KTA'S - Prolog

272 Words
Sittin 'with my legs across your torso We are who we are when we're alone Baby, I'm ready, any minute we might fall Lately, I feel like my grip is gone But you got my all Lantunan lagu itu terdengar cukup mewakilkan perasaannya saat ini. Ditemani asap rokok mengepul ke udara, menyatu dengan aroma pekat dari kopi hitam yang masih utuh. Pelan-pelan Nanta menyesapnya, menikmati setiap titik pahit yang menyentuh sudut lidahnya. "Gimana, Brad? Udah beres?" Hans yang baru saja datang langsung melemparkan pertanyaannya. Nanta yang tengah terfokus pada lembaran kertas di tangannya mengangkat kepala. "Beres," jawabnya. "Ya udah, lo langsung kasih aja ke tim penyiar. Mereka udah nunggu di ruangan." Hans memerintah yang lantas diangguki oleh Nanta. Cowok itu beranjak dari duduknya, menyesap kopi panasnya sebelum berlalu. "Bang, jagain kopi ane, ya. Barangkali ada si Teddy, suka nyambat dia," candanya membuat Hans tergelak. "Yang ada malah gue yang ngabisin, Nan." Hans membalasnya. Nanta hanya terkekeh sebelum tubuhnya benar-benar menghilang dari balik pintu. "Hai." Tiffany yang baru saja muncul dari ruang sekre UKM seni rupa menyapa Nanta dengan senyuman manisnya. "Hai." Nanta spontan membalasnya. Berhenti sejenak untuk bersejajar dengan langkah Tiffany. "Mau ke ruang penyiar?" tanya Tiffany. "Yep." "Well, kayaknya udah siap, nih, buat jadi garda terdepan?" "Mau nggak mau, demi kita semua." "Oke sip, gue pun siap buat jaga lo semua dari barisan belakang. Advokat dari LBH pun udah siap." "Abis ini kamu ke mana, nih?" "Sekre BEM. Mau siap-siap nyiapin pasukan." Tiffany berbelok. Nanta menatapnya bangga. Terlebih Tiffany adalah gadis yang berani. Apalagi dalam hal menangani perkara demontrasi seperti ini. *** "Mari mengulang pelajaran untuk melanjutkan perjalanan." ~Ananta Sadewa~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD