Blurb

1079 Words
            Kinara namanya, orang – orang sering memanggilnya dengan sebutan Kinan, gadis desa yang cantik, walaupun tanpa polesan bedak mahal pada wajah cantik nya. Gadis yang baru saja menyelesaikan sekolah bisnis nya pada sebuah perguruan tinggi negeri nomor satu di Indonesia. Lahir dengan sejuta kesederhanaan yang ia bawa hingga dewasa semakin membuat Kinan terlihat menarik.                 “Nan… cepat pulang ya, ibu mau membicarakan sesuatu”  Tatih , ibu nya Kinan terdengar begitu khawatir dari suara nya, Kinan mengerutkan keningnya, tak biasanya ibu nya menelfon dengan nada suara yang seperti itu.                 “Maaf bu, ada apa? Kok tumben Kinan di minta pulang?” Tanya Kinan sesopan mungkin, ia sendiri tidak tahu harus berbuat apa sebab ibu nya tiba – tiba meminta Kinan untuk pulang.                 “Minggu ini ya nduk, ibu mohon sama kamu untuk datang”                 “Nggih bu” Jawab Kinan, sesibuk apapun ia di perantauan, jika ibu nya meminta Kinan untuk pulang, kapanpun itu Kinan siap. Siapa lagi yang Kinan akan dengar kalau bukan ibu nya? Ayah nya saja sudah lama meninggalkan Kinan tanpa ada kabar apa – apa , meninggalkan Kinan dan keluarga beserta hutang yang harus mereka tanggung bersama. *****                 Suasana kampung yang begitu Kinan rindukan terpampang jelas dari mata Kinan, ia tersenyum manis ketika ia baru saja melewati pesawahan yang sangat hijau , mata nya seketika langsung segar melihat hal tersebut, membangkitkan kenangan – kenangan masa kecilnya yang manis serta kenangan saat keluarganya masih baik – baik saja.                 “Sudah sampai mba” Ucap Sopir tersebut di halaman rumah Kinan yang nampak sederhana dari luar, Tatih menyambut putri sematawayang nya itu dengan sambutan yang hangat. Mereka berpelukan, Kinan rindu sekali di peluk oleh ibu nya.                 “Sudah sampai nan” Mas Galih, kakak tertua Kinan yang sekarang adalah salah seorang guru di desa mereka juga turut menyambut Kinan, memeluk adik bungsu nya , melampiaskan rindu karena sudah hampir enam bulan mereka tidak bertemu.                 “Iya mas” Kinan membalas pelukan kakak nya, kemudian berganti kepada Mas Harun , kakak kedua Kinan beserta mbak Intan, Istri mas Harun dan Mbak Ayu , istri mas Galih. Mereka semua tampak senang menyambut kedatangan Kinan. Kinan di sambut bak Ratu di rumah nya, di siapkan segala macam makanan kesukaannya dan di perlakukan begitu hangat. Itulah alasan mengapa Kinan selalu rindu pulang , ia rindu kebersamaan seperti ini.                 Kinan istirahat sebentar , kemudian mengganti bajunya dan setelah itu ia akan makan bersama dengan keluarga besarnya. Ibu nya pasti sudah lama menunggu momen – momen seperti saat ini.                 “Nduk…” Ucap Tatih sembari mengambilkan sepiring nasi beserta lauk untuk anak bungsu nya itu                 “Iya ibu” Jawab Kinan , ia mengambil piring yang di berikan oleh Tatih, kemudian membaca basmalah lalu memakan makanan masakan ibu nya dengan lahap.                 “Gimana nduk di Jakarta?” Tanya Tatih                 “Baik bu, pekerjaan Kinan lancar , tetangga kost Kinan baik , teman – teman kost Kinan baik , teman – teman kantor Kinan juga baik , semuanya Baik sama Kinan bu” Jawab Kinan yang mendapat respon senyuman dari ibu nya.                 “Udah punya pacar nduk?” Tanya Tatih lagi. Kinan lantas tersedak karena kaget mendengar pertanyaan Tatih                 “Ahh , ndak bu, Kinan nda punya” Jawab Kinan. Tatih tersenyum puas mendengar jawaban putri nya itu.                 “Anu… hutang bapak mu sudah lunas” Ucap Tatih pelan, Kinan menghentikan makannya, kemudian menatap ibu nya dengan tatapan yang seakan tak percaya.                 “Alhamdulillah ibu… dapat rejeki darimana bu? Bukannya hutang bapak masih tersisa banyak sekali?” Tanya Kinan kepada ibu nya namun mata nya secara bergantian menatap kedua kakak dan juga ipar nya secara bergantian                 “Di lunasi sama pak kades, tapi ada syaratnya, dan ibu udah terlanjur mengiyakan” Ucap Tatih, raut wajah nya seketika nampak berubah, memunculkan kecurigaan pada diri Kinan.                 “Bu…?” Panggil Kinan                 “Ibu terlanjur bilang dan terlanjur janji kepada pak Kades untuk setuju jika kamu dan Prasetyo di nikahkan” Ucap Tatih, seketika mata Kinan membulat. Ia tak percaya dengan keputusan yang ibu nya ambil, tidak . mana mungkin Kinan bia menikah dengan Prasetyo. Laki – laki yang sejak dulu ia panggil dengan sebutan mas ‘Pras’ adalah seorang Pilot di sebuah maskapai ternama. Kehidupan mereka saja sudah sangat bertolak belakang, mana mungkin Kinan bisa menerima Mas Pras sebagai suami nya, dan mana mungkin juga mas Pras bersedia menjadikannya seorang istri jika selama ini ia terkenal misterius, bagaimana jika mas pras punya pacar? Bagaimana jika pernikahan mereka gagal? Kenapa ibu nya berani dan tega menjadikan Kinan sebagai alat tukar hanya untuk melunasi hutang bapak nya yang tidak bertanggung jawab.                 “Kinan ndak mau bu…” Ucap Kinan lirih                 “Ibu sudah terlanjur janji nan”                 “Tapi Kinan ndak mau” Tegas Kinan , kemudian meninggalkan ruang makan tersebut dengan perasaan yang bisa dibilang sangat kacau. Ia tak tahu harus kemana, ia tak ingin berada di rumah untuk sementara waktu, ia tahu ini dosa, tapi melihat wajah keluarganya bisa – bisa membuat Kinan kesal. Lagipula dari sekian banyak anak saudagar kaya di kampung mereka , mengapa Ibu nya setuju jika yang meminang Kinan adalah mas Pras, padahal pasti masih banyak orang lain yang lebih baik daripada mas Pras, kenapa ibu nya malah se egois itu?                 Kinan berjalan menyusuri Desa , dengan balutan kain yang menutupi kepalanya dari cahaya sinar matahari yang begitu menyengat. Orang – orang bahkan hampir tidak menyadari bahwa yang baru saja melewati mereka adalah Kinan, si kembang desa, dan calon menantu idaman semua orang di sana. Bagaimana tidak, cantik dan berpendidikan tinggi adalah hal yang sangat di junjung di desa mereka, Kinan memiliki keduanya. Maka dari itulah ia menjadi rebutan.                 Bagaimana dengan Pras? Sebenarnya jika berbicara mengenai Rupa, dari seluruh laki – laki di desa ini , Pras lah yang paling menawan . mata sipit , hidung mancung , serta bibis tipis dan badan kekar menjadi ciri khas nya. Kalau begitu mengapa Kinan menolak? Karena Pras adalah manusia yang paling cuek yang pernah Kinan kenal selama hidup. Jangankan berbicara , tersenyum saja jarang. Sikap dinginnya membawa kejengkelan tersendiri untuk Kinan. Kinan tidak mau menikah dengan laki – laki yang sombong. Ia suka laki – laki yang ramah. Lagipula pikir Kinan pasti Mas Pras sudah memiliki pacar, seorang pilot muda dengan wajah yang tampan pasti menjadi incaran para wanita – wanita cantik , terlebih lagi ia bekerja dan di kelilingi oleh para pramugari – pramugari cantik. Kecil kemungkinannya jika ia tidak memiliki pacar.                 “Sedang apa kamu di sini?” Tanya seseorang yang lantas mengagetkan Kinan. Kinan segera membalikan badannya kemudian menatap sang pemilik suara dengan tatapan tajam                 “Mas Pras ngapain kesini?” Tanya Kinan                 “Mau bicara dengan kamu” Jawab Pras, setelah itu ia duduk tepat di sebelah Kinan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD