelas lebih dulu darinya. Setelah memanggi nama Anna, Mahesa, dosen tamu itu, terdiam sebentar sebelum melanjutkan mengabsen mahasiswa lain. Anna memperhatikan laki-laki yang berdiri di depan dengan seksama. Dosen itu...masih muda dan terlihat sangat keren. Karena tadi kelas sempat heboh, Carissa memberitahunya kalau Mahesa ternyata anak dari salah seorang konglomerat Surabaya dan sedang menduduki posisi selevel manager di perusahaan ayahnya sendiri. Dan menariknya lagi, Mahesa benar-benar kerja di kantor ayahnya dari entry level sesuai dengan kemampuannya dan tidak ada yang tahu kalau Mahesa merupakan anak dari owner perusahaan itu sampai laki-laki itu mulai naik jabatan pada posisi supervisor. Hal ini sempat ramai diperbincangkan dan Mahesa sempat menjadi viral karena ketampanan dan kemampuannya. Pantas saja dari penampilan dan cara berbicaranya yang pintar sangat terlihat kalau dosen muda itu bukan orang sembarangan. Tapi apakah Anna peduli? Tentu saja tidak. Tapi fakta itu membuatnya sedikit kagum. "Na?" Carissa menyenggol lengan kanannya yang membuat Anna tersentak. Ia sedang sibuk membalas chat dari sebuah brand untuk endorse di aku ** miliknya. Followersnya yang mencapai 3.7 juta tidak membuat Anna memakai jasa admin untuk mengurus akun ** dan endorse. Anna tidak terlalu menganggap ini serius dan Ia hanya melakukannya kalau barangnya benar-benar Ia suka. "Lo absen nomor 4 kan? Lo disuruh jawab tuh," bisik Carissa. Anna tiba-tiba panik. Raut wajah Mahesa terlihat tidak sedang dan sekarang kelas begitu sunyi, menunggu Anna berbicara. "Apa jawabanmu, Adrianna?" Tanya dosen itu lagi dengan nada tidak enak. "Maaf, Pak. Bisa diulang pertanyaannya?" "Kamu tidak memperhatikan." "Mohon maaf, Pak." "Temui saja setelah kelas." "Baik, Pak." -- "Hmm Pak?" Anna sudah berdiri di depan meja dosen selama lima menit namun dosen tamu itu terlihat tidak menyadarinya. "Sebentar. Saya ada kerjaan dulu." Dikira saya tidak? "Hmm sambil menunggu Bapak, boleh saya duduk?" Tanya Anna berusaha sesopan mungkin karena memang Ia salah tadi. Ia merasa malu juga sebenarnya tadi sampai harus dipanggil seperti ini. Mahesa mengangkat wajahnya sedikit dari laptop merk Apple dan menatap Anna dengan wajah datar. Dari jarak sedekat ini, Anna bisa melihat wajah Mahesa dengan jelas dan yang terlintas dipikiran Anna adalah apakah laki-laki ini perawatan SKII? Wajahnya mulus sekali dan alisnya yang tebal sangat kontras dengan warna kulitnya terlihat sangat pas. Ukuran mata, hidung, dan bibirnya pun begitu sempurna berada di wajah itu. "Tidak," jawab Mahesa singkat yang membuat Anna tersenyum salah tingkah. Anna mematung lagi selama lima menit kedepan yang terasa seperti lima jam karena Ia hanya berdua di ruangan besar ini dan Ia tidak melakukan apa-apa. Setelah Mahesa terlihat selesai dengan laptopnya, Ia mengambil empat lembar kertas yang berisi jurnal berbahasa inggris dan memberikannya pada Anna. "Buat analisa dari jurnal ini. Sejelas mungkin. Kirim file dalam bentuk pdf ke email saya, mahesasutantio@mscorp.com. Saya tunggu paling lambat besok pukul 8 malam." Anna dengan cepat mengambil pulpen Mont Blanc yang berada di meja Mahesa. "Bisa diulang alamat emailnya, Pak?" "mahesasutantio@mscorp.com." Tanpa sadar Anna memasukan kertas dan pulpen milik Mahesa kedalam tasnya. "Baik, Pak. Boleh saya keluar?" "Iya." "Terima kasih. Selamat sore." --
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD