1

1226 Words
Kringg Bel pulang pun akhirnya berbunyi, membuat suasana satu sekolah mendadak ramai. Tapi, tidak dengan Reva yang tengah memainkan ponselnya, Revalia Hanafi, siswa kelas 11 Ipa 3 itu masih setia menduduki kursinya. "Re, lo gak akan eskul?" tanya Salma, temannya. Salma Afina satu satunya teman Reva dari awal masuk ke SMA Nusantara. Reva menoleh ke arah Salma dengan tatapan malas."Gatau." jawab Reva singkat. Salma memutar bola matanya kemudian duduk di atas meja. "Re," panggil Salma kemudian. "Hemm," sahut Reva. "Lo tau ketua eskul kita yang sekarang kan?" tanya Salma Reva yang asik memainkan ponselnya seketika berhenti dan memposisikan badannya menghadap ke arah Salma. "Kak Sean?" tanya Reva Salma mengangguk cepat. "Lo tau? dia keren banget, gak kalah keren sama ketua basket." "Maksud lo ka Farhan?" tanya Reva lagi. "Iyaa bener, kalo lo disuruh milih, lo suka yang mana? Kak Farhan, atau Kak Sean?" tanya Salma Reva membelalakan matanya. "Lo kok nanya gitu?" tanya Reva. Salma terkikik geli. "Lo ga inget? Siapa yang nolongin lo pas jatoh waktu kegiatan MPLS?" Reva mencoba mengingat kejadian terdahulu. Seketika Reva langsung menggebrak meja dan berkata. "Gue inget!" teriakan Reva menggema di ruang kelas. "Gila lo, kaget banget gue" bentak Salma. "Jadi, lo udah inget?" tanya Salma kemudian. "Gue inget Sal, yang bantuin gue kan mereka berdua," jawab Reva menggebu-gebu. Salma bertepuk tangan sambil berkata "Hebat, ingetan lo kalo soal cowo hebat banget sumpah," "Dasar lo." ucap Reva menoyor kepala Salma dengan telunjuk. "Iih kasar," protes Salma. "Gue ga nyangka Sal," kata Reva tersenyum senyum. "Ga nyangka apa?" tanya Salma bingung Reva tertawa hingga suaranya menggema dan membuat Salma ingin melakban mulut Reva karena tawaan nya begitu nyaring. "Ga nyangka apaan sih?" tanya Salma lagi. "Ga nyangka gue bisa ditolongin sama dua senior yang keren-keren." riang Reva. Salma memperhatikan tingkah temannya itu. "Dahh ah, lo mau eskul apa engga nih jadinya? Apa kita bolos aja?" tanya Salma Reva tersenyum. "Ayo kita eskul!" ajaknya semangat. Keduanya berjalan bersama menuju ke ruang osis atau biasanya disebut sekre oleh anggota-anggota lain, jika kalian berpikir eskul mereka itu adalah OSIS atau Organisasi Siswa Intra Sekolah, maka jawaban nya adalah iyaa. Osis salah satu eskul atau organisasi ini biasanya hanya diminati siswa yang niat, rajin, dan disiplin. Ketika fokus berjalan sambil bercanda, Reva tak sengaja bertabrakan dengan pria berbaju basket. Tubuh Reva tak bisa menahan kerasnya benturan tubuh pria itu. Hingga akhirnya tubuhnya jatuh ke lantai. "Aww," ringis Reva, sambil mencoba berdiri meskipun di bantu oleh Salma. Langkah pria itu terhenti, ia menghampiri Reva dan Salma yang masih sibuk membersihkan baju Reva. "Maaf, kamu gapapa?" suara berat itu menghentikan aktivitas Reva dan Salma. Keduanya mendongak melihat wajah pria itu bersamaan. "Kak Farhan," ucap keduanya kompak. "Ehh, ini Reva sama Salma ya?" Farhan tersenyum lebar seolah dia sudah sangat akrab. "Maaf ya kak, Reva ga sengaja tadi." kata Reva dengan wajah gugupnya. Farhan tertawa kecil. "Harusnya juga aku yang minta maaf, Re. Aku jalan tadi buru-buru banget sampe gak lihat kamu sama Salma lagi jalan, trus main tabrak aja." "Ehh gapapa kok kak, Reva nya juga gapapa. Ya kan Re?" sambar Salma. "Iya, kak aku gapapa kok." jawab Reva mengiyakan. "Ya udah sekali lagi aku minta maaf yaa Reva, Salma." Reva tersenyum "Iyaa gapapa kak," jawabnya singkat. "Kalo gitu aku duluan yaa, bayy." pamit Farhan Salma dan Reva hanya tersenyum, keduanya menatap lekat-lekat punggung Farhan yang semakin menjauh. Hingga akhirnya ada suara berat yang membuat keduanya kaget. "Kalian disini?" tanya si pemilik suara berat. Reva dan Salma berbalik posisi dan mendapati ketua Osis tengah berdiri di belakang keduanya dengan wajah datar. Sontak keduanya langsung menunduk. "Ehh Kak Sean, ini kita lagi mau ke sekre kok," kata Salma Reva masih menunduk. Hatinya berbisik. "Ohh ini ketua Osis, keliatan nya jutek banget." bisiknya "Ya udah buruan deh ke sekre, tapi Reva kamu bisa ikut saya?" tanya Sean. "Eh apa kak? aku ikut kakak?" tanya Reva memastikan. Sean tersenyum tipis sambil mengangguk. "Iya, ikut saya ke ruang kepsek" "Udah Re ikut aja gue bawain tas lo, gue duluan ke sekre yaa, babay. mari Kak" Sean mengangguk begitupun Reva. "Yuk Re," ajak Sean, Reva mengikuti Sean dari belakang. Brugg Reva terkejut ketika ia menabrak punggung Sean. "Kenapa kak?" tanya Reva mengaduh kesakitan "Kamu kenapa jalan nya di belakang aku?" tanya Sean what? aku? Kak Sean barusan bilang apa? batin Reva. "Hallo," Reva tersadar tangan Sean tengah melambai lambai di depan wajahnya. "Ehh, kak, emm ga enak kak. Kak Sean kan Senior." jawab Reva. "Lahh, kenapa harus ga enak? sini!" Sean menarik lengan Reva agar berada di sampingnya Dug dug dug Begitulah bunyi detak jantung Reva saat ini. Awalnya ia tak percaya, seorang Sean Pradana memegang tangan nya. Reva melongo membuat Sean terkikik geli. "Ayo Reva!" ajak Sean "Ohh iya," kini Reva berjalan beriringan dengan Sean. Setelah keduanya berada di depan ruang sekolah Reva terheran heran kenapa Sean tiba-tiba berhenti. "Emm Kak Sean," panggil Reva. Sontak saja Sean menoleh ke arah Reva. "Kenapa Re?" tanya Sean Reva menyengir. "Kita gak masuk ke dalem?" tanya Reva. "Ohh haha iya bentar Re, aku gugup banget nih." jawab Sean. Senyum Reva berubah menjadi cengiran. "Seorang ketua pun bisa gugup juga ya, hemm baru tau gue" bisik hati Reva. "Jadi masuk ga kak?" tanya Reva sekali lagi. "Iya jadi dong yuk!" jawab Sean diiringi senyuman. "Kayaknya dia udah ga gugup lagi deh" batin Reva. "Ya udah yuk kak, keburu sore nanti," kata Reva. Sean dan Reva pun memasuki ruang kepala sekolah. Setelah mengucapkan salam ketika masuk, kepala sekolah yang bernama Pak Ramdan langsung mempersilahkan Sean untuk menjelaskan isi proposal yang ia berikan dua hari yanh lalu. "Silahkan Sean, jelaskan isi proposal ini!" suruh Pak Ramdan. Reva melirik Sean yang duduk tegap di sebelahnya. "Kak Sean keliatan jutek, tapi kalo lagi kayak gini dia ganteng juga, berwibawa lagi, cocok jadi ketua" bisik hati Reva. Pantas jika Sean diidolakan banyak orang terutama perempuan, dia memiliki wajah tampan, tinggi, tegap, dan berwibawa. Cocok dengan jabatan yang dia miliki sekarang. Ketika Sean sedang menjelaskan isi proposal kepada Pak Ramdan, Reva justru malah memperhatikan Sean bicara. "Saya harap, Bapak bisa menyetujui adanya kegiatan yang kami ajukan," ucap Sean. Pak Ramdan tampak membolak balik proposal dan mengangguk anggukan kepalanya. "Baik, saya akan menyetujui adanya kegiatan ini karena kegiatan ini menurut saya bagus dan positif," katanya. Sean melirik Reva. Dia mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum. Jantung Reva kembali berdegup kencang dan salah tingkah. "Ya ampun, jantung gue, pliss jangan gini dong bisa malu gue" batinnya. "Bapak silahkan tanda tangan disini!" ucap Sean. Pak Ramdan mengangguk kemudian menandatangani proposal yang barusan dibacanya. "Selesai, silahkan jalankan kegiatan ini dengan baik semoga lancar." katanya. Sean dan Reva mengangguk. "Terimakasih Pak, kalo gitu kami pamit dulu," Sean berdiri begitupun Reva. Keduanya menyalami punggung tangan Pak Ramdan setelah itu mengucapkan salam. Selepas dari ruang kepala sekolah, Sean mengajak Reva menepi ke pinggir lapangan dan duduk disana. "Kamu lihat Re, ini proposal dibuat nya cuman dua hari. Tapi ternyata kepsek langsung setuju." kata Sean. Reva mengangguk paham. "Proposal ini kakak yang buat?" tanya Reva. Sean melirik Reva kemudian tersenyum lebar. "Iya, ini aku yang buat." jawab Sean. "Belum pernah gue liat orang jutek ini senyum lebar kayak barusan" bisik Reva dalam hati. "Oh iya, jam berapa sekarang?" tanya Sean. Reva segera melirik jam tangannya. "Jam 5 kak," jawab Reva. "Kita balik lagi ke sekre yuk!" ajak Sean. "Ayo kak." Reva berdiri mengikuti Sean. Keduanya pun melanjutkan berjalan menuju sekre.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD